36. Pilihan yang sulit

1.8K 155 74
                                    

"Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, maka mereka juga akan meninggalkanmu." (Imam Asy Syafi'i)
.
.
.

Happy Reading ^^



"Kamu tau Rai, Marwa bisa saja menuntut Aletta ke pihak berwajib."

Raihan menekan pelipisnya berulang kali. Ini bukan kalimat pertama dari Satya, bahkan sebelumnya pun pria paruh baya itu sudah mengatakan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan.

"Tapi, dia masih mau memaafkan Aletta dengan mudah asal kamu mau memenuhi permintaannya," Raihan spontan menoleh ke Satya, dengan tatapan jauh lebih serius.

"Permintaan? Permintaan apa pa?" tanya Raihan berharap jika kalimat yang akan keluar nantinya tidak menggores luka.

"Dia mau kamu menikahinya."

DEG

Raihan membeku di tempat. Sebelum akhirnya kekehan kecil menyusul. "Apaan si Pa, nggak lucu gituan," katanya seakan menganggap ucapan Satya lelucon.

"Papa serius Raihan!" tekan Satya.

"Aku juga serius Pa!" sahut Raihan dengan nada tak kalah ngegas.

Satya kesal, ia meraup permukaan wajahnya kasar. Raihan nyatanya masih menganggap ini hanyalah lelucon semata.

"Dia mau kamu membimbingnya bersama Aletta. Apa salahnya membagi cinta Raihan?"

Raut Raihan berubah sangat drastis dari sebelumnya. Satya bilang apa? Membimbing? Drama apa lagi ini. Apa harus dengan cara menikah? Pemikiran yang sempit.

Raihan mengangguk. "Boleh. Aku bisa bimbing Marwa, dengan senang hati. Tapi, tidak dengan jalan pernika—"

"Itu permintaanya Raihan!" tandas Satya membuat Raihan memalingkan wajah ke samping.

"Kamu mau Aletta selamat 'kan?"

Raihan mendengus kasar. "Nggak ada kata selamat. Semua pilihan sama-sama akan menyakiti Aletta Pa!" bentak Raihan. Entah kapan terakhir kali ia membentak pria di depannya ini.

Satya terkekeh. "Memang itu hukuman yang pantas di dapat bagi seorang pembunuh!"

Dua tangan Raihan perlahan mengepal kuat, setelah mendengar ucapan Satya. Tapi kali ini ia tetap berusaha tenang dengan beristighfar agar tidak terpancing emosi.

"Sampai kapanpun, aku nggak akan-"

"Kenapa? Kamu keberatan dengan permintaan ini?" Satya menepuk bahu Raihan.

"Marwa dari keluarga terpandang, sepadan dengan kita. Jika kamu menikah dengannya, kamu bisa menyebar luaskan ilmu agama karena Faishal memegang tahta di salah satu ponpes di kota ini. Bukannya itu yang kamu mau dulu?"

Raihan masih terdiam. Bukan karena ucapan Satya benar, hanya saja sekarang mulutnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan satu katapun. Melihat tak ada tanggapan dari Raihan, Satya semakin yakin jika pertahanan Raihan mulai goyah.

"Papa yakin, Aletta juga pasti akan memaklumi keputusan kamu. Karena semua ini juga akibat dari perbuatannya sendiri."

Lagi-lagi, yang bisa Raihan lakukan hanya menarik nafas berat. Andai pria di depannya ini bukan Ayah kandungnya, sudah di pastikan jika pria itu tak bisa melihat dunia kedepannya.

"Sekali lagi aku bilang. Aku. nggak. akan. pernah. menduakan Aletta!" nada bicara Raihan menekan di sebagian kata, serius.

"Karena cuma dia, perempuan setelah Mama, Alifa, yang berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari aku! Aku mencintainya, tanpa melebihi cintaku kepada Allah."

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang