38. Keputusan

2K 177 88
                                    

Assalammu'alaikum :)
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan❤
Semoga di beri keberkahan selalu dalam hidupnya ❤

Happy Reading⭐⭐⭐
.
.
.

****

2 minggu kemudian...

Sepulang dari mengantarkan Aletta ke sekolah, Raihan segera bersiap pergi menuju rumah sakit. Sesuai janjinya, ia akan menentukan keputusan pahit itu. Raihan tidak mau di anggap lelaki yang tidak tegas karena selalu mengulur waktu.

Tapi bukan dengan Satya ia akan berbicara, Raihan lebih memilih berjalan menuju ruang VVIP tempat Marwa di baringkan. Dengan hati-hati ia mengetuk pintu rumah sakit itu.

"Assalammu'alaikum," Raihan sedikit mengintip dari balik pintu, memastikan.

"Wa'alakumsalam, masuk aja Rai." wajah Marwa seketika berbinar mengetahui siapa yang datang.

Sebelum benar-benar masuk, Raihan memejamkan matanya sejenak, mewakili perasaan kalutnya sekarang.

Dengan langkah berat, ia memberanikan diri berjalan masuk dengan menyeret kursi di samping brankar lalu duduk disana.

"Kamu ada perlu apa Rai? Tumben banget kesini?"

Raihan belum menjawab, pria itu hanya mengeluarkan deheman kecil.

"Kondisi lo gimana?" tanya Raihan membuka topik perbincangan.

"Alhamdulillah, udah baikan," Marwa tersenyum haru karena Raihan begitu peduli dengannya.

Bukankah sesama manusia saling peduli itu hal yang wajar? Bisa di katakan benar, bisa juga tidak. Semua tergantung cara kita menanggapi.

"Gue mau tanya sesuatu, boleh?" Nada bicara Raihan terdengar serius.

"B-boleh, tanya apa Rai?"

Raihan menarik nafas dalam, berharap kali ini Allah berada di pihaknya dalam menentukan keputusan yang sulit seperti ini.

"Apa lo mengharapkan jawaban dari gue sekarang juga?" tanya Raihan pada akhirnya.

"Jawaban? Jawaban apa Rai?" Marwa balik bertanya.

"Lo mau gue melakukan sesuatu agar Aletta bebas dari pertanggung jawabannya kan?"

Marwa terdiam, seperkian detik lamanya. Membuat Raihan yang berada di sampingnya kembali menarik nafas dalam. Sedikit kesal.

"Lo nggak mungkin lupa dengan ucapan lo sendiri 'kan?" ulang Raihan dengan tertawa kecil.

Marwa menggeleng kikuk. "Ucapan apa?"

"Lo beneran lupa atau cuma pura-pura?" tanya Raihan tidak yakin dengan tanggapan Marwa.

Perempuan itu terkekeh. "Kamu ngomong apa si Rai? Gimana aku mau tahu, kalau aku sendiri pun belum sampai memikirkan apa yang kamu ucapkan sekarang."

Raihan terdiam beberapa detik, mencoba menerka semuanya. 

"Maaf, gue sering lihat lo dekat dengan Papa. Kalau boleh tahu, apa yang selama ini kalian bicarakan selama di Rumah Sakit?"

Marwa mengernyitkan keningnya, mencoba menelusuri apa saja yang selama ini ia dan Satya bicarakan.

"Palingan Om Satya cuma tanya kabar aku gimana, terus dia juga suka bawain aku buah-buahan, selain itu nggak ada Rai."

Raihan mengusap permukaan wajahnya kasar. Haruskah ia percaya? Drama apa lagi ini, benar-benar membuatnya naik pitam. Apa mungkin Satya membohonginya?

"Oke, kalau gitu, gue pamit dulu. Assalam—"

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang