16. Pengakuan

2.5K 200 118
                                    

Setelah menyesaikan ritual mandinya, dengan handuk melilit rambut hitam kecoklatan, Aletta terus beteriak memanggil nama Raihan. Dan ini, panggilan ke lima kalinya.

"RAIHAN! Ck, tuh orang asli nggak denger apa budeg si?" kesal Aletta.

"Bik, tau Raihan dimana nggak?" tanyanya pada Bik Suli, asisten pengganti Bik Ayumi yang kini sedang menata piring.

"Enten, teng kamar cah Ayu," jawab Bik Suli.

Aletta mengangguk. "Makasih Bik."

Dengan dua kaki di hentak-hentakan, Aletta berjalan menuju kamar. Dan benar saja, Raihan terlihat serius dengan ponselnya sendiri.

"RAIHAN!"

"Astaghfirullah!" Raihan yang mendengar sentakan Aletta buru-buru menaruh ponselnya itu.

"Eh, udah selesai mandinya?" tanya Raihan dengan menampilkan senyum manisnya. Tetapi, Aletta justru membalas dengan tatapan sinis.

"Udah dari tadi!"

Raihan mengernyit bingung dengan Aletta yang sudah marah-marah sepagi ini.

"Kamu kenapa marah-marah?" Raihan berjalan mendekati Aletta, tapi gadis itu lebih dulu mendorongnya.

"Ngapain aja dari tadi di panggil nggak jawab?!" sarkas Aletta, berkacak pinggang.

"Kamu tadi manggil saya?" tanya Raihan merasa tidak enak.

"Nggak! Gue manggil cicak!"

Raihan terkekeh pelan. "Maaf Let, tadi saya lagi balesin chattan, penting. Mungkin saya nggak denger," jawab Raihan jujur.

"Dari siapa?!"

Raihan menarik nafas panjang. "Dari Marwa,"

"HAH? Marwa, yang anak pak ustadz itu?!" tanya Aletta syok yang di balas anggukan dari Raihan.

Aletta berdecak kesal, berjalan melalui Raihan di depannya dengan sengaja menubruk keras bahu pria itu.

"Aletta," panggil Raihan yang memahami kondisi istrinya sekarang.

"Let, maaf," ujar Raihan berjalan mendekati Aletta yang sedang mengambil seragam sekolahnya.

Tangan Raihan hendak menangkup wajah Aletta, tapi gadis itu memundurkan langkah.

"Udah sana, gue mau ganti baju!"

"Saya minta maaf," ulang Raihan kedua kalinya.

"Tadi saya beneran ada kepentingan Let, dia bilang ada undangan ceramah nanti sore," jelas Raihan yang membuat Aletta setengah percaya setengah tidak.

Aletta merotasikan matanya, malas. "Ya udah si."

"Kamunya jangan marah gini," lirih Raihan menarik dua tangan Aletta lembut, walau gadis itu terus berusaha melepasnya.

"Udah sana keluar dulu gue mau ganti baju!"

"Maafin dulu,"

"IYA," Aletta mulai mendorong tubuh Raihan keluar dari kamar.

"Beneran?"

Aletta menggeram, memasang wajah garang. "Sekali lagi lo ngomong gitu, gue nggak bakal maafin!"

"Jangan gitu, Allah aja maha pemaaf," ujar Raihan seraya mengusap kepala Aletta.

"Tau ah! Sekarang lo keluar nggak?!"

Tak mendapat respon, Aletta terpaksa kembali mendorong tubuh Raihan hingga benar-benar keluar kamar.

"Kalau udah siap bilang ya Let," ujar Raihan menahan engsel pintu sebelum tertutup.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang