File 1.5.1 - Just Returned, Already Tiring

551 163 18
                                    

Baru juga pulang, tapi hari Watson sudah panjang melelahkan.

Dimulai dari menolong wanita yang pingsan di bandara, diseret ke Atelier karena disangka walinya, lalu tiba-tiba ada kecelakaan lalu lintas membuat rumah sakit sesak dan kurangnya tenaga medis. Watson mau tak mau turut membantu lalu terkurung 48 jam.

Kemudian setelah penuh perjuangan, Watson mengendap pergi ke kantor polisi dan kebetulan melihat Angra tergesa-gesa bersama rekannya meninggalkan gedung kepolisian setelah mengumpati klub detektif Madoka.

Sebelum mengikuti mereka menggunakan taksi, Watson mencuri nametag pegawai yang tertidur di taman istirahat. Sesampainya di pelabuhan, Sherlock Pemurung itu menyelinap di kapal seperti kucing mengandalkan kartu nama tersebut sebagai perlindungan hingga tiba di pulau Lunduls. Beruntungnya tidak ada yang menyadari hawa keberadaannya di atas kapal.

"Sekarang, harus kuapakan benda ini?" monolog Watson sembari menatap kartu nama yang dia ambil.

Pemiliknya pasti kalang kabut mencari nametag kerjanya yang raib. Watson merasa bersalah telah mencurinya tanpa izin. Habisnya tidak ada waktu. Meski akhirnya benda itu tak berguna.

"Minta tolong paman deh," gumamnya menyandeng tas. Jadi cerita bermula Watson lagi berada di kamar.

Keluar dari sana, Watson menuruni anak tangga. Almamater berlambang Madoka sudah menempel di tubuhnya.

"Oh, mau berangkat?" Beaufort muncul.

Watson mengernyit enek demi melihat penampilan pamannya. "Astaga, berapa ronde kalian bercumbu semalam—"

Beaufort pun menarik bibirnya. "Jaga mulutmu, heh. Itu bukan sesuatu yang dikatakan anak kecil sepertimu."

"Kalau tidak mau, cepat basuh mukamu." Watson bersungut-sungut menyerahkan papan nama di tangannya. "Paman, tolong antarkan benda ini ke kantor polisi. Terserah mau pakai alasan apa. Paman kan pintar untuk yang begituan."

"Tunggu, aku akan mengantarmu."

"Tidak usah. Aku mau naik sepeda." Watson yang malu karena wajah Beaufort dihiasi lipstik. Hiy, orang dewasa itu semangatnya kayak kuda ya.

Watson segera kabur sebelum Beaufrot tersadar penuh lalu menghajarnya.

"Sebentar, ngomong-ngomong ini milik siapa? Polisi? Kenapa benda ini ada padamu, anak nakal?!"

-

Pagi hari yang cerah, bukannya ke kelas, Watson justru ngacir ke klub. Entahlah. Dia merasa lebih rindu pada klub detektif daripada sekolah.

"Masih terkunci. Stern belum datang? Ah, benar juga. Kalau tidak salah..."

Watson ingat Hellen akan mengunjungi Jeremy hari ini alias dia absen. Watson sebenarnya sudah punya rencana untuk menjenguk, tapi firasatnya mengatakan biarkan Hellen lebih dulu.

"PTSD, huh? Ini buruk juga."

Kasusnya berbeda dengan Hellen. Gadis itu berdelusi dikuntit seseorang dan berharap Rokko ada untuk melindunginya. Halusinasinya itu menciptakan kesadaran sendiri lalu dia berubah menjadi penguntit kuning. Selama Hellen belum mengikhlaskan kematian Rokko, maka halusinasinya tidak akan bisa sembuh.

Di kasus Jeremy, ini sebuah trauma yang disebabkan kakak tersayangnya. Dia mencari Jerena mati-matian, tapi kakak yang amat dia sayangi malah membencinya dan berniat menjualnya. Hal itu mengguncang mental Jeremy dan membuka kembali luka masa lalunya.

"Pak Ketua! Sudah datang toh. Aku bawa kuncinya nih~" King lambai-lambai manja. Dia tidak memakai jas sekolah.

"Yo," sahut Watson pendek, memasukkan tangan ke saku celana.

[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang