50. Anugerah

2.4K 181 56
                                    

Assalammu'alaikum wr.wb.

Bismillahirrahmaanirrahim, pastikan sebelum membaca part ini sudah melakukan kewajiban masing-masing terlebih dulu hihihi.

Selamat membaca :)

17+

****

Seorang gadis berdiri mematung di depan lemari kaca. Marwa memandangi satu persatu piagam penghargaan yang ia raih di pondok pesantren dengan jengah. Iya, Marwa sama sekali tidak mensyukuri kelebihan yang ia punya hanya dengan alasan simple, itu semua bukan keinginannya melainkan tuntutan kedua orang tuanya.

"Woy, makan," ujar seorang pria menyebulkan sedikit kepalanya dari balik pintu seraya membawa senampan makanan dan minuman.

"Nggak butuh."

"Mau mati?" tanya Alfan, pria tersebut sekaligus sepupu Marwa yang di tugasi menjaganya di kamar.

Semenjak kasus yang pernah ia perbuat kepada Aletta bulan lalu, membuat dirinya harus terkurung di dalam kamar, sampai acara kelulusan S1nya tiba. Tentu itu semua atas perintah kedua orang tuanya dan Alfan di tugasi Ustadz Faishal untuk terus memantau Marwa.

"Bawa keluar aja, gue nggak laper."

Alfan mengangguk. "Oh gitu, oke."

Pria itu kembali menutup pintu kamar Marwa, tanpa berniat membujuk sepupunya agar mau makan. Mana mau Alfan membujuk perempuan stres walaupun notabene perempuan itu sepupunya sendiri. Bukan apa-apa, hanya saja bagi Alfan, orang seperti Marwa memang harus di perlakukan seperti itu.

"Alfan!" Marwa membuka pintu kamarnya dan berlari menghampiri Alfan.

"Apa? Laper? Yahh gue pikir lo nggak mau, niatnya mau gue makan," keluh Alfan.

"Nih," Alfan menyodorkan piring tersebut.

"Gue nggak butuh itu."

"Dih, terus? Lo butuh gue? Og—"

"Lo punya hutang sama gue Fan!" Marwa tersenyum bahagia melihat pria itu sedikit terkejut.

"Paan? Berapa sini, gue bayar."

"Hutang budi," ujar Marwa membuat Alfan mengernyit bingung. "Inget, waktu lo dulu maksa gue buat bantu dapetin hatinya Ning Zahra?"

Mendengar itu, Alfan langsung gelagapan. Jangan sampai hanya perkara tersebut dapat memberi celah kesempatan untuk Marwa.

"Sebenarnya si nggak maksa ya, orang  Ning Zahra emang suka gue? Cuma gengsi aja. Gue cuma minta bantuin bujuk. Lagian gue udah bilang, kalau lo nggak mau ya nggak papa, dimana kata 'maksa' nya?"

Marwa tersenyum sekilas. "Tapi kalau bukan karena gue, hari itu juga lo kalah telak sama Gus Fahri! Lo cuma dapetin hatinya Ning Zahra, sedangkan Gus Fahri hati kedua orang tuanya. Kalau aja gue nggak ikut campur tangan, lo udah nangis darah!"

"Daripada lo, nangis darah, muntah paku, karena nggak dapet Raihan," sahut Alfan yang berhasil menyulut emosi Marwa.

"Dah lah, tobat gih sana. Harga diri wanita tuh di junjung tinggi-tinggi, eh lo malah ambrukin harga diri lo gitu aja," cibir Alfan. "Jujur sih, dari segi fisik juga Raihan nggak pantes sama lo. Lo kelihatan tua, padahal umur lo sama Raihan beda dua tahun doang. Itu karena apa? Kebanyakan ngamuk si lo."

Alfan tersenyum puas melihat raut Marwa kembali menggeram emosi. Tanpa mau berdebat unfaedah lagi, ia memilih segera saja meninggalkan perempuan itu.

"Fan!" panggil Marwa.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang