_Ketemu Deara dan Sebuah Undangan_

92 31 13
                                    

Assalamualaikum semuanya!

Aku mau tanya nih!

Kalian harus jawab ya!

Pilih anak SMA atau kuliahan?

Coffe atau Teh?

Dingin atau panas?

Jawab ya!

Setelah jawab jangan lupa vote!

_______________

Riuh tepukan tangan berasal dari orang orang yang menyaksikan sepasang kekasih yang tengah tersenyum bahagia. Cincin sudah terpasang manis di jari lentik Nada. Semua pasang mata berbinar kala melihat pasangan yang tengah menjadi sorotan mata.

Sama hal nya dengan Lyana. Gadis itu bahagia kala melihat teman temannya yang berpasangan. Nada sudah bertunangan dengan Ikhsan. Fazia? Aish, gadis itu akan menjalani ta'aruf dengan Faisal. Cellina? Sudah hamil sekarang. Mariska sebentar lagi akan menikah. Isfina tak mempunyai pasangan tetapi mempunyai orang spesial yang di ajaknya ke acara tunangan Nada.

Huuh! Serasa Lyana sendiri yang jodohnya nyangkut entah kemana. Lyana tersenyum senang kala mendapati Setya yang hadir di hadapannya.

"Hai!" sapa Setya.

Lyana tersenyum senang melihat laki-laki yang sedikit dia rindukan.

"Hai juga," jawab Lyana spontan. Senyumnya tak pernah memudar menatap Setya yang menggunakan baju batik lengan panjang yang sangat pas di tubuhnya.

"Duduk disana, yuk!" ajak Setya. Lyana mengangguk dan mengikuti langkah Setya menuju taman belakang gedung yang ramai.

Hening setelahnya saat Lyana dan Setya menduduki kursi panjang bercat putih.

Lyana ingat kata hatinya. Dirinya akan menanyakan hal itu.

"Mmm, Setya,"

"Iya?"

Lyana menghirup napas sebentar. "Kapan mau ketemu Deara, Deara itu?"

Setya sedikit terkejut mendengar Lyana bertanya seperti itu.

"Besok ada waktu?" Lyana berpikir sebentar. Sepertinya dia tidak akan kemana mana besok.

"Ada."

Setya tersenyum.
"Ya udah, besok aja gue jemput ya Ly? Bisa kan?" Lyana mengangguk.

"Lo tau rumah gue?" tanya Lyana bingung.

Setya tersenyum tipis. Dirinya sudah tau dimana rumah Lyana berkat bantuan Ikhsan yang mencari tau segala sesuatu yang berkaitan dengan Lyana, termasuk alamat rumahnya.

Setya menggeleng pelan, "Nggak," Setya tahu berbohong itu dosa. Tetapi dirinya tak mau Lyana curiga tentangnya yang mengetahui alamat rumah Lyanan

"Ya udah, besok Lyana kirim alamat Lyana." kata Lyana sembari memandang bintang yang bertaburan di atas.

"Iya."

Diam diam Setya mengambil foto Lyana yang sedikit gelap karena langit malam yang sudah gelap dan juga lampu yang tidak terang.

Satu foto berhasil Setya dapatkan, menaruh ponsel di saku celananya dan menatap Lyana yang diam melihat ke arah langit sedari tadi.

"Dek! Pulang yuk?" Suara laki laki dari arah samping Lyana duduk membuat Setya dan Lyana menengok ke arah sumber suara.

"Ab-abang pulang duluan aja, nanti Lyana bisa nebeng sama Fazia." Suara lembut Lyana menjawab.

Untung saja Lyana menyebut kata 'abang' jadi Setya tak jadi patah hati. Setya kira laki laki yang wajahnya mirip sekali dengan Lyana itu kekasih Lyana.

Penantian Cinta Lyana |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang