24. Akhlaq yang liar

2K 169 101
                                    

Assalammu'alaikum^^
.
.
.

Satu jam lebih Raihan belum juga datang menjemputnya. Andai Shaka lebih lama menemaninya disini, mungkin ia akan sedikit terhibur. Karena gabut, Aletta berjalan ke sekitaran taman dan berhenti tepat di bawah pohon rambutan.

Matahari perlahan beranjak turun, jujur Aletta takut jika harus sendiri seperti ini, apalagi maghrib-maghrib seperti ini.

"Raihan lama bangettt ih!" Aletta mulai menitihkan air matanya yang langsung di usap dengan ujung kerudung.

Apa Raihan lupa dengan dirinya?

Karena gabut, ia berniat mengelilingi taman ini. Dan samar-samar ia mendengar suara di sebrang sana. Aletta segera mencari persembunyian strategis agar bisa memantau dua laki-laki dengan satu perempuan di sebrang sana.

"Lho, ternyata Raihan udah disini?" Aletta menggeleng tak percaya. Sedari tadi ia menunggu pria itu, ternyata Raihan sedang asik berbincang dengan Marwa.

Aletta ingin kesal, tetapi Raihan tidak sendiri disana, ada Satya di sampingnya. Ia hanya tidak mau su'udzon, karena tak mau menambah dosa lebih banyak lagi.

Dua mata Aletta melebar saat Raihan berjalan menuju tempatnya berada. Buru-buru ia melarikan diri kembali ke kursi panjang tadi.

"Lett," panggil Raihan.

Aletta hanya melirik sekilas tanpa menjawab sapaan Raihan.

"Lama ya?"

Tak kunjung mendapat respon, tangan Raihan menyentuh kedua bahu Aletta agar mau menatapnya.

"Let, kenapa bolos ngaji? Ini baru pertama masuk lho," ujar Raihan.

Aletta menepis kasar tangan Raihan dari bahunya. "Suka-suka."

"Let, nggak boleh gitu. Saya nggak memaksa kamu ngaji disini kalau keberatan "

Aletta berdehem, dua matanya melirik sadis ke arah Raihan. "Lo kalau emang suka sama Marwa bilang Rai,"

"Ngomong aja gue nggak marah," ujar Aletta tanpa mau menoleh ke Raihan.

"Astaghfirullah, kamu kenapa lagi sayang?"

Deg. Aletta syok mendengar Raihan memanggil namanya dengan sebutan sayang?

"Sini, kalau ada masalah cerita, saya bakal dengerin semuanya," ucap Raihan seraya mengusap wajah Aletta dengan ibu jarinya.

Entah kenapa melihat Raihan justru memperlakukannya lembut, dua matanya justru kembali memburam. Jika satu kata lagi dari Raihan berhasil menembus relung hatinya, mungkin Aletta bisa menangis sekarang juga.

"Aletta, kamu kena—"

Dan benar saja, Aletta langsung menangis saat dengan lembutnya Raihan memanggil namanya tadi.

Raihan terkekeh. "Hei, kok nangis? Jangan nangis," Raihan membawa Aletta ke dalam pelukannya.

"Tapi nggak papa nangis aja, saya tahu menangis itu bentuk kelembutan hati perempuan. Sekalipun perempuannya garang kaya kamu gini," Raihan mencubit hidung Aletta pelan.

"Raihan!"

"Iyaa," jawab Raihan lembut.

"Nggak mau ngaji disini lagi!" Aletta melepas pelukannya dari Raihan.

"Kenapa?"

Gadis itu berdecak kesal. "Ada Marwa. Tadi dia ngatain aku nggak bisa ngaji! Dia juga bilang kalau tipikal cewek idaman lo itu yang pinter ngaji, alim, cantik, pinter.  Sedangkan gue?" Aletta menunjuk dirinya sendiri.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang