"Astaga, astaga. Kenapa kamu tidak mengabari kami kalau kamu sudah pulang? Aku kan bisa menjemputmu."
Ini kejutan yang menggembirakan. Hellen diam-diam sudah selesai dengan rehabilitasinya. Karena dia sudah pulang dari rumah sakit, apakah dia akan mulai sekolah besok hari?
Hellen tersenyum. "Namanya juga suprise. Nah, misiku berhasil. Kalian terkejut. Dan, King, cepat tutup mulutmu. Kamu kelamaan melongo nanti lalat masuk terowongan lho."
"Habisnya aku masih tidak percaya! Ini beneran Buk Hellen? No bajakan?! Ya ampun! Selamat datang kembali! Maaf tidak ada parsel atau buah tangan!"
"Bajakan apanya coba. Memangnya Hellen ada dua 'gitu," cibir Aiden. Gadis itu duduk manis menghabisi sup. Kebetulan sekali Hellen memasak. Aiden lapar berat belum makan dari siang.
"Aku kan bergurau doang."
"Kamu pasti lapar, King. Makanlah. Aku membuat banyak. Oh ya, mana Jeremy? Ini makanan kesukaan dia. Hehe, aku tak sabar melihat reaksinya."
Gerakan tangan Aiden menyendok daging terhenti. Mendadak makanan di mulutnya terasa hambar. King yang tadinya asyik memposting apalah itu ke Mougram, menelan ludah gugup, menyimpan ponselnya ke saku celana.
Hellen belum tahu tentang Jeremy.
"Ei, kenapa atmosfernya jadi serius begini. Jeremy membolos?"
Setelah kakinya diinjak Aiden, mengaduh pelan, King menarik napas. "Dengerin dulu, ya. Buk Hellen jangan langsung paranoid atau kabur ke rumah Pak Jer." Ayo, King pasti bisa mengatakannya. Dia ngomong sambil merem. "Sebenarnya Pak Jer menderita PTSD pasca kejadian Snowdown dan sekolah di rumah 3 minggu atau mungkin lama!"
Hening sejenak.
Aiden dan King pikir Hellen akan segera menghampiri orang yang bersangkutan, rupanya tidak. Dia jauh lebih tenang.
"Begitu? Aku sudah menduganya."
"Eh?" Mereka berdua saling tatap. Kok reaksi Hellen di luar prediksi?
Hellen mengelap tangannya yang basah. "Aku merundingkan itu dengan Watson. Kami menyimpulkan ada kemungkinan Jeremy mengalami PTSD. Hanya saja gejala itu tertunda beberapa bulan."
"Apa?! Kamu sering teleponan sama Dan? Kok ke aku tidak?!"
Hellen mengangkat bahu. Mungkin Sherlock Pemurung itu waswas kalau harus menghubungi Aiden.
"Buk Hellen tidak khawatir?"
"Khawatir. Tapi untuk sekarang, lebih baik biarkan Jeremy sendiri. PTSD-nya bisa makin parah jika kita tergesa-gesa menyembuhkannya," kata Hellen lugas.
King manggut-manggut. Dia angkat tangan soal kesehatan mental.
"Ngomong-ngomong di mana dua member baru itu? Aku mau bertemu mereka."
Aiden menunjuk King tanpa ekspresi. Lanjut makan malam. "Dia mengusir salah satu dari mereka tadi siang."
"Apa alasannya?"
King melirik kiri-kanan, berbisik serius. "Aku rasa Gari sedang mempersiapkan sesuatu. Awalnya aku juga curiga dengan Saho, namun entah kenapa aura Gari lebih berbahaya darinya."
"Bisa begitu?"
"Bisa dong. Kan aku Raja."
Dan Hellen pun memparodikan meme seseorang melempar meja dengan King yang jadi korbannya.
"Lupakan. Apa kalian sedang menyelidiki kasus? Pasalnya kalian tidak pulang. Kalau iya, aku mau ikut."
"Boleh dong. Boleh banget. Kalau ada Buk Hellen pasti investigasi lebih seru."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misterio / SuspensoBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...