Prologue

1.8K 230 44
                                    

"Bagaimana keadaan kalian di sana?"

Noelle Ark Narchela Dan, adalah nama wanita yang mengemudikan mobil ford merah nan membelah jalan besar New York. Tangannya gesit memutar bundaran setir dengan halus untuk menyalip pengendara yang berleha-leha sok menguasai jejalanan.

Mengembuskan napas pelan, Noelle hati-hati menatap satu-satunya penumpang di mobil lewat kaca spion tengah. Biasanya dia selalu duduk di sebelah Noelle, menikmati dongeng bisnis Noelle entah paham atau tidak, namun, kali ini dia hanya diam di kursi belakang.

Keponakannya yang genius. Watson Dan.

Noelle tidak segera membalas sapaan suaminya, menepikan mobil ke depan sebuah toko peralatan astronot, menoleh menatap wajah Watson yang tak menunjukkan setitik ekspresi apa pun. "Apa kamu lapar, Dan?"

Tidak ada respon.

"Danna, kamu sudah tidak makan tiga hari. Dokter bilang kamu dehidrasi. Kamu juga ketergantungan obat tidur. Tante traktir kamu seharian ini. Makan, ya? Kalau kamu terlalu malas makan, biar Tante suapi."

Watson tetap tidak merespon. Seperti menatap Noelle atau sekadar mengangguk dan menggeleng. Kata 'traktir' seakan hanya sebuah kata biasa yang tak ada menariknya.

"Ayolah, Danna, jangan begini. Kamu bisa sakit. Terapimu masih setengah proses. Suaramu belum pulih." Noelle berkata lagi, tak habis akal mencari berbagai kalimat bujukan supaya Watson mau mengisi perut.

Menghitung waktu, karena mereka pergi menjelang akhir tahun 2021, mereka sudah mau enam bulan berada di New York. Pengobatan Sherlock Pemurung itu berjalan lamban karena Watson terlalu meremehkan ilmu fonetik. Dia pikir suatu saat jika dia terpincut oleh keadaan genting, secara tidak sadar suaranya bisa keluar begitu saja.

Bahkan Watson pernah menyarankan Noelle untuk menggelitiknya agar suara itu keluar dengan sendirinya. Tapi yang ada, Watson mual dan muntah-muntah. Memaksakan sesuatu memang bukan ide yang bagus.

"Atau kamu mau suasana baru?" Noelle tidak menyerah, menunjuk store di depan. Berhasil. Watson tergerak akan ucapannya, perlahan mengangkat kepala. Noelle tersenyum. "Danna, kamu mau melihat bintang?"

Watson mengangguk. Boleh juga.

Senyum Noelle makin merekah, secepat mungkin melepaskan seatbelt-nya, membuka pintu mobil. "Kalau begitu Danna tunggu di sini, ya. Tante beliin teleskop paling bagus."

Noelle turun dari mobil merah itu. Raut wajahnya berubah khawatir, meletakkan ponsel yang masih tersambung ke telinga, menghela napas. "Jauh dari kata baik."

Tring! Lonceng toko berbunyi.

"Watson tidak mau makan. Dia juga sering absen dari terapinya. Aleena, Lupin, Violet, selalu mengajaknya bermain diam-diam saat aku lengah atau lagi pergi. Dia juga tidak fokus mengikuti pelajaran." Noelle melapor seluruh kerisauannya pada Beaufort.

Suaminya di seberang sana menghela napas. Pusing. "Dia selalu begitu jika terjadi sesuatu. Apakah ada hal besar yang menimpanya?"

Tidak susah menemukan barang yang Noelle cari. Deretan teleskop, berbeda merek, berbaris di tempat khusus. Tidak melihat harganya dulu, Noelle langsung memanggil pramuniaga, menyuruh mengangkut benda pilihan Noelle untuk melakukan pembayaran.

"Anjing pemberian temannya mati dua hari setelah ulang tahun Watson. Dia tidak memberitahuku bagaimana bisa anjing itu mati, bahkan Watson tidak mau memperlihatkan bangkainya padaku."

"Astaga! Pantas saja. Anak itu sangat menyayangi hewan dibanding siapa pun."

Selagi fokus berbicara, Noelle menabrak seorang customer yang tengah mencari bola lampu bintang, menjatuhkan dompetnya.

Noelle membungkuk sopan. "Maaf, saya tidak lihat jalan." Beralih memungut dompet wanita di depannya, sedikit tertegun. Benda petak itu kebetulan terbuka, menunjukkan kartu pengenal si empunya. Dia berasal dari Moufrobi. Penduduk migrasi atau turis kah?

"Terima kasih," ucap wanita itu setelah Noelle mengembalikan dompetnya, beranjak pergi.

Noelle hanyut dalam pikiran.

Lupakan itu. Pesanan Noelle sudah siap. Pembayaran pun sudah selesai. Pramuniaga berbaik hati mengantarnya ke bagasi mobil. Udara malam menelusuk. Beberapa pejalan kaki refleks memeluk tubuh. Menggigil.

"Sayang, aku mengkhawatirkan sesuatu."

"Aku paham kekhawatiranmu, Noelle..."

"Tapi aku tidak pernah melihat reaksi Watson yang seperti itu karena dia selalu tenang dalam situasi apa pun. Tatapan kebencian, kemarahan, hasrat ingin membunuh. Bagaimana... bagaimana jika mentalnya terganggu dan dikendalikan oleh emosinya?" Noelle mengepalkan tangan, menatap sendu siluet keponakannya di jendela.

"Baiklah. Jika kamu terlalu khawatir, aku akan mengirim Reed ke sana. Reed pasti punya kenalan psikiater. Jangan terlalu membebani diri, Noelle. Nanti berdampak padamu."

"Terima kasih, Sayang. Katakan aku kangen pada si kembar. Good night. Love you."

Sementara itu di dalam mobil, Watson mengabaikan semua pesan yang berdentingan masuk ke ponselnya. Anggota klub detektif Madoka bersitungkin mengirim pesan. Membuat grup chat recok. Spam.

Watson memandang datar kalung anjingnya. Dia menyesal pulang terlambat. Dia menyesal meninggalkan Paisley di luar sendirian.

Maafkan aku, Aiden... Aku tak bisa menjaga pemberianmu dengan baik. Tapi aku berjanji, aku akan mencari pelakunya sampai ketemu. Aku takkan membiarkannya hidup nyaman.

Kelereng biru langit itu perlahan berubah gelap. Senyuman kosong terukir di bibir. Diremasnya kalung Paisley, menatap hampa ke depan. Meski wajah baiknya tidak hilang, dapat dipastikan ada yang berubah dalam diri sang tokoh utama.

Awal dari kemunculan detektif yang jahat.


***

A/N: Jumat, 25 maret 2022

Kaget ga? Kaget ga? Yah, siapa sangka S2 lebih gercep duluan dibanding revisiannya. Aku pun juga ga nyangka idenya selancar ini.

Gimana yah... Hasrat menyambung Watson dkk lebih besar ketimbang lapak2 lain. Mungkin aku terlalu lekat dg misteri.

Lalu satu lagi: revisi itu sangat MEMBOSANKAN dibanding MEMBUAT alur ceritanya (meski kepalaku panas tapi aku menyukainya) :v

Tapi bukan berarti aku anggurin yang lain. Revisi watson akan terus berlanjut walau lamban. Lapak dll bakal kutulis kalau ide dan niat ada. Tak lupa di draft series King dan Apol menunggu tanggal mainnya.

Kalau begitu sampai babai~

[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang