_Bahagia Selamanya Bersamamu_

60 4 0
                                    

Hii guys!

Udah lama kan ngga ketemu Setya-Lyana?

Setya-Lyana comeback nihh!

Jangan lupa vote dan komen sebelum scroll ke bawah yaa

___________

Detik demi detik Lyana lalui hingga bisa Lyana raih dihari ini. Menjadi ibu adalah salah satu impian semua wanita, termasuk Lyana. Ruang bersalin Anggrek nomor 2 menjadi ruangan Lyana melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik.

Pukul delapan malam lebih dua puluh menit menjadi waktu akhir Lyana saat mendengar tangis anak perempuannya. Dengan berat tiga kilogram serta panjang 55 cm.

Setya bernafas lega saat mendengar tangisan bayi anaknya. Itu artinya penderitaannya juga telah selesai. Sedari tadi dia terus dicakar Lyana bahkan Lyana mengomelinya banyak hal. Mulai dari Setya yang datang terlambat, Setya yang tak mengelus-elus pinggang Lyana. Dan masih banyak hal lain yang istrinya bahas sembari menggerutu tidak jelas.

Dokter yang sedari tadi terkekeh gemas melihat pasangan muda yang terlalu banyak drama menurutnya.

"Pak Setya. Sudah berakhir penderitaannya ya?" Dokter Diana tertawa melihat Setya yang hanya diam menatap bekas cakaran Lyana. Sedangkan pelakunya malah sibuk menguatkan diri.

"Iya dok. Apa semua wanita melahirkan seperti istri saya ya? Sadis banget, heran."

"Itu baru level rendah pak. Bahkan ada ibu-ibu yang menggigit tangan suaminya sembari menghilangkan rasa sakit. Wajar kok pak. Rasa sakit yang mereka alami tak sebanding dengan rasa sakit yang bapak alami sekarang."

Lyana tersenyum senang. "Tuh de-ngerin." Walaupun badannya masih lemas tak berdaya, tetap saja dia ingin terus mengomeli Setya.

Pintu berderit, semuanya menoleh ke sumber suara. Disana dua orang suster datang membawa bayi Lyana. "Ini bu di kasih asi dulu baby nya."

Bayi cantik itu masih dalam gendongan suster. Lyana menarik tangan Setya. "Aku.. aku takut gendong dia," lirihnya.

"Gak papa, wajar kok bu. Sebagai ibu muda pasti hal-hal seperti ini sering terjadi. Ibu gendongnya pelan-pelan ya. Kayak saya nih bu, sering gendong bayi tapi bapaknya belum ada. Maksudnya bayi orang begitu."

"Lah curhat anda." sahut suster di sebelahnya. Suster Felita terkekeh pelan tatapannya kembali pada Lyana. "Ini bu makanannya dimakan ya, supaya tenaganya cepat pulih."

"Ayo dong! Bapaknya suapin ibunya. Nah ibunya kasih asi anaknya. Gitu kan enak lihatnya." titah Dokter membuat Setya mengambil nampan berisi makanan dan perlahan menyuapi Lyana.

Lyana yang tampak berhati-hati memberikan asi untuk putri kecilnya. Rasanya seperti mimpi saat ini.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya, ayo Sus." pamit Dokter Diana bersama dua suster pendamping.

"Ly? Harapan kamu setelah ini apa?" tanya Setya disela-sela menyuapi Lyana makan.

"Bahagia sama kamu selamanya." sahut Lyana, "dan anak kita."

Setya tersenyum, "Setelah ini aku bakal berhenti jadi CO Pilot ya? Mau fokus ke kantor kita. Khawatir aja kalau aku kenapa-napa nanti kamu sama anak aku siapa yang jagain?" kata Setya.

"Lyana ikut Mas Setya aja, enaknya gimana."

"Mas mau, nanti kalau udah pulang ke rumah kita. Kamu urusin baby aja di rumah, Mas yang kerja ya?"

Penantian Cinta Lyana |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang