18. Terlalu Sempurna

4.6K 730 36
                                    

Akhirnya weekend ini aku bisa memenuhi undangan Tante Risma yang mengajakku makan malam bersama. Sebenarnya wanita yang merupakan ibunda dari Alex itu sudah mengundangku sejak hari Senin, tapi aku hanya punya waktu luang malam ini, sehingga aku baru bisa memenuhi ajakan dinner wanita itu sekarang.

Hal yang membuat jantungku berdebar sangat kencang saat ini bukanlah karena aku mau bertemu dengan calon mertua atau apa, tapi karena aku begitu malu bertemu dengan Om Charles gara-gara masalah tidur dengan Alex di ruang kesehatan kantor pria itu. Entah aku harus bagaimana saat berhadapan dengan pria kaukasia itu nanti.

Sebenarnya ini juga bukan pertama kalinya Tante Risma mengajakku makan bersama. Saat wanita itu datang ke Twogether, kami juga sering pergi keluar untuk makan bareng. Bahkan, kami juga sering masak bersama karena ia memang suka memasak.

Aku ketar ketir begini karena aku tahu jika aku nanti bertemu dengan Tante Risma, suasana canggung akan sangat mendominasi. Aku juga nggak tahu kenapa wanita itu kini tak sehangat biasanya saat membalas pesan-pesanku, tapi kutebak Tante Risma berubah begini karena ia tahu kalau saat ini aku dan Alex tengah berpacaran.

Kentara sekali jika wanita itu tidak suka aku menjadi pacar anaknya.

Tante Risma mungkin tidak masalah aku berteman dengan Alex, tapi saat statusku naik pangkat menjadi ‘pacar’, mungkin ini menjadi masalah besar baginya. Sontak aku langsung tersenyum kecut saat menyadari fakta tersebut, tapi aku tak akan sakit hati. Toh, aku sadar diri kalau aku memang tidak pantas menjadi menantu siapa pun.

Setelah permainan ini selesai, aku akan kembali menjadi Wina yang tak akan terikat hubungan serius dengan siapa pun. Aku akan menjomlo seumur hidup dan tetap menjadi wanita super kece walau rambutnya sudah putih semua.

Jadi, aku yakin acara dinner malam ini juga akan berjalan baik seperti biasanya.

***

“Kak Win, kenapa sih mau sama Bang Alex yang pemales itu? Kalo aku jadi Kakak sih ogah. Mending gebet  Ardhito Sahala. Aku udah liat, lho, foto Kak Wina sama Kak Ardhito di instagram. Kalian couple goals banget tau,” ujar Adeline Rajendra yang merupakan adik Alex yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Ya, hampir semua makhluk berhormon progesteron di Indonesia memang menggilai si sangklek Ardhito. Tak peduli berapa pun usia mereka.

“Kakak sama Ardhito cuma temen doang kok, Del. Lagian bukannya saat ini Dhito lagi deket sama Amara Daud? Kamu nggak nge-ship mereka emang?” tanyaku.

Anak kelas 7 SMP itu menggeleng. “Kalo aku mah nggak masalah Kak Ardhito pacaran sama siapa aja asal dia bahagia, Kak. Bukan fans toksik akutu. Malah aku takutnya Kak Dhito tertekan kalo masalah pacar aja aku sebagai fans ikut ngatur-ngatur,” jelas gadis itu yang langsung aku respons dengan anggukkan kepala setuju. Pemikiran remaja 13 tahun itu benar-benar membuatku speechless, tapi sekaligus memberiku bukti nyata jika kedewasaan seseorang tidak diukur dengan usia.

“Sok tua, lho, Dek!” ujar Marshal Rajendra--adik pertama Alex--seraya mengacak rambut adik perempuannya itu.

“Ih, rambutku jangan diacakin, Kak!” protes Adeline seraya mengerucutkan bibir ke depan.

Aku terkekeh saat melihat interaksi mereka berdua. Tanpa sadar rasa iri menyusup di relung jiwa. Jika kejadian naas itu tidak pernah terjadi, apa hubunganku dengan Siska akan sehangat ini?

Dengan segera aku mengenyahkan segala pikiran yang ada di otakku. Percuma saja mengharapkan sesuatu yang sudah lewat bertahun-tahun lalu.

“Maaf ya, rumah berisik. Apalagi kalo campur juga sama Alex, kadang Tante pusing nyuruh mereka buat diam,” jelas Tante Risma seraya menaruh dua piring yang berisi potongan falscher hase ke atas meja makan.

Hi, Mate! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang