"Kalau kamu membutuhkan seseorang untuk memancing Disa, maka biar aku saja yang jadi umpannya, Dan!"
Aiden menawarkan diri sebelum Watson sempat membahas poin tersebut. Ngomong-ngomong rambutnya model low twin tails dan memakai dua pita hijau tak bermotif. Terlihat bagus.
Wajah bingung Watson makin terlihat terlipat. Menaruh Aiden sebagai pion umpan, apakah itu terdengar baik? Apalagi target mereka diduga pasien sakit mental. Tidak. Watson takkan mengambil resiko berbahaya. Dia akan memikirkan cara lain.
"Kita tak punya cara lain untuk menemukan Disa selain melempar umpan, Dan." Aiden menyikut lengan King, mendelik menyuruhnya menyetujui rencananya. "Bukan begitu?"
"Tetap saja… Bagaimana kalau Buk Aiden terluka? Atau bernasib sama seperti korban? Dia beruntung tidak jatuh. Apa Buk Aiden yakin bisa seberuntung dia?"
Aiden mendesis sebal. Raja Abal-abal itu tidak menangkap kodenya. Dasar tidak bisa diharapkan.
"Bagaimana kalau kita lakukan antisipasi? Jaga-jaga kalau Aiden betulan jatuh nantinya. Kita bentangkan matras misalnya. Kita hanya perlu memancingnya ke permukaan." Berbeda dengan Hellen yang dapat diandalkan. Aiden diam-diam mengacungkan jempol.
Masalahnya tidak sesimpel itu. Mereka tidak sedang membicarakan 'hewan asli' melainkan 'manusia yang punya sifat hewan'. Satu dua trik normal takkan bisa mengalahkannya. Mereka butuh persiapan yang lebih besar.
Benarkah menempatkan Aiden dalam bahaya merupakan keputusan bijak? Apa yang dikatakan King ada benarnya, namun mereka tidak bisa terus stuck di sana setelah tahu selentingan kabar Disa hendak menyerang murid lagi.
"Aku sudah selesai mencuci fotonya."
"Kamu yakin ini bukti legal, kan?"
Jeremy mengangguk. "Ibunya sendiri yang mengambil gambarnya diam-diam saat memandikan Disa. Kamu akan terkejut melihat kondisi tubuhnya."
Mengangguk, Watson mulai memeriksa satu per satu foto. Eskpresi bingung seketika tercetak. Semua foto itu adalah gambar bagian-bagian tubuh Disa yang terluka parah. Cakaran, pukulan, gigitan, segala macam bentuk ofensif lainnya.
"Apa maksudnya ini? Dari mana Disa mendapatkan luka sebanyak dan seabsurd ini?" Watson mengelus dagu.
"Setelah penculikan. Sang Ibu memandikan target dan dikejutkan oleh badan putrinya sudah penuh luka seperti itu. Dilihat dari mana pun, itu bekas gigitan anjing, kan?"
"Biar kuluruskan," King buka suara. "Jadi maksudnya, si penculik mengurung Disa di dalam sangkar raksasa dimana anjing-anjing buas berkumpul menunggu daging segar. Apa penculik seorang manusia? Teganya dia berbuat hal hina begitu. Sulit kupercaya. Bagaimana bisa ada orang… Wah, aku kehabisan kata-kata. Ini percobaan pembunuhan."
"Bagaimana tanggapan polisi?"
"Mereka menganggap ini kekerasan terhadap anak biasa dan tidak menanggapi kasusnya dengan serius. Apalagi ibu Disa mengajukan secara perdata," jelas Jeremy. "Aku pikir kejaksaan tidak tertarik mengambil kasus ini karena…"
"Kelas sosial, ya?" Watson mengangguk-angguk. "Baiklah, kalau begini tidak ada cara lain. Aiden, apa kamu menerima resiko dari tindakan nekatmu? Kamu bisa terluka nantinya."
Aiden menepuk-nepuk dada. "Serahkan padaku, Dan. Mata dibayar mata, darah dibayar darah. Jika dia menggigitku, akan kugigit balik dia. Aku takkan membiarkan dia mengalahkanku."
Watson menyodorkan jari kelingking, mengalihkan wajahnya yang salting. "Berjanjilah kamu takkan terluka."
Aiden berbinar-binar. "Tentu saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Mystery / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...