Aku terbangun dengan kepala sakit luar biasa. Lalu aku memijat pelan pelipisku agar sakit kepala yang sangat menyiksa ini berkurang. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruang, lalu dengan gerakan refleks yang terlalu cepat aku pun langsung duduk karena sadar jika saat ini aku tidak bangun di kamarku sendiri.
Dan sialnya ... gerakan tiba-tiba itu membuat kepalaku semakin berdenyut nyeri. Sehingga kurang dari lima detik kemudian aku kembali ambruk ke tempat tidur. Aku memejamkan mata beberapa saat sampai sakit kepalaku berkurang. Saat tubuh dan otakku terasa lebih baik, aku pun kembali membuka kedua netraku bersamaan.
Aku kembali mengedarkan pandangan ke seluruh ruang, bagus setidaknya aku tidak bangun di motel murahan dengan orang asing yang tidak aku kenal. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, tapi yang aku ingat hanya saat saling nyinyir dengan Sila--lalu aku bermimpi terbang di antara pohon jeruk--bahkan sampai saat ini aroma citrus yang familiar itu masih tercium samar-samar.
WINA BEGO! SEBENERNYA APA YANG SEMALEM LO LAKUIN?
Sumpah aku tak ingat apa pun selain mimpi terbang di antara pohon jeruk! Dan hellow apa mimpi itu ada artinya? Kalau ada pasti artinya jelek, karena aku begitu sial pagi ini.
Aku menyingkap selimut yang membungkus tubuhku, dan dari kaca raksasa di lemari, aku dapat melihat tubuh setengah telanjangku. Aku mencari pakaianku di mana pun, tapi tak menemukannya. Akhirnya aku membuka lemari yang ada di depanku, aku pun langsung terpaku saat melihat pakaian yang ada di sana. Aku tahu milik siapa semua pakaian ini.
Lalu, walau aroma kayu sedikit lebih mendominasi, tapi aroma citrus yang menenangkan ini juga akan selalu aku kenali. Semalam bukan mimpi dan tentu saja ini saat ini juga bukan mimpi.
Aku-Bangun-Setengah-Telanjang-Di-Kamar-Alexandre. Sekali lagi, aku bangun setengah telanjang di kamar Alexandre! Yang untungnya bukan di Twogether, dan shit! Apa semalam--OH.MY.GOD. Aku ingat semuanya sekarang! Aku ingat apa yang aku katakan pada Alex semalam.
'Sometimes' Sialan!
Dengan wajah panas seperti terbakar aku pun mengambil salah satu kaos dan celana pendek di lemari. Lalu memakainya dengan tergesa-gesa. Aku membuka pintu kamar dan aroma masakan yang begitu menggugah selera langsung memenuhi hidung, menandakan jika saat ini Alex sedang membuat sesuatu di dapur.
Aku langsung menghela napas lega begitu melihat Alex di dapur. Karena setidaknya itu benar-benar Alex, bukan stranger atau pria tidak jelas yang membawaku saat teler dari Olivers.
Alex memutar tubuhnya dan sedikit terpaku saat melihat netraku, tapi pria itu langsung melanjutkan aktivitasnya--menaruh telor ceplok di antara roti--yang sudah tersedia di meja makan.
"Hai, morning, Win. Sorry, karena nggak ada niat mau mampir ke sini, jadinya gue cuma bisa bikin roti tawar isi telor ceplok buat sarapan."
"Morning juga, Lex. It's okay, sorry gue jadi ngerepotin."
Demi apa pun, selama dua tahun kenal Alex. Aku tidak pernah terjebak di situasi secanggung ini. Dan rasanya aku seperti tenggelam. Aku berdeham pelan, sungguh aku tidak mau terjebak dalam kecanggungan ini selamanya. Jadi, lebih baik ayo selesaikan sekarang. Aku harus bicara tentang semalam. Sebelum keberanianku menguap dan otakku akhirnya berpikir dengan benar.
"Lex, apa pun yang kita lakuin semalam. Anggap aja beautiful mistakes or beautiful sin, okay? Gue tau itu nggak bener, but gue juga tau kalo rasanya pasti nggak buruk." Rasanya nggak buruk apaan ... bahkan gue sama sekali nggak inget rasanya pas gue orgasme!
Dengan berani aku menantang mata Alex saat pria itu menatap intens ke arahku. Dan saat Alex mulai membuka mulut, sungguh rasanya aku seperti ingin menghilang di segitiga bermuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Mate! (Completed)
Romance#Twogetherseries2 Alexandre Rajendra dan Wina Rakasiwi Soebarjo adalah teman satu rumah sejak dua tahun lalu. Anggota Twogether menjuluki mereka Tom and Jerry karena tidak pernah akur. Namun bagaimana jika pada suatu malam penuh bintang mereka memb...