Aku terbangun dengan senyuman super lebar saat melihat Alex tertidur di depanku dengan napas naik turun yang teratur. Lalu aku menggeser kepalaku ke belakang, untuk memberi jarak agar aku bisa melihat wajah polos Alex yang tengah tidur dengan lebih leluasa.
Aku menarik selimut sampai dada, karena udara hutan pagi ini begitu menusuk sampai tulang. Dengan gerakan perlahan, aku mengelus pipi Alex yang sedikit kasar karena mulai ditumbuhi five o'clock shadow.
Ingatan kegiatan tadi malam membuat pipiku terasa panas. Aku yakin wajahku sudah merah padam sekarang. Ya ... Masa depan siapa yang tau? Kalo sudah tau pasti terluka, bukankah lebih baik setidaknya merasakan bahagia?
"Hai," sapa Alex begitu pria itu membuka matanya. Pria itu mengucek matanya sebentar, lalu tersenyum lebar. Yang langsung aku sambut dengan senyum sama lebarnya.
"Hai, maaf aku ganggu tidur kamu, ya?" tanyaku.
"Ya," jawab pria itu tak menyangkal. "Tapi aku nggak masalah, pemandangan seorang Wina bangun tidur sama sekali nggak mengecewakan."
"Oh, jelas, aku emang cantik dari lahir."
Alex menyentil keningku, kali ini dengan senyum lebar bukan dengan memutar kedua bola matanya malas. "Ck, dasar ratu narsis sejagad!" serunya yang membuatku manyun. Dan Alex langsung mengecup bibirku lembut. Oh god ... Ini semua terasa seperti mimpi dan aku nggak mau bangun.
"Win, kita-"
"Lexi, denger. Kalo kamu mikir ciuman kita semalem bukan apa-apa, kamu salah besar. Aku bakal sebarin foto kamu pas sunat kalo anggap ciuman kita semalem adalah kesalahan. Kamu tau ... Aku nggak bakalan pernah bisa kamu abaikan, dan aku nggak mau. Aku butuh kepastian."
"Ya, ya, kita pacaran beneran. But, wait, kamu dapet foto aku pas sunat dari siapa? Nggak mungkin dari mama, dia kan nggak ngerestuin hubungan kita."
"Marcell," jawabku singkat seraya menahan tawa saat membayangkan foto 'sunat' Alex pas pria itu kelas 1 SD.
"Fuck! Si kampret itu menjatuhkan harga diri kakaknya sendiri demi sepatu Tomkins diskonan?" tanya Alex dengan mimik tak percaya.
Kali ini aku terbahak keras. "Kali ini buat lolos wawancara part time di Queen Bakery. Dan aku langsung lolosin dia sebelum wawancara."
Alex menindih tubuhku dan aku langsung mengalungkan kedua lenganku di lehernya. "Kamu tau itu bahkan lebih buruk daripada nepotisme. Kamu harus dihukum, Bos."
"Kamu bukan menteri ketenagakerjaan."
"Iya, tapi aku pacar kamu."
"Dan pacarku ini, kira-kira mau ngehukum aku kayak gimana?" tanyaku dengan senyum menggoda.
"Sesuatu yang kamu suka."
"Lebih aku suka daripada foto sunatan kamu?" tanyaku bercanda yang sontak membuat Alex cemberut. Tapi kemudian ia tersenyum smirk.
"Aku pastikan itu."
Setelah itu aku menyambut kecupan Alex di bibirku. Hubungan kami tidak akan pernah mudah. Tapi mungkin benar kata Mbak Hanum dan Oma, aku hanya perlu mencoba.
"I love you, Wina."
"Sejak kapan?" tanyaku menggoda.
Alex mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Yang jelas, kamu jatuh cinta ke aku lebih dulu."
Hah?
***
Guys, biar ga cepet tamat, chapter uwu-uwunya Alex-Wina bakal dipendek-pendekin ya, tapi banyak hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Mate! (Completed)
Romantizm#Twogetherseries2 Alexandre Rajendra dan Wina Rakasiwi Soebarjo adalah teman satu rumah sejak dua tahun lalu. Anggota Twogether menjuluki mereka Tom and Jerry karena tidak pernah akur. Namun bagaimana jika pada suatu malam penuh bintang mereka memb...