Aku dan Alex memasuki gedung teater dengan jalan beriringan. Jemari tangan kami saling bertautan, dan sesekali kami juga menyapa beberapa kolega Alex yang ternyata juga diundang ke konser Siska kali ini.
Di dunia musik, nama Siska Narendra Soebarjo memang cukup terkenal. Dan aku tahu jika adikku itu bisa sampai di titik ini bukan hanya karena nama Soebardjo yang ada di belakangnya. Siska sudah belajar piano saat umur dua tahun, lebih muda setahun daripada aku. Kalo aku les piano dengan terpaksa, maka Siska les piano karena memang menyukainya. Syukurlah di antara kami berdua benar-benar ada yang menyukai mimpi buruk ini.
Ya, sampai saat ini piano bagiku adalah mimpi buruk.
Dan aku sama sekali nggak mau bernostalgia tentang masa lalu di sini, makanya aku memutuskan untuk segera memfokuskan diri untuk mencari tempat duduk sesuai undangan.
Aku dan Alex duduk di baris ketiga bangku kedua dan ketiga. Baris pertama diisi oleh tamu-tamu VIP dan aku dapat melihat Mama tengah menyapa beberapa tamu. Ada istri gubernur Jakarta juga di sana. Bukan rahasia lagi jika istri dari orang nomor satu di Jakarta itu sangat menyukai permainan piano Siska, makanya aku tidak heran jika Ibu Helen Sutioso juga ada di sini.
Semua orang langsung terdiam saat lampu studio dimatikan. Tapi aku tahu semua fokus mereka mengarah ke arah panggung.
Di panggung terlihat Siska berjalan anggun dengan gaun birunya yang tampak indah dan elegan. Lampu sorot yang menyoroti setiap langkah gadis itu membuat ia seperti seorang dewi yang baru saja turun dari surga.
Lalu ia duduk di depan piano dan jari-jari lentiknya yang terlatih mulai menari diatas tuts piano dengan ciamik. Lagu pertama yang dibawakan Siska adalah lagu Swan Lake, Op. 20, karya komposer Rusia—Pyotr Ilyich Tchaikovsky. Seiringan dengan lagu yang dimainkan Siska, ada dua penari balet yang menari mengitari Siska yang tampil di tengah panggung.
Suara piano yang dimainkan Siska begitu lembut dan penghayatan gadis itu semakin membuat lagu yang terdengar seolah menembus jiwa.
Aku memang tidak tahu banyak tentang Piano. Namun, dipaksa belajar piano setahun penuh saat kecil membuatku familiar dengan beberapa lagu-lagunya. Dan Swan Lake bakal selalu jadi salah satu lagu favoritku, karena setiap mendengar lagu ini aku bakal selalu mengingat film Barbie of Swan Lake yang sering aku dan Siska tonton waktu kecil. Sebelum kejadian itu merenggut semua yang kami berdua punya.
Setelah menyelesaikan Swan Lake dengan sempurna, tiba-tiba lampu sorot yang menyinari Siska dan pianonya juga ikut padam. Membuat Siska seolah menghilang untuk beberapa saat. Lalu lampu sorot kembali dinyalakan, bertepatan dengan lagu Heart and Soul yang menari di udara.
Kali ini Siska tidak lagi menggunakan gaun birunya yang indah. Gadis itu sudah berganti dengan baju terusan selutut berwarna kuning ngejreng dan bando pita merah yang menghiasi kepalanya.
Dan akhirnya aku sadar kalo Siska mempersembahkan konser ini untukku. Heart and Soul akan selalu jadi favoritku dan Siska. Walau tak pernah mengatakan apa-apa, tapi sejak kecil Heart and Soul sudah seperti tali tak kasat yang mengikat jiwa kami berdua.
Aku pikir tali itu sudah lama putus, tapi mungkin tidak sama sekali. Ah, sial tanpa sadar air mataku mengalir di pipi. Sudah berapa waktu yang kami berdua sia-siakan karena gengsi dan salah paham? Sungguh, aku ingin memeluk Siska erat saat ini juga.
Adik kecilku nyatanya tidak pernah ke mana-mana. Ah, beginikah rasanya diterima dan disambut pulang?
Setelah Siska menyelesaikan lagu terakhirnya lampu stadio kembali dinyalakan. Semua penonton pun langsung berdiri untuk memberi standing applause dan Siska segera membungkuk ke arah pentonton. Lalu gadis itu segera kembali ke backstage seraya membawa buket bunga raksasa yang diberikan salah satu pentonton.
Seperti biasa Siska langsung jadi buah pembicaraan begitu konsernya selesai. Jadi, tak heran jika nama gadis itu bakal langsung muncul di berita-berita. Instagram pecinta resital piano atau youtube karena konser Siska memang selalu live di platform satu itu.
Tapi berita yang muncul kali ini ternyata lebih heboh dari biasanya, karena ada berita lain yang menyangkut Siska, dan itu membuat semua keluarga Soebardjo pusing tujuh keliling.
Berita itu langsung begitu ramai terutama di akun lambe-lambean. Suasana studio pun menjadi chaos karena beberapa wartawan memaksa wawancara. Dengan tubuh besarnya Alex menggiringku keluar studio agar tidak tertangkap oleh mata wartawan yang saat ini mengerubungi Mama dan yang lainnya.
Setelah itu aku mencari Siska di ruang tunggu tapi ternyata gadis itu tidak ada di sana. Aku juga meneleponnya berulang kali, tapi sama sekali tak ada jawaban. Siska entah menghilang ke mana....
Tapi aku berdoa pada Tuhan, semoga adikku itu baik-baik saja.
***
Okay, karena udah mau tamat. Konfliknya bakal dikupas satu-satu, ya. Biar semua traumanya Wina kejawab, dan nasib hubungannya dengan Alex juga terjawab.
Sa, sayang kalian,
Xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Mate! (Completed)
Romance#Twogetherseries2 Alexandre Rajendra dan Wina Rakasiwi Soebarjo adalah teman satu rumah sejak dua tahun lalu. Anggota Twogether menjuluki mereka Tom and Jerry karena tidak pernah akur. Namun bagaimana jika pada suatu malam penuh bintang mereka memb...