47. Diam || Menghargai

1.9K 164 72
                                    


Assalammu'alaikum wr.wb.

Bismillahirrahmaanirrahim, pastikan sebelum membaca part ini sudah melakukan kewajiban masing-masing terlebih dulu hihihi.

Selamat membaca :)
.
.
.

****

Setibanya di depan rumah, Raihan menekan beberapa angka pada tombol yang tersedia di pintu, lalu mengucapkan salam ketika memasukinya. Diikuti Aletta yang berjalan di belakangnya sambil ketakutan.

Raihan menoleh ke belakang, mendapati Aletta dengan kepala di tundukkan, berjalan pelan.

Tanpa aba-aba, tangan Raihan segera menarik pergelangan Aletta dan membawanya duduk di kursi sofa. Langsung saja, Raihan meminta penjelasan dari Aletta atas pelanggaran yang di lakukannya sendiri.

"Jelasin, lima menit," titah Raihan dingin.

Aletta sedikit mengangkat kepalanya hati-hati, lalu tatapan keduanya saling bertubrukan. Bedanya, Raihan menatap mata sendu Aletta dengan tajam.

"T-tadi pagi aku 'kan gabut di rumah sendirian, terus ajak Berly keluar buat cari kebaya," jelas Aletta.

Raihan terkekeh, ia jelas tidak percaya dengan penjelasan Aletta.

"Keluar karena gabut atau emang udah ada niatan buat keluar?" tanya Raihan lagi, memojokkan Aletta.

"Nggak kok, beneran aku gabut," sahut Aletta mulai ketakutan. Dan Raihan bisa menangkap jika gadisnya itu seperti menyembunyikan sesuatu.

"Benar?"

"Iya."

"Nggak bohong?"

"Nggak."

Raihan tersenyum miring. "Terima kasih."

Aletta mengernyit, bingung apa maksud jawaban Raihan atas jawabannya. "Kok terima kasih? B-buat apa?" tanyanya dengan nada sedikit gemetaran.

"Terima kasih karena sudah membohongi saya lagi dan lagi."

Deg. Aletta terkejut, mulutnya bungkam seribu bahasa. Apa mungkin Raihan juga tahu kalau dirinya sekarang masih sempat berbohong?

Jujur saja, Aletta masih tidak berani untuk memberi penjelasan yang sebenarnya, jika dirinya memang berniat kabur bukan kerena gabut. Ia hanya takut membuat Raihan semakin kecewa. Tapi, ternyata jalan yang ia pilih juga salah. Salah besar!

Raihan tersenyum hambar lalu mengusap kepala Aletta. "Capek ya tinggal sama aku?"

Aletta otomatis menggeleng, dua matanya mulai berkaca-kaca.

"Maaf kalau kamu nggak nyaman disini," ujar Raihan lagi. "Maaf kalau udah banyak ngatur. Karena aku hanya melaksanakan tugas sebagai seorang suami yang benar."

Kedua pipi Aletta sudah basah akibat air matanya sendiri. Ingin ia membalas jika Raihan tidak perlu minta maaf, tapi sulit. Untuk sekedar membuka mulut saja sulit.

"Kamu tahu? Alasan aku sejak awal bawa kamu kesini?"

Aletta menggeleng lemah.

"Karena aku nggak punya pilihan lagi gimana caranya menyelamatkan kamu dari tuntutan Marwa."

Aletta terdiam, kali ini jawaban Raihan benar-benar membuatnya syok. Pantas beberapa hari yang lalu Raihan tidak mau memberi alasan sebelum tiba di waktu yang tepat. Apa mungkin sekarang waktu yang tepat?

"Marwa hampir menuntut kamu ke pihak polisi, dan kamu pikir aku bisa tenang gitu aja? Berkali-kali aku mengajukan permintaan maaf, bahkan aku siap menempuh biaya perawatannya selama di rumah sakit, tapi dia tetap menolak. Kecuali, dengan satu permintaan,"

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang