[Follow dulu sebelum baca ya cantik, ganteng ^^]
Aletta Bridella Permata. Gadis dengan akhlaq minus, kapasitas otak dibawah rata-rata, namun memiliki senyum yang begitu manis, cantik dan periang, adalah bentuk kelebihan serta kekurangan dalam diriny...
Don't forget to hit star button and leave your comments here!⭐💬
Happy reading❤
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raihan ganteng :)🔥
"Selamat malam..."
Rasya melebarkan pintu ruang itu perlahan, lalu berjalan melangkah masuk dengan sangat hati-hati.
"Siapa?" tanya Marwa yang memberi tatapan aneh untuk perempuan asing ini.
Rasya tersenyum, menurunkan masker duckbill-nya perlahan, diikuti dengan menurunkan tudung hoodie yang menutupi rambut hitam keunguannya.
"Hi, Marwa ya?" tanya Rasya yang hanya ingin basa-basi saja.
"Kamu siapa?!" kali ini terdengar bentakan dari Marwa yang membuat Rasya sedikit tersentak.
Gadis itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Nggak usah bentak-bentak juga bisa kali! Gue tanya halus-halus gini lo malah nyolot. Kalau gue kasih tau nama gue juga lo nggak akan tau!"
"Mau apa kamu kesini?" tanya Marwa lagi.
"Mau main," jawab Rasya enteng. "Mau main orang yang suka mainin drama. Asik deh kayaknya."
Marwa mengernyit bingung, sebelum akhirnya ia mendengus geli. "Manusia aneh."
"Lo bilang apa tadi?" Rasya mengusap sebelah telinganya yang sempat mendengar perkataan Marwa barusan.
"Aneh. Emang kamu aneh 'kan? Dateng tanpa di undang, dan berlagak sok misterius gini." Marwa tertawa kecil.
"Kaca besar itu lho mbak! Di pakek yang bener dong, ya kali gue cantik begini di bilang aneh, sok misterius bla bla bla. Yang ada lo yang aneh! Pakek drama tusuk-tusukan cuma buat dapetin sesuatu yang nggak pasti!"
Kalimat dari Rasya sukses membuat lawan bicaranya semakin curiga dengan kedatangannya.
"Kamu siapa anak ingusan! Jangan macem-macem sama saya!" kata Marwa mulai menggeram.
Rasya terkekeh. "Sial, lo bilang gue ingusan? hahaha! Gak papa ingusan, asal nggak bermuka dua kaya lo aja."
Marwa mengepalkan dua tangannya. Andai sekarang ia tak selemah ini, mungkin ia sendiri yang akan menindas bocah sialan ini.
"Kamu pergi, atau saya bisa teriak!" peringat Marwa mencoba menggoyahkan nyali gadis di depannya.
"Silahkan teriak. Dengan lo teriak, lo sendiri yang membuktikan kalau lo itu pengecut! Hahahaha!"
"SAYA TANYA KAMU SIAPA?! JANGAN ASAL MENUDING SAYA PENGECUT!"
"Bahkan pertanyaan gue tadi lo belum jawab bitch! Gue tanya baik-baik lo Marwa? Eh situnya malah tanya balik, kimi siipi, mii ipi, nyinyinyi."