File 1.2.4 - To Prove Him Innocence

579 177 21
                                    

Hari senin. Papan 'Sedang Berdiskusi' pagi-pagi tergantung di daun pintu ruang klub detektif.

Aiden menguncir rambutnya dengan pita kain biru bermotif bunga nemophila. Mode simpel. Sepertinya dia sedang malas memakai hairstyle yang rumit.

AI Watson alias Dangil mengembuskan napas. [Bagaimana ceritanya kalian mendapatkan kasus? Rasanya baru kemarin kalian menolong adik kelas menyelesaikan masalah atap istal kakeknya yang berlubang secara misterius.]

Membicarakan Dangil, penciptanya tak lain tak bukan si Sherlock Pemurung, menyalakan mode manual hingga Juna kehilangan koneksi. King menceritakan apa yang terjadi pada Violet dan Violet menyampaikan cerita tersebut sampai ke telinga Watson. Dangil pun berusaha membela diri, bilang tantenya Aiden mengganti ponsel keponakannya demi menggambar referensi apalah itu.

Jadilah Watson menukar akses Dangil ke nomor ponsel King (karena berbahaya kalau Aiden yang menguasainya). Kali ini tak ada lagi orang sembarangan bisa memakai AI itu. Watson memperbesar jangka batas waktunya. Tak lupa dia juga memasang virus server jaga-jaga jika ada yang nekat meng-hack Dangil. Masalah selesai.

"Bagaimana , Dangil? Apakah menurutmu Hongfu bersalah atau tidak?" tanya Jeremy setelah Aiden selesai bercerita.

[Sebelumnya aku mau minta maaf, Watson mematikan sistem kecerdasanku, jadi aku tak bisa menolong kalian memberi pilihan-pilihan terbaik. Sebagai gantinya, Watson memasukkan fitur terminal data sehingga kalian tidak perlu sulit mencari sesuatu seperti personalia, latar belakang atau peta. Kalian bebas menggunakanku. Alasan lainnya adalah Watson ingin kalian semakin pintar. Watson pikir adanya aku hanya akan menghambat perkembangan kalian.]

King bersungut. "Meh! Ternyata Pak Ketua perhitungan."

"Itu artinya BE lebih sulit dan kuat dibanding CL sehingga Dan tak percaya diri menangkapnya sendirian." Aiden mengambil sisi positif. "Makanya Dan butuh bantuan. Tapi kita yang sekarang belum sepadan. Kita harus belajar menyelesaikan kasus secara mandiri. Ditambah ada Saho dan Gari. Belum lagi King sebagai ketua sementara. Kita punya potensi masing-masing. Kita tak bisa terus mengandalkan Dan. Akan tiba waktunya kita harus berpikir tanpa dia. Kita tak boleh bergantung."

Yang dikatakan Aiden benar. Klub detektif Madoka punya potensi baru. Tetapi, Aiden tidak tahu dan tidak menyangka. Ternyata hanya King yang bertahan sampai akhir permainan.

"Jadi, dari mana kita memulainya?"

[Aku sudah menyelidiki latar belakang anak itu.] Secarik kertas keluar dari mesin fax. Dangil membuatnya lima lembar. Aiden dan yang lagi bergegas mengambilnya. Mulai membaca. [Dia yatim piatu dan tinggal bersama kakak laki-lakinya di Perumahan Gnalan. Namanya adalah Marzio Giamarchi Zetian. 29 tahun. Seorang fotografer. Aku barusan memeriksa riwayat teleponnya, terdapat nomor Inspektur Angra di sana. Dengan kata lain Marzio telah dipanggil ke kantor polisi.]

"Apa sebaiknya kita tunggu Kak Marzio pulang? Sumpah, aku enek dengan yang namanya kepolisian!" kata King.

"Eh?" Gari membenarkan posisi kacamatanya, serius membaca tulisan di lembar kertas. "Hongfu pernah terlibat kecelakaan. Dia korban tabrak lari tanggal 14 april tahun lalu. Saat dioperasi, terjadi kesalahan pembiusan hingga Hongfu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk siuman. Astaga! Adik ini benar-benar malang sekali."

"Itu karena kamu juga sering kena sial makanya turut bersimpati, ya?" Saho menceletuk.

"Benar..." Gari menundukkan kepala, menatap Saho lewat ujung mata. Surai pink cowok itu benar-benar cocok dengannya. Mana matanya berwarna biru langit. Hmm? Gari mengerjap bingung. Biru langit?

"King benar, Den. Kita tak bisa leluasa menyelidiki karena sekarang yang mengambil alih Divisi Investigasi adalah si bangsat Angra bukan Inspektur Deon lagi. Kita harus membuka mata baik-baik." Jeremy mengiyakan usul King. Lagi pula mereka punya Dangil yang siap membobol data.

[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang