41. He's Damn Hot

5.1K 537 24
                                    

Netraku berkeliling seraya melihat setiap nomor yang ada di papan yang tertanam di samping kiri tenda-tenda yang berderet di depan sana. Aku membenarkan topi yang bertengger di kepala, lalu kembali berjalan dengan langkah cepat-cepat karena ransel yang aku bawa terasa begitu berat.

Kalau kalian berpikir seorang Alexandre Rajendra datang ke sini karena pria itu meminta penjelasan tentang apa yang terjadi di antara kami, kalian salah besar. Dan entah kenapa itu juga membuatku bete setengah mati. Alex hanya menyinggungnya sekali, ya, waktu saat sarapan bersama Oma. Itu juga hanya untuk menggodaku, tanpa ada maksud apa pun. Setelah itu ia kembali menjadi si Lexi menyebalkan seperti biasanya.

Semuanya masih sama. Tak ada yang berubah. Ya, memangnya apa yang aku harapkan? Kenapa aku munafik sekali? Bukankah ini yang aku inginkan? But ... it's still hurt.

"Lex, tenda kita yang warnanya kuning biru di pojok sana bukan, sih?"

Alex melihat lagi nomor yang tertera di tiket yang pria itu bawa, lalu ia mengangguk mengiakan. "Ho-oh, ayok ke sana. Ransel lo pasti berat."

Aku menghela napas lega, lalu mengikuti Alex menuju tenda yang ada di barisan paling belakang. Dan ternyata sudah ada orang yang menunggu kami di sana. "Woy, nyampe juga lo, Bro!" sapa seorang pria yang tidak kalah tinggi dengan Alex.

Alex mengajak pria berambut keriting itu ber-high five. "Yoi, ini tadi gue berangkatnya abis subuh. Thanks udah ngasih tiket gratis walaupun gue tau lo cuma jadiin gue tester. Oh ya, Sen, kenalin ini Wina. Win, ini Arsen yang punya this Soul Grounds."

Aku segera menghampiri Arsen setelah menaruh ransel di tenda. Lalu aku menjabat tangan pria itu. "Thanks, Sen, karena udah izinin gue join. Baru nyampe tapi gue ngerasa nyaman di sini. By the way, gue suka rumah pohonnya. Malem ini gue yang booking, ya!" seruku bersemangat.

Arsen terkekeh. "Itu yang desain rumah pohonnya Alex, sih. He's the best, ya kan. Jadi, nggak aneh sih kalo lo suka. Dan nggak usah sungkan, Win, gue malah seneng sih lo join. Jangan lupa kasih bintang 5 di apk Soul Grounds dan Google, yak! Dan pake aja rumah pohonnya, emang hari pertama itu punya lo sama Alex, kok." Lalu makhluk berhormon testosteron itu mengalihkan pandangan ke arah Alex. "Jangan terlalu ngegas, ya, Bro? Gue nggak mau rumah pohon itu jadi tempat maksiat terus jadi tempat bersemayam setan-setan terkutuk," godanya seraya mengerlingkan satu mata.

"Bacot lo, Sen! Udah sana lo pergi!" usir Alex sadis.

"Iye-iye, ini gue pergi. Enjoy the camp, ya! Kalo ada apa-apa bilang aja ke penjaga, gue ke pondok dulu."

Setelah mengatakan itu Arsen pun meninggalkan tenda kami. Pria itu nampak berjalan ke sebuah pondok yang ada di sisi kanan Soul Grounds. Namun, sembari berjalan ke pondok pria itu tampak beramah-tamah dengan beberapa pengunjung lain yang aku tebak juga merupakan para undangan dari Ansel Kusuma untuk menjajal usaha barunya. Tamu undangan juga bukan tamu ecek-ecek, di antaranya ada anak pejabat, youtuber, serta selebgram terkenal.

Undangan itu juga yang membuat seorang Alex ke Bandung. Ya, ia ke sini bukan karena diriku. Tetapi karena undangan dari pengusaha muda Ansel Kusuma. Dan soal pria itu yang bisa pergi bersama Siska, katanya itu hanya kebetulan saja.

Siska yang entah kerasukan setan apa tiba-tiba mencariku ke Twogether, karena aku tidak ada di sana, ia langsung bisa menebak aku pasti di Bandung. Lalu entah bagaimana, ia dan Alex mengobrol, tiba-tiba mereka sama-sama ingin ke Bandung dan akhirnya mereka berangkat bareng.

Lalu sebelum ke Soul Grounds di hari Sabtu, ia menginap dulu sehari di vila Oma daripada memesan hotel. Ya, ya, aku tahu ini cerita yang sangat masuk akal, tapi tetap saja aku merasakan sebuah kejanggalan.

Hi, Mate! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang