53. Kencan

2.6K 341 27
                                    

Skandal tentang Siska perlahan-lahan terkubur digantikan dengan skandal perselingkuhan seorang anggota DPR—Joni Susanto dan Odelia. Video porno keduanya tersebar ke publik dan dua orang itu langsung menjadi bahan bulan-bulanan warganet. Selain video syur Joni yang merupakan suami Sila itu juga terbukti melakukan korupsi sehingga saat ini tengah ditahan oleh KPK.

Odelia juga dapat karmanya sendiri. Seluruh identitas gadis itu terekspos di media, hingga kini semua orang tahu tentangnya. Sosial media Odelia terpantau dinonaktifkan sedangkan rumah gadis itu dikelilingi wartawan. Seorang Dahlia Soebardjo benar-benar membalas Odelia dengan telak, dan aku pikir saat ini gadis itu tahu betapa berharganya sebuah privasi.

Makanya, kita semua harus hati-hati dalam bertindak. Karma is a bitch, kamu selalu mendapat apa yang kamu tuai.

Ya, dalang dari tersebarnya identitas Maxwell adalah Odelia. Sahabat sekaligus orang kepercayaan Siska sendiri. Oleh karena itu, para wartawan begitu mudah mendapat berita terbaru tentang Maxwell. Ternyata memang benar: musuh terbesar kita bukanlah ia yang menodong kita dengan pedang di depan, tapi yang menusuk diam-diam di belakang. Aku tahu saat ini Siska pasti sangat terluka, tapi gadis itu bilang bisa mengurus semuanya sendiri. Sehingga aku memutuskan untuk tidak ikut campur, yang terpenting Maxwell baik-baik saja dan semua sudah berjalan dengan normal.

Saat ini aku dan Alex sedang kencan di mall. Kencan dadakan khas Alex.

Tiba-tiba pria itu datang ke Queen Bakery, lalu merayuku dengan beberapa kecupan, dan yada-yada kami berakhir di sini. Jalan-jalan di mall dengan tangan bergandengan dan senyuman tolol yang bertengger di bibir.

“Kamu tahu? Sejak SMA aku selalu pengin ngelakuin ini, ngajak anak orang bolos sekolah lalu pacaran keliling mall. Besoknya kena hukum guru BK dan disuruh hormat siang bolong di bawah tiang bendera.”

Aku tertawa kecil. “Kalo itu betulan terjadi, aku pastiin cuma kamu yang bakal dihukum sama guru BK, karena aku bakal bilang ke guru BK kalo kamu adalah pacar toksik yang maksa aku bolos.”

Alex menggetok kepalaku gemas, lalu menciumnya lembut. “Untung, Sayang. Dan kalo skenario itu betulan terjadi, dijamin aku bakal bilang iya-iya doang. Karena Alexandre versi remaja pastilah remaja naif super tolol yang cinta mati sama seorang Wina. Asal Wina senang, Alex juga senang.”

Dan perkataan Alex sontak membuat aku tertawa keras. Astaga ... Bagaimana aku tidak jatuh cinta?

Kamu tahu, Lex, kalo itu betulan terjadi, aku pasti bakal merelakan diriku dihukum panas-panasan di lapangan. Kita bakal dihukum berdua sambil sesekali saling lirik malu-malu kucing. Mungkin kamu sesekali bakal berbisik kalau kamu sayang aku, dan itu bakal membuat pipiku semerah tomat busuk. Lalu kamu bakal menggodaku habis-habisan dan aku akan menyangkal, dan bilang mukaku merah karena terbakar sinar matahari. Lalu kita bakal berdebat, sebelum akhirnya tertawa bersama. Wina Rakasiwi Soebardjo juga akan menjadi remaja super naif yang tolol.

Ya, andai saja skenarionya memang begitu. Andai saja....

Tetapi sayangnya sudah terlambat 5 tahun untuk itu semua, dan hari ini aku pastikan ialah kencan terakhirku dengan Alex. Makanya saat Alex mengajakku kencan tadi, aku sama sekali tidak protes padahal aku sedang sibuk bekerja. Dan aku memohon pada Tuhan, semoga hari ini berjalan lebih lambat daripada hari biasanya. Aku mohon, izinkan aku memiliki Alex lebih lama. Aku janji, setelah ini aku tidak akan serakah.

Lalu setelah lelah berkeliling mall kami memutuskan untuk nonton bioskop. Kami memutuskan menonton film apa saja yang akan segera diputar di bioskop.

Saat ini Alex tengah mengantre membeli popcorn, sedangkan aku menunggu di kursi tunggu yang tersedia di depan bioskop.

Pandanganku jatuh kepada sebuah keluarga kecil yang tampak bahagia. Sang anak digendong sang ayah di tangan kanan, dan tangan sang ibu digandeng di tangan kiri. Mereka tertawa bersama dan sangat bahagia.

Dalam sekejap ketiga orang itu berubah jadi aku, Alex, dan anak kami.

Andai masa depan boleh jadi milik kita, mungkin aku dan Alex akan seperti itu. Lalu Alex dan aku bakal sesekali protes soal jenis popcorn apa yang akan dibeli. Karamel atau asin. Dan anak kami akan mengusulkan untuk beli dua-duanya saja karena pasti bakal ia habiskan. Lalu kami akan tertawa bahagia dan mengecup anak kami dengan sayang. Ya, andai masa depan boleh jadi milik kita.

Tapi ... jangan mimpi, Wina! Jangan pernah berani bermimpi!

Karena masa depan tidak akan pernah jadi milikku dan Alex. Tidak akan pernah.

Lalu aku memalingkan wajah ke samping dan menghapus air mata yang mengalir di pipi. Namun, pada saat itulah aku melihat Leora dengan seorang pria yang aku tahu sering datang ke Queen Bakery. Mereka terlihat tengah berdebat akan sesuatu, tapi begitu mata Leora bertatapan denganku, gadis itu langsung mengangguk sopan dan menggandeng pemuda itu dengan senyum lebar. Seperti remaja biasa yang tengah kasmaran, tapi entah mengapa aku merasa ada yang tidak beres di sini.

***
Haloooo~ Apa kalian sudah mulai bosan?

Sa,
xoxo.

Hi, Mate! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang