33. Fitnah

1.9K 157 113
                                    


Assalammu'alaikum ^^
Part ini awal konflik ya, hehe. Tapi nggak lama kok, bismillah aja :)

"Gue mau kalian pisah!"

Aletta yang mendengar kalimat menohok dari Marwa spontan melebarkan bola matanya. Tangan kanannya semakin sakit saat perempuan itu menekannya kuat-kuat.

"Pisah?" Aletta tertawa sumbang. "Gak jelas banget lo tiba-tiba ngomong gitu." segera ia tepis kasar tangan Marwa yang tadi menahannya.

"Coba aja kalau bisa," lanjutnya dan segera melenggang ke dapur. Meninggalkan Marwa yang masih setia menatap punggung Aletta penuh aura kebencian.

Di dapur, ada tiga wanita berumur kisaran 30 tahun, mungkin mereka-mereka ini asisten di rumah Marwa yang juga bertugas sama sepertinya.

Aletta ikut berbaur dengan tiga wanita itu, dan mendapat tugas bagian memotong-motong sayur, bawang, dan lain sebagainya. Baru saja selesai memotong satu buah wortel, tiba-tiba getaran ponsel yang ia letakkan di sampingnya berdering. Menampilkan id call dari Raihan.

Aletta menoleh sebentar ke sekitar, tiga wanita tadi sedang tidak ada disini. Mungkin mereka sedang melakukan tugas lain, dan ini kesempatan Aletta bisa membaca pesan dari Raihan.

Raihan jelek

Aletta Tayang lagi apa?

Satu ukiran senyum terbentuk di wajahnya setelah membaca pesan itu. Entah kenapa akhir-akhir ini Raihan bucinnya kelewatan.

Aletta hendak membalas pesan Raihan tadi, namun sebuah tangan lain merenggut paksa ponselnya dari arah samping.

"Ck. Mau apa lagi si lo?!" sentaknya saat tahu jika yang menarik ponselnya tadi itu Marwa.

Perempuan itu tersenyum miring, mengayunkan ponsel Aletta yang berada di tangannya berkali-kali.

"Mau apa? Gue mau kalian pisah, atau gue yang pisahin!"

Aletta mendelik, lalu tertawa kecil dengan ucapan Marwa. Ia letakkan pisau dapur tadi di sampingnya, lalu mengganti gaya memangku tangan di depan dada. Menatap intens lawan bicaranya.

"Pisah ya? Lo mau gue pisah?"

Aletta menggeleng, berjalan mendekati Marwa, dan berbisik dari samping. "Silahkan, cari cara. Tapi kalau bisa!" katanya dengan nada meremehkan. "Dan, jangan pake cara curang!"

Beralih dengan mengusap bahu Marwa pelan. "Ternyata semiris ini ya cinta bertepuk sebelah tangan? Haha sabar."

Aletta meraih kembali ponselnya dari tangan Marwa, lalu duduk di salah satu kursi dapur. Ekor matanya masih melirik Marwa yang terlihat benar-benar emosi, membuatnya semakin senang untuk memanas-manasi perempuan di depannya ini.

"Sebenarnya banyak di luaran sana yang lebih baik dari Raihan, tapi lo nya aja yang kudet!" kata Aletta sembari memainkan jari di ponselnya.

"Lo belum tentu baik buat Raihan, begitu juga sebaliknya." Aletta memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang dibawa, lalu berdiri dari kursi yang di dudukinya.

"Mungkin sekarang, lo sengaja dibuat patah, sebelum semuanya terlanjur parah." Aletta menepuk pundak Marwa lalu kembali dengan aktifitasnya itu.

"Sorry, gue nggak ada waktu buat ngurusin lo. Daripada lo gabut, mending ikut bantuin gue," ucap Aletta yang sebenarnya hanya tidak ingin memancing keributan.

Bukan karena takut, tapi ia hanya tidak mau merepotkan Raihan.

Tapi, bukan Marwa namanya jika langsung mengalah dan mencoba damai begitu saja. Jelas itu tidak akan mungkin. Terlebih tentang perasaannya yang sudah tersakiti oleh gadis di depannya ini.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang