_Hari Bahagia_

47 4 0
                                    

Assalamualaikum readers tersayangkuu..

Kembali lagi ke cerita PCL..

Siap bacanya?!

Komen love warna warni dong biar semangat disini!

Happy Reading🦋🦋🦋

____________

Mentari bersinar sangat cerah, tapi tidak dengan wajah Lyana pagi ini. Setelah shalat subuh pagi tadi Lyana merasakan mual-mual yang sangat luar biasa. Namun rasa mualnya sudah tak terasa lagi, Lyana berusaha kuat disini. Menjalani hari-harinya yang suram, tak berwarna sama sekali.

Jenara melihat Lyana yang hanya termenung. Sembari membuat catatan harian Mahasiswa untuk besok, sedari satu minggu yang lalu Lyana lah yang membuat jadwal kegiatan harian Mahasiswa, mulai dari apa saja yang dia dan anak-anak KKN lakukan.

"Ly," sapa Jenara, "gimana? Udah enakan badannya?"

Lyana hanya mengirimkan senyum tipis, "udah mendingan Jen." melirik kantong plastik di tangan Jenara. "Itu apa?"

"Ini aku habis beli pembalut di warung depan. Dermala lagi haid katanya." jawab Jenara setelah itu pamit untuk menemui Dermala di kamar.

Kembali melanjutkan membuat agenda untuk besok. Lyana dikejutkan dengan kedatangan dokter bersama Fazia. Perempuan itu memanggil dokter untuk mengecek keadaan Lyana. Dan Lyana hanya mengangguk saja, pasrah saat di periksa, sebenarnya Lyana menderita sakit apa sampai-sampai merasakan mual yang berlebihan.

"Saya periksa dulu ya, Ly."

Dokter berumuran sekitar 37 tahun itu memeriksa Lyana. Saat memeriksa Lyana dokter bername tag Dian itu menyerinyit heran, "Apa Lyana sudah menikah?" tanyanya ragu.

"Sudah dok." jawab Lyana.

Senyum bahagia dokter itu tampilkan, "selamat ya, kamu bakalan jadi seorang ibu."

"Hah? I-ibu?" beo Lyana. Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan Dokter Dian.

"Janin nya baru berumur tiga minggu. Saya rasa hal yang wajar jika seorang perempuan hamil muda, pasti keluhannya muntah, pusing, nggak mau makan dan mencium bau yang tak di sukainya. Itu wajar kok, baru memasuki awal trimester pertama. Ngidam juga bagian dari trimester pertama." ungkap Dokter Dian. "Kalau gitu saya permisi, mau periksa balita di kampung ini. Jaga baik-baik ya Ly, jangan kecapean. Resep sama vitaminnya udah saya kasih ke Fazia."

"Terima kasih Dok," kata Lyana dengan tulus.

Dokter Dian mengangguk, "Mari saya antar ke depan." ajak Fazia.

Dan.. hal yang Lyana lakukan hanya menangis setelah Dokter Dian dan Fazia keluar. Meneteskan air matanya. Merasa terharu dengan apa yang dia dapat di bulan ini. Bulan kedua setelah dirinya menyandang status seorang istri dan nanti dia akan menyandang status sebagai seorang ibu. Mengelus perut nya yang masih rata.

"Assalamualaikum.. Nak? Sehat-sehat ya di dalam, semangatin Mama buat KKN ya," tangis Lyana terhenti. "Kamu.. kamu penyemangat Mama sekarang. Selamat datang sayangnya Mama. Jangan rewel yaa.. sebentar lagi kita akan ketemu Papa, Papa Setya!"

Saat Fazia masuk untuk menyuruh Lyana meminum obat. Tapi perempuan itu malah ikutan mewek juga setelah mendengar perkataan Lyana. "Huhu.. nggak nyangka aku kalau kamu hamil Ly. Selamat yaa!"

Memeluk Fazia erat, Lyana mengucapkan terima kasih pada perempuan itu. Sama-sama mewek berdua jadinya.

"Aku.. hiks.. udah duga kalau kamu hamil. Soalnya yang lain setiap minggu selama satu bulan kemarin sibuk cari pembalut. Eh, ka-kamu enggak Ly." ungkap Fazia masih dengan air mata yang membasahi pipi.

Penantian Cinta Lyana |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang