69. Soulmate

2.3K 308 15
                                    

Aku berterima kasih pada Pak Asmat yang sudah membukakan pagar, lalu aku memakirkan mobil di halaman rumah Alex yang luas. Sungguh, saat ini jantungku seperti mau pecah. Organ pemompa darah itu menggedor dada dengan amat kencang, sehingga membuat rasa mual bergelung di perutku.

Orang bilang mertua itu Jumat Kliwon. Tapi bagiku ini lebih mengerikan daripada Jumat Kliwon, aku sungguh tidak tahu bagaimana caranya meluluhkan hati Tante Risma. Dan saat ini punggungku benar-benar dialiri keringat dingin.

Aku mengembuskan napas panjang, lalu meyakinkan diri untuk segera menemui Tante Risma. Alex sudah melakukan banyak hal untukku. Setidaknya inilah hal yang bisa aku lakukan untuk kelancaran hubungan kami ke depannya. Aku tahu, aku tidak mungkin semudah itu meluluhkan hati Tante Risma, dan membuat wanita kesayangan Alex itu bakal langsung menyukaiku. Harapanku juga tidak semuluk-muluk itu, perjuanganku meluluhkan hati mertua akan sangat sulit, apalagi setelah apa yang aku lakukan di pertemuan kami sebelumnya.

Sungguh, kadang aku begitu membenci mulutku yang kadang sulit direm ini.

Setelah berdiam diri di mobil sekitar lima menit, akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu rumah Alex. Dan senyumanku yang aku yakin begitu kaku langsung melebar saat mataku bertatapan dengan mata Tante Risma.

"Hi, Tante! Selamat siang!"

Tante Risma mengerutkan glabelanya-tampak bingung. "Siang juga Wina. Ada yang bisa Tante bantu? Kamu ke sini sama Alex? Kok, itu bocah semprul nggak ngabarin dulu kalo mau mampir?" tanya wanita paruh baya itu beruntun.

"Aku nggak ke sini sama Alex, Tan. Aku datang sendiri. Marcel bilang Tante ada pesanan kue ulang tahun hari ini. Jadi, aku mampir, siapa tahu aku bisa bantu sesuatu."

Tante Risma masih menatapku dengan tatapan penuh tanda tanya, tapi akhirnya wanita itu mengajak aku masuk ke dalam rumah. Tanpa basa basi Tante Risma langsung memberikan celemek bermotif teddy bear kepadaku dan menyuruhku untuk memecahkan beberapa telur yang sudah dipersiapkan di sebuah box.

Lalu aku berdiri di samping Tante Risma dan mulai memecahkan telur ke dalam dua buah wadah. Satu wadah berisi putih telur dan satu wadah berisi kuning telur. Untuk beberapa saat hanya ada keheningan di antara kami dan tak lama kemudian seluruh dapur juga didominasi bau amis telur yang sangat khas.

"Tante nggak pernah cerita kalo Tante juga terima pesanan kue ulang tahun," ucapku karena tak tahan dengan keheningan yang benar-benar mencekikku sejak tadi.

"Saya memang menerima pesanan dari orang-orang tertentu saja dan kalo emang lagi mood bikin kue."

"Ahh...." jawabku seraya menganggukkan kepala, karena sungguh aku tidak tahu harus menjawab apa.

Aku merindukan saat-saat dulu memasak bertama Tante Risma. Memasak dengan mama Alex sungguh sebuah penghiburan tersendiri bagiku. Hangat, penuh canda tawa, dan penuh dengan obrolan tidak penting khas wanita. Bukannya hening dan dipenuhi kecanggungan saat ini.

"Gimana kabar kucing Tante Josaline?"

"Ya?"

"Si Mel-kucing Tante Jo gimana kabarnya? Masih flu?" tanyaku serius-kali ini seraya menatap mata Tante Risma. Saat terakhir kali kami masak bersama di Twogether beberapa bulan lalu, kami begitu asyik membahas tentang salah satu kucing milik sahabat Tante Risma yang terkena flu.

Tante Risma tersenyum kecil-lalu kembali fokus mengadon tepung yang sudah dicampur dengan putih telur. "Sekarang Mel udah sembuh dan minggu lalu baru disteril karena setelah nggak pulang dua hari malah hamil."

Aku tertawa kecil. "Aku bisa bayangin Tante Jo pasti heboh banget waktu itu."

"Iya, dia sampai nyepam di grup dan ngomel-ngomel hingga akhirnya di keluarin sama Tante Cintya. Terus karena ngomelnya belum beres, di arisan juga masih ngoceh sampai semua orang telinganya panas. Untung saat itu nggak diusir juga sama Cintya dan disuruh pulang."

Hi, Mate! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang