King sengaja datang awal hari ini. Pukul enam pagi. Hanya satu-dua murid yang baru datang. Mereka adalah kubu rajin.
Celingak-celinguk memastikan tidak ada yang melihat, waswas terhadap cctv di plafon koridor, King melesat masuk ke ruang klub. Tingkahnya seperti maling.
King membaca ulang surat pendaftaran Saho dan Gari, terutama si Saho. Dia merasa ada sesuatu yang salah tapi tidak tahu apa itu. King harus memeriksanya sendiri. Begitu-begitu, dia gila hanya pada waktunya.
New York, huh? Jadi Saho berasal dari kota yang sama dengan Watson. Dia terus membacanya sampai bawah hingga seseorang menginterupsi.
"King?" Empunya nama menutup dokumen di tangan dengan gerakan alami.
Adalah Aiden yang datang. Rambut pirangnya dikepang dengan pita rangkaian mutiara sampai ujung. Dia menatap King bingung. "Tumben datang pagi-pagi sekali. Sedang ngapain?" tanyanya curi-curi pandang akan benda yang dipegang King.
"Sedang sibuk mencari kesibukan yang tidak menyibukkan."
Seharusnya Aiden tahu cowok itu takkan mau menjawab serius. Dia membuang-buang waktu. Menghela napas kasar, Aiden beralih ke kotak permohonan di luar ruangan. Semoga kali ini ada ajuan yang logis.
"Ng?" Aiden menyipit membaca surat dengan materai yang familiar. "Dari Nyonya Lamberno. Astaga, mungkinkah tentang anjingnya yang hilang itu? Tidak menyerah juga orang ini."
Satu alis King terangkat melihat Aiden masuk kembali dengan kerutan tajam. "Kenapa dahimu terlipat begitu? Permohonannya lagi-lagi ngawur, ya?"
Aiden duduk di kursi, memperlihatkan surat tersebut ke King, mendesah kasar. "Ini... Wanita ini terus mengajukan surat konstan dari musim panas, gugur, dan dingin. Beliau ingin kita mencari peliharaannya yang hilang."
"Kalau sudah lewat tiga musim, bukankah artinya anjing nyonya itu sudah hilang hampir dua tahun?" Sial! Aiden ingin merutuk King dalam hati. Dia menyebut kalimat yang sama seperti Watson.
King refleks mengangkat tangan ketika Aiden mendadak mengacungkan telunjuknya ke wajah King, sorot mata tajam. "Kamu diam-diam berhubungan ya sama Dan di luar pengetahuanku dan Jeremy?" tudingnya didasarkan rasa cemburu.
"Astaga, Buk Aiden! Tuduhanmu terkesan ambigu! Terlebih, aku tidak pernah chatting personal dengan Pak Ketua. Dia mengabaikan semua pesanku." King bersungut-sungut. Dia tak menyangka Aiden mendakwanya untuk hal seperti ini.
Serba salah King jadinya.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu periksa saja sendiri." Dengan kesal King menyodorkan ponselnya.
Aiden mendesah kecewa. Watson tidak membalas bahkan tidak membaca pesan King yang penuh ketololan. Cowok itu berkata jujur. Mendengus, Aiden tidak percaya semudah itu. "Pasti kalian saling mengontak di tempat lain, kan? Jangan-jangan kamu punya dua ponsel. Pager atau apalah."
Ya ampun. Aiden terlalu berlebihan.
"Periksa sana! Periksa!" King mulai kesal, melempar tasnya, bersungut-sungut.
Cih. Aiden berdecak. Tidak ada apa-apa di tas King selain mainan, figur karakter anime, novel 'Please Find My Brother', dan beberapa cemilan kering.
"Atau kamu mau sekalian kulepas seragamku karena kamu curiga aku menyembunyikan ponselnya di badanku?"
"Ide bagus. Cepat buka seragammu sekarang," kata Aiden datar.
King termakan ucapannya sendiri. Dia benar-benar lupa gadis di depannya itu adalah cewek yang minim rasa malu. "A-aku tidak serius, Buk Aiden... Barusan aku bercanda..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misterio / SuspensoBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...