My Love Teacher [LENGKAP]✔️

9. Wedding day

•••••

.
.
.

Sedari tadi Raihan terlihat gelisah. Pria itu terus melambungkan dzikir agar di beri ketenangan hati, fikiran, serta acara sakral ini berjalan lancar, tanpa satu kendala apapun.

Sedangkan disisi lain, Aletta baru mulai di rias wajahnya agar menjadi bidadari kata si perias.

"Aduh, nengnya anteng dulu ya, jangan ketawa-ketawa entar malah jadi badut," kata mbak-mbak perias itu memperingati Aletta yang tengah adu game LDR bersama Regan.

"Tau lo Let, anteng dulu ngapa, sini HP nya!" Berly merampas paksa ponsel Aletta dari tangannya.

"Iiiihhh, Berly mah jahat!"

"Diemm Letta! Gemes gue sama lo ya bener-bener!"

Aletta mencibir ucapan Berly tadi. "Nyenyenye, gue bilangin ke guru lho, kalau Berly bolos sekolah, hayoooo!"

Berly yang mendengar itu spontan tersenyum geli. "Kan sekarang tanggal merah markonah!"

Aletta melongo, lalu menepuk keningnya yang masih basah oleh tatanan make-up. Sehingga polesan bedaknya menjadi acak kadul.

"Oh iya gue lup--"

"ALETTA! MUKA LO KAYA WEWE GOMBEL TUH!" Berly mengarahkan wajah Aletta lurus menatap cermin.

"Avvvv, mbakkk kok muka saya jadi berantakan siii!"

Mbak-mbak perias itu menghela nafas panjang. "Karena dari tadi mbaknya usil terus."

"Lo jangan nyalahin mbak-mbaknya Lett, lo juga diem dong," sambung Berly serius.

Aletta menunduk, mulutnya semakin di majukan sepuluh centi. Iya harus benar-benar anteng kali ini. Padahal sedari tadi rentetan pesan dari Regan yang terus mengejeknya 'cemen' karena tak bisa melawan gamenya tadi sudah membuat Aletta gatal ingin berteriak.

"Wuih gila, Raihan cool banget! Pantes cewek-cewek pada minta foto," seru Berly menatap dari balik jendela kamar.

Aletta langsung menoleh ke samping. Beruntung tangan mbak-mbak perias tadi belum bergerilya di wajahnya.