Hallo!
Udah nungguin ya?
Cieee kasian yang selalu menunggu tapi tak kunjung di beri kepastian :)
Ada yang mau disampaikan ke Lyana?
Ada yang mau di tanyakan ke author?
Tekan bintang yups, sebar vote sebanyak-banyaknyaaa
Happy Reading🎉
______________
"Udah lama nggak main tembak-tembakan!" ujar Lyana sesaat sebelum mengarahkan pistolnya tepat di depan kepala Praman.
"Bapak mengakui kesahan bapak atau akan saya bunuh hidup-hidup!" ancam Lyana, bersiap melepaskan peluru di dalam pistol.
Praman menggeleng, raut tegas di wajah Praman. "saya nggak takut!"
Lyana menyeringai, "yakin?! Atau peluru ini akan mencelakai Saras!"
Nyali Praman semakin ciut, wajah tegas itu berubah pias, "o-oke! Iya! itu semua kesahalan saya, saya yang mengalih sertifikat tanah pesawahan supaya menjadi milik saya. Saya menjadi bandar narkoba, dan saya yang mencuri padi milik Kasman," ungkap Praman. "Saya ngelakuin itu supaya hidup Saras bahagia, saya mencuri padi milik Kasman agar Setya tak bisa kembali ke Jakarta!"
"Tolong.. lepaskan putri saya," pinta Praman. "Dan nikahkan dia dengan Setya sebelum saya mendekam di penjara!"
"Bapak pikir saya mau berbagi suami dengan putri anda?! Jangan harap!"
Dorr!
Lyana melepaskan pelatuk pistolnya. Setelah mengarahkannya pada Saras. Lyana sengaja melesetkan tembakannya. Itu hanya ancaman, dan juga dia perlu meluapkan emosinya.
"Saras!" teriak Praman.
"Bapak pikir saya akan menembak putri bapak yang mau jadi istri kedua suami saya jika saya tidak datang. Membunuh Saras dengan peluru di pistol saya. Tapi.. saya masih punya hati untuk membiarkan seseorang hidup! Asal orang itu mau memperbaiki hidupnya agar lebih baik lagi!"
"Tolong.. lepas-sin sa-saya," suara Saras terdengar lemah lalu tubuhnya ambruk di hadapan Lyana. Saras pingsan di cekalan anak buah Lyana. "Bawa dia ke ruang depan tadi!"
Lalu polisi masuk ke dalam rumah Praman. Menangkap Praman dengan surat dan bukti yang tertera.
"Intan mau bapak mengalih nama lagi di sertifikat tanah sawah milik bapak Intan. Bukan hanya itu, bapak juga harus menyerahkan semua sertifikat supaya warga lain bisa bebas dari bapak!" pinta Intan sesaat sebelum Praman di bawa polisi.
Lyana langsung keluar setelah polisi masuk menangkap Praman. Di ikuti dua anak buahnya yang berpakaian serba hitam. "Kalian pulang saja ke hotel. Liburan dan bersenang-senang di dalam hotel." titah Lyana pada delapan anak buahnya. Melihat wajah anak buahnya babak belur setelah melawan bodyguard Praman. "Jangan membawa perempuan lain saat di dalam hotel. Kalian obati luka kalian! Saya masih ada urusan sebentar."
Langkah Lyana berjalan keluar menyusul Lyntang dan Cellina yang membawa Setya pergi dari sana. Tangan Lyana merogoh ponsel di saku jaket, "Bang! Dimana?" tanya Lyana saat teleponnya di angkat Lyntang.
"Hotel dek! Setya udah disini sama kita. Anaknya cerewet nanya-nanya terus," kata Lyntang.
Mendengar hal itu Lyana jadi menahan senyumnya. Pasti Setya sudah penasaran siapa dirinya. Hingga napas Lyana tercekat saat dua orang laki-laki bertubuh tegap berusaha membiusnya dengan sapu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Cinta Lyana |END|
Novela JuvenilKisah Lyana Vhenika Wijaya (Lyana), si gadis cantik yang terpaksa menerima perjodohan dengan seorang CEO dingin, jutek, judes dan kepribadiannya jauh dari kata sempurna. Lyana sangat terpaksa menerima perjodohan itu hanya semata mata untuk membahagi...