37. Monster

3.8K 544 32
                                    

Aku menggigit bibir bawahku kencang—untuk menahan tawa—saat mendengar Alex yang masih bersungut-sungut kesal karena topeng yang dikirim oleh Ardhito kemarin. Di ulang tahun Ardhito kali ini pria itu memang mengusung tema pesta topeng untuk ulang tahunnya. Dan entah kebetulan atau tidak, tapi aku dan Alex mendapat undangan dengan dress code Beauty and The Beast.

Kemarin Ardhito yang sok kerajinan itu sampai mengirimi kami topeng khusus. Penyanyi sekaligus aktor yang tengah naik daun itu memberiku topeng cantik berwarna biru dengan hiasan bulu di sisi kiri. Berbanding terbalik dengan topeng milik Alex yang berwarna hijau dengan rambut culun dan alis menukik tajam. Aku tidak tahu di mana Ardhito mendapatkan topeng Hulk versi culun itu, tapi aku bersumpah nanti akan bertanya padanya.

Akhirnya mobil yang dikendarai Alex sampai di halaman rumah ‘rahasia’ milik Ardhito. Hanya ada sekitar tujuh mobil yang terparkir di halaman rumah yang luas itu. Di pesta ulang tahunnya kali ini pria itu memang tidak membuat pesta yang meriah, hanya pesta kecil-kecilan mengundang keluarga dan sahabat terdekat.

Sebelum turun aku memasang topeng biru cantik yang sejak tadi sudah kupersiapkan, aku juga sedikit menata rambutku yang berantakan. Bibirku yang aku poles dengan lipstik berwarna merah darah, ternyata sangat cocok dengan topeng biru yang aku pakai. Membuatku sontak tersenyum puas.

“Lo cantik,” ujar Alex yang sontak membuatku menoleh ke arah pria itu. “Hah?” tanyaku dengan wajah yang terasa panas dan jantung seolah mau pecah. Aku juga ingin menarik kedua sudut bibirku lebar-lebar; untuk mengekspresikan rasa bahagia yang menyusupi sukma, tapi aku menahannya sekuat tenaga. Gengsi dong!

Dengan secepat kilat aku mengalihkan pandangan, lalu berdeham pelan. “Thanks, Lexi, tapi dari dulu gue juga cantik,” ujarku songong dengan senyum culas seperti biasanya, tapi kedua tanganku gemetaran di atas paha.

Apa jatuh cinta selalu seperti ini? Jatuh cinta sendirian saja rasanya luar biasa.

Alex hanya memutar bola matanya sebagai respons. Memang sedikit aneh karena Alex tidak menanggapi kenarsisanku seperti biasa, tapi mungkin itu karena ia masih kesal perihal topeng Hulk culun itu.

Dengan ekspresi malas Alex memakai topeng Hulk culun itu dan wajahnya yang setengah hijau sontak membuatku tertawa keras. Alex mendekat ke arahku lalu menyentil keningku cukup kencang, membuatku sontak mengaduh sakit. Aku ingin membalas tindakan Alex, tapi semua makian dan tenagaku tiba-tiba hilang tak bersisa.

Aku hanya menatap wajah Alex yang tepat ada di depanku dengan intens.

Belaian jemari Alex di kedua pipiku karena ia sedang membenarkan topengku yang mungkin tadi miring; karena aku tertawa terlalu kencang, membuatku memejamkan sesaat. Rasa hangat itu mengalir lewat kulit, mengalir di pembuluh darah, menyusup ke tulangku, dan membuat jantungku seolah meledak. Oh, Tuhan....

Setelah merasakan setiap sensasi menyenangkan itu, aku kembali membuka mataku. Dan netra kecoklatan Alex langsung menenggelamkanku ke samudera tanpa dasar yang tenang. Untuk beberapa saat kami hanya saling bertatapan. Seolah saling tenggelam dan menikmati ketenangan yang tercipta. Tak ada suara apa pun di sini. Hanya ada suara tarikan napas kami yang saling bersahutan.

Alex mengelus pipi kiriku lembut, lalu membenarkan topengnya sendiri. Bibir pria itu merengut lagi. “Win, sebenernya Ardhito punya dendam kesumat apa sih sama gue? Seriously, Beauty and The Beast? Ini sih lebih kayak pangeran buruk rupa yang nggak sadar diri jatuh cinta sama bidadari surga. Kalo versi modern, kayak cowok culun dan ter-bully di sekolah jatuh cinta sama most wanted girl kapten cheerleader yang tak tergapai! Nggak sekalian Hulk culun ini dikasih kaca mata super tebel?” kesalnya panjang lebar.

Hi, Mate! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang