“Halo sepupu! Long time no see!” sapa Bondan Soebardjo dengan gaya tengilnya yang biasa. Dagunya yang ditumbuhi five o'clock shadow cukup tebal membuktikan jika seorang Bondan Soebardjo belum berubah sama sekali. Ia masih jadi si workaholic dan menjadikan kantor polisi sebagai rumah utamanya.
Aku bangkit dari dudukku lalu segera memeluk sepupuku itu. “Hi, big bear! I miss you!”
“Miss you too, kucing liar. How are you?” tanya Bondan seraya balas memelukku.
“Ambruk,” jawabku seraya menunjukkan bekas infus di tangan kiri.
Bondan terkekeh seraya duduk di sofa setelah ber-high five dengan Alex. Haish, ia masih sama, masih saja suka SKSD dengan siapa saja. “Ya, baguslah kalo lo masih bisa sakit. Tandanya lo manusia, konspirasi yang menyatakan lo adalah alien sudah terpecahkan.”
“Oh, mirror boy! Tampang lo lebih mirip alien cuy, kapan terakhir lo cukuran? Bentuk muka lo beneran nggak kayak manusia lagi.”
“Kasus yang gue tanganin kali ini cukup bikin pusing. This son of bitch, bener-bener kelewat cerdas, sampai dia bisa anak buah gue kelimpungan.”
Saat ini Bondan memang sedang dipusingkan dengan kasus pembunuhan berantai di daerah Bandung Barat, berita ini cukup menggemparkan Indonesia sebulan terakhir. Sudah ada tujuh korban yang semuanya wanita umur 17 sampai 25, sudah ada beberapa tersangka yang ditetapkan, tapi masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Aku tahu Bondan yang merupakan ketua tim khusus yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini pasti tengah pusing tujuh keliling. Sebenarnya awalnya aku ragu meminta bantuan sepupuku itu, tapi untungnya ia menyanggupi. Sehingga di sinilah kami bertiga, duduk berhadapan dengan sebuah flashdisk yang ada di meja.
“Be careful, Mas. Gue tahu kasus ini nggak mudah, dan gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Please, jangan terluka, oke? Dan thanks karena udah nyanggupin permintaan gue walau gue tahu lo sibuk. Semua bukti ada di sini, kan? Dan videonya Leora yang udah ada di hp si bangsat itu beneran udah lo lenyapin?” tanyaku serius.
Kali ini Bondan juga menatapku serius seraya mengangkat satu sudut bibirnya. “Lo tenang aja, semuanya aman. Dan apa pun yang ada di flashdisk ini bakal bikin Leora menang di persidangan. Kasus ini ternyata lebih besar dari yang gue duga. Riani bakalan banyak lembur.”
Aku tak tahu apa yang ada di flashdisk itu, aku hanya meminta tolong pada Bondan untuk memastikan jika mantan pacar Leora sudah tidak punya lagi video laknat yang selalu membuatku mual saat mengingatkan kembali. Aku tidak akan menonton atau melihat isi flashdisk itu, karena aku sudah menebak apa isinya.
Kalau isi dari flashdisk ini bisa membuat para bangsat seperti mantan Leora mendekam lebih lama di penjara, bagiku sudah cukup.
“Sekali lagi makasih banyak, Mas,” ujarku seraya memberikan flashdisk itu kepada Alex. Alex akan memberikan itu kepada Rafael Januardi yang merupakan pengacara Leora, dan senyuman langsung terbit di bibir kami berdua. Hah, akhirnya semua ini selesai.
Awalnya memang sulit untuk membujuk Leora melaporkan mantan pacarnya ke polisi. Karena di kebanyakan kasus, korban pelecehan seksual pasti selalu saja yang lebih banyak disalahkan. Apalagi selama ini mantan pacarnya selalu mengancamnya macam-macam.
Si bangsat mantan pacar Leora mem-blackmail Leora dengan video sex mereka. Hingga gadis itu diperas habis-habisan dan terpaksa bekerja paruh waktu di Queen Bakery. Posisi Leora yang merupakan anak dari aktivis yang selalu menyuarakan tentang bahayanya sex bebas, dimanfaatkan habis-habisan oleh Aldo.
“Bayangin, Le, anak aktivis yang selalu menyuarakan bahaya sex bebas malah jadi model video porno? Bayangin betapa malunya orang tua lo. Kalo lo nggak ngasih gue duit, gue bakal sebarin video ini dan biarin satu Indonesia liat betapa murahannya lo!”
Itu adalah ancaman yang selalu dikeluarkan Aldo untuk mengancam Leora. Tapi dengan flashdisk yang diberikan Bondan, semua ini bakal berakhir. Manusia busuk seperti Aldo memang pantas mendekam di penjara, dan aku akan memastikan si bangsat itu bakal mendekam di sana amat sangat lama.
“Habis ini lo mau langsung balik ke Bandung? Atau mampir ke rumah Mama?”
“Tante Melani ngajak gue makan malam bareng, dan gue harap nanti lo juga dateng. Biar lo liat kalo kegantengan ini dari dulu sampai sekarang nggak berubah. Abis dari sini gue bakal langsung cukuran.”
“Cih, gue sama sekali nggak tertarik liat lo abis cukuran, tapi gue lebih nggak tertarik buat makan malam di rumah. So, kita bisa makan siang bareng sekarang. Gue sama Alex siap-siap dulu. Lo deh yang pilih restorannya.”
Bondan mengeluarkan satu flashdisk lagi dari kantong kemejanya. “Yang ini lo buka kapan-kapan aja, tapi Wina, Tante Melani nggak seburuk yang lo pikir. Gue selama ini diem karena gue tahu betapa terlukanya lo karena Mama lo, tapi kali ini gue udah nggak bisa diem lagi. Dan sorry, gue nggak bisa ikut lo makan siang, gue ada urusan abis ini. Dan ya satu lagi!” seru Bondan seraya menatap jijik aku dan Alex. “Please, kalian berdua harus berhenti sexting menjijikan! Gue tahu kalian cuma ngerjain gue!” protes Bondan yang sontak aku respons dengan tawa puas.
Setelah aku tahu kalo Oma masih suka menyadap semua ponsel semua anggota keluarga Soebardjo, dan sudah jelas Oma pasti bakal selalu minta tolong pada Bondan, aku memang sengaja mengerjai sepupuku itu dengan berbagai chat cringe atau kadang sexting yang aku tahu pasti bakal langsung membuat Bondan mengumpat di rungannya yang dipenuhi berbagai komputer dan aroma nikotin itu.
“Kenapa? Iri lo, Mas? Makanya cari cewek cuy! Jangan lupa menikmati hidup, Mas! Karena lo bisa aja mati besok pagi. Kencan sana!”
“Fuck you, Win! Dan mana ada gue iri? Yang ada gue jijik! Dan Wina ... jangan terlalu menikmati hidup, Sis, karena lo juga bisa mati besok pagi! Good bye, kucing liar. Sampai jumpa nanti malam.”
Setelah mengatakan itu Bondan segera meninggalkan Twogether, aku tidak tahu kenapa sepupuku itu yakin sekali aku bakal datang malam ini. Flashdisk yang Bondan beri aku genggam erat-erat, aku tidak tahu apa isi dari flashdisk tersebut, dan sebenarnya aku takut untuk mengetahui isinya.
Namun, akhirnya aku memutuskan untuk membuka flashdisk yang ternyata hanya berisi sebuah pdf yang berisi sebuah surat keterangan dokter.
Kanker Pankreas stadium empat.
Dan kenyataan itu membuat hatiku begitu sakit, hingga untuk bernapas saja rasanya begitu sulit. Dan aku tidak pernah merasakan rasa sakit yang lebih sakit daripada ini.
***
Guys, kalo Sa bikin genre Thriller ada yang mau baca? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Mate! (Completed)
Romance#Twogetherseries2 Alexandre Rajendra dan Wina Rakasiwi Soebarjo adalah teman satu rumah sejak dua tahun lalu. Anggota Twogether menjuluki mereka Tom and Jerry karena tidak pernah akur. Namun bagaimana jika pada suatu malam penuh bintang mereka memb...