_Sebuah Puisi_

26 5 0
                                    

Assalamualaikum Semuanya!

Hallo sobat wattpad!

Part ini mengandung rasa penasaran yang sangat luas wkwk.

Tekan vote, spam komen jugaaa!

Happy Reading🎉

❤❤❤❤

________________

Setya tak henti hentinya menguap setelah selesai makan bersama dirumahnya. Rasa kantuk yang menyerang membuat matanya terlihat menyipit.

"Kamu kalau ngantuk tidur aja, aku yang nyetir." ujar Lyana.

"Bentar lagi sampai kok. Udah aku aja, masih kuat nih. Kan sambil di charger!"

"Hah?" gumam Lyana.

Setya terkekeh, "sambil di charger ke kamu. Kamu kan energi aku."

"Huu.. gembel!"

"Dih," sinis Setya. "Bukannya baper malah di bilang gembel, aneh kamu nih!"

"Hehe.." cengir Lyana.

Setya memberhentikan mobilnya tepat di parkiran kampus Lyana. Ada bimbingan untuk skripsi Lyana yang mengharuskan gadis itu masuk kuliah.

"Aku tunggu di sini aja ya?" tanya Setya.

"Ya udah, kamu istirahat aja. Tidur sepuasnya. Nanti kalau aku udah selesai. Aku bangunin, okey?"

Setya mengangguk. Membenamkan kepalanya di antara tumpukan tangan di atas stir mobil. Setya mendongak kan kepalanya lagi, "Eh! Jangan genit genit ya kamu!"

Lyana tertawa. "Belum aja keluar udah posessive begini bapaknya!"

"Enggak kok, cuman ngingetin." elak Setya.

"Ya udah aku masuk dulu, Assalamualaikum!" pamit Lyana. Sedikit berlarian membawa beberapa lembar kertas ditangannya.

"Waalaikumsalam." Setya kembali membenamkan kepalanya di antara tumpukan tangannya yang dijadikan bantal.

Lain dengan Lyana yang masih menampilkan senyum saat berjalan di koridor kampus. Rasanya bahagia sekali diterima dengan baik di keluarga Setya. Apalagi Laras orangnya yang humble dan jujur. Segala hal yang dilakukannya untuk menyelidiki dirinya memanglah sedikit membuat Lyana terkejut. Tapi pada akhirnya Lyana mengerti tujuan Laras menyelidiki seluk beluk dirinya dan keluarganya. Itu agar Laras mengetahui apakah Lyana baik untuk Setya atau tidak. Wajarlah seorang ibu memilih yang terbaik untuk anaknya.

Hingga saat dikelas. Mariska dan Isfina saling pandang melihat Lyana yang tersenyum tak henti henti.

"Ly! Kenapa lo? Kesambet?" ujar Isfina.

Mariska menempelkan tangannya ke dahi Lyana, "gak panas kok Fin!"

Lyana gelagapan menyadari Isfina dan Mariska berdiri di hadapan mejanya. "Hah? Apa? Gue nggak papa kok!"

"Gak biasanya lo senyum-senyum begini! Ada apaan nih?" Isfina menyeret kursi di samping Lyana.

"Gue nggak papa kok, Fin." Lyana masih saja mengelak.

"Gila lo?" tuduh Mariska.

Lyana melirik gemas. "Enak aja lo Ris!"

Mariska mengangkat dua jarinya, memberikan peace untuk Lyana. "Hehe.. sorry, Ly. Abisnya jarang banget 'kan, lo senyum-senyum sendiri kayak tadi,"

"Udahlah gak usah dibahas lagi, gue hanya lagi bahagia aja." kata Lyana.

Mariska dan Isfina mengangguk.

Penantian Cinta Lyana |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang