Rumah sakit jiwa Kefsera.
"Harus berapa kali kubilang, heh? Kalian salah menangkap orang! Aku bukan Arun. Namaku Rado Daunte Arroyo. Si pemilik channel Moutube Arroyo yang paling terupdate! Subscribe sekarang juga!" Pemuda berstatus pelajar itu malah mengiklankan channel-nya.
Sementara itu, seorang perawat datang membawakan apa yang diminta. Dia menghela napas panjang. "Aku hanya bisa meminjamkanmu sepuluh menit saja, Hellen. Setelah ini kamu harus istirahat. Kamu sudah berjanji lho."
"Aku tahu, aku tahu. Jangan menceramahiku lagi dong. Padahal di sini punya Wi-fi tapi anda pelit berbagi ponsel." Pemilik nama menerimanya dengan sungutan. Hellen Stern.
Tidak ingin ada yang menguping, Hellen enyah dari kerumunan polisi detektif yang keliru membawa pasien. Matanya tak lepas memandangi Rado, mengernyit heran. Lelaki itu mengeluarkan tongsis dari ranselnya. Memulai siaran langsung.
"Halo subscriber-ku tercinta! Coba tebak aku ada di mana? Benar, kawan-kawanku tersayang! Polisi-polisi bodoh itu menyeretku ke rumah sakit jiwa karena mengira aku adalah Arun! Hahaha! Bodoh banget ya mereka!"
Dasar gila. Hellen memutar mata malas, mencari nama channel orang sinting itu di Moutube, terkesiap. Rado tidak membual. Jumlah subscriber-nya melebihi sepuluh ribu. Yah, remaja zaman sekarang aktif di dunia maya contohnya Mougram atau yang paling glamor; Moutube.
Menjelajahi kolom komentar, Hellen mendapatkan satu komentar negatif. Dia terdiam. Itu akun Arun Derunadel. Dia mengomentari video yang di-upload minggu lalu; Masih bisa hidup walau kehilangan tangan kiri? Omong kosong! Arun mengatakan kalau Rado mengejek konten miliknya.
Hellen menyelami akun original Arun, berdecak kagum. Ternyata subscriber mereka sama-sama sepuluh ribu. Jadi ini tentang siapa yang paling banyak penonton, ya.
Video terakhir di sana adalah; Seseorang tidak mati jika kehilangan tangan kiri. Hellen manggut-manggut. Begitu rupanya. Rado meragukan konten yang dipublikasikan Arun sehingga mereka saling menantang satu sama lain.
Memastikan Perawat Ze tidak memperhatikan—dia sibuk mengurus pasien lain yang menangis—Hellen mengeluarkan ponsel secara diam-diam, menghubungi Aiden.
[Ada apa, Hellen?]
"Kalian sedang menyelidiki sebuah kasus tentang Tangan Kiri Buntung misterius, kan? Aku sudah mencarinya dan sesuai kata Watson—jika itu benar-benar dia—identitas tangan tersebut dikonfirmasi tangannya Arun Derunadel. Aku tahu ini konyol, tapi sepertinya inilah yang terjadi..." Hellen menatap waswas Perawat Ze jika kedapatan melihatnya menelepon orang luar. Kemudian berbisik pelan.
"Kupikir Arun sendiri yang memotong tangannya."
*
"Haa..." Jeremy memijat kepalanya. Mereka kini berada di Centicore. Mencari bukti. "Jadi Arun adalah korban provokasi dari Moutube? Apakah itu masuk akal? Kenapa dia harus memotong tangan sendiri demi membantah konten balasan rivalnya?! Dunia sudah tak waras."
"Tidak sedikit kok permasalahan remaja yang bersumber dari Moutube. Apalagi channel baku hantam. Mereka berkeliling mencari target untuk digebuki demi uang."
[Aku sudah memeriksa semua video milik Arun.] Suara Dangil memecah obrolan. Ia menampilkan 30 video dari akun original Arun Derunadel. [Semuanya berisi tantangan ekstrim. Melompat dari gedung tinggi ke gedung sebelahnya, meminum sianida namun tidak tewas, melawan mafia, memakan lintah yang masih hidup dan sebagainya.]
Wajah King jijik. "Makan lintah? Hiyek!"
Gari mengelus dagu. Kalau Arun seambisi itu dalam membuat konten, pantas saja dia tidak terima jika diremehkan oleh Rado rivalnya. Hellen benar. Tipe seperti Arun takkan membiarkan harga dirinya diinjak. Dia akan melakukan semuanya demi mempertahankan reputasi.
[Aku memeriksa riwayat kesehatannya dan mendapati bahwa Arun keluar-masuk rumah sakit tiga puluh kali sebanyak jumlah videonya.] Dangil memberi info lagi.
Aiden dan Jeremy menghela napas lelah. Duh, kenapa masalah ini jadi meluber ke mana-mana? Mereka hanya ingin menemukan bukti kalau Hongfu tak bersalah. Kenapa jadi mengurus masalah Moutuber labil?
[Oh, dia mengupload video baru.]
Mereka berlima buru-buru merapat, menunggu Dangil memutar video tersebut. Jika Arun mempublikasikan konten selanjutnya maka dia seharusnya baik-baik saja. Mereka tinggal meminta pernyataan pada Arun.
Mulai menonton.
"Lho? Latarnya kan..." Aiden melirik sekeliling. "Centicore? Tunggu, mungkinkah ini rekaman di hari minggu?"
[Aku rasa video Arun mengalami take down, pelanggaran persyaratan penggunaan. Entah bagaimana cara dia memaksa untuk menerbitkan video ini.]
Mereka pun lanjut menonton. Arun memamerkan tangan kirinya yang sudah buntung pada kamera sambil menyengir. Hal ini membuat klub detektif Madoka merasa janggal. Kenapa dia terlihat begitu senang? Apa dia tidak kesakitan? Jangan bilang dia sudah memakai obat penghilang rasa sakit makanya tampil percaya diri? Tidak mungkin! Arun memotong tangannya secara live streaming. Atau mungkin sebelum siaran? Ada yang tidak aktif di sini.
<Kalian lihat? Aku masih hidup dan baik-baik saja! Oleh karena itu, jangan percaya pada Channel Arroyo. Dia hanya tukang penipu yang takut bertindak!>
Baru lima belas detik penontonnya sudah melebihi angka dua puluh ribu. Ada yang berseru heboh bilang Arun keren. Ada juga yang bilang itu editan. Tapi kritikan mereka menguap demi membaca berita 'Ditemukan Tangan Kiri Misterius'. Anehnya, nama Hongfu tidak disebut.
"Angra keparat itu benar-benar berusaha menutup kasus!"
"Ng?" Saho memicingkan mata. "Eh lihat deh, teman-teman. Ada respon dari Rado. Di sini tertulis kemarin. Sepertinya Rado sempat menonton videonya sebelum dihapus."
<Mungkin saja kamu beruntung? Bagaimana jika kamu mempraktekkannya ke orang lain? Hehehe, takut?>
Deg! Kelimanya terdiam.
Mereka mendengar jelas perkataan Hellen tentang pasien sakit jiwa yang tertukar. Dengan kata lain, pihak berwajib memang sudah mengawasi Arun curiga pemuda itu nekat melakukan hal berbahaya. Jangan-jangan Arun tak bisa ditemukan karena sibuk mencari mangsa konten?!
Aiden, Jeremy, dan Gari refleks berdiri. "Kita harus mencari Arun secepatnya! Dia pasien gangguan jiwa! Terlalu maniak dengan provokasi Rado!"
King mengembuskan napas, mengusap wajah. Kapan dia bisa menonton anime kalau praharanya jadi makin pelik. "Tenanglah dulu Buk Aiden, Pak Jer, Dik Geri. Kalian tidak bisa apa-apa jika dikendalikan oleh rasa panik."
Saho pun setuju dengan King. Mereka tidak boleh gegabah karena khawatir Arun melakukan sesuatu. Lagi pula klub detektif Madoka tidak tahu di mana Arun saat ini.
"Sejak kapan namaku jadi Geri..."
King menyengir. "Dinda mengirimku snack dari Indonesia. Namanya Geri apalah itu. Aku otomatis teringat namamu."
Aiden menatap King. "Kamu ada rencana, ya? Bawaanmu tenang sekali. Jangan-jangan kamu sudah tahu apa yang terjadi sekarang," tudingnya curiga.
King mengangkat bahu. "Aku hanya mengingat nasehat dari Pak Ketua saja kok. Pekerjaan detektif adalah mencari kebenaran bukan justru menguruknya."
Grrt! Saho menoleh pelan ke Gari. Dia menyembunyikan tangannya ke belakang punggung. Lagi-lagi dia bertingkah aneh yang hanya dilihat oleh cowok cantik itu. Apa sih?
Sekelompok murid perempuan keluar dari toilet umum. Biasalah, pergi jalan-jalan dengan sahabat ke mal atau karaoke atau ke mana lah menikmati masa muda. Bergosip ria tentang pacar atau kosmetik. Berbanding terbalik dengan klub detektif Madoka yang malah disibukkan kasus.
"Aku dengar kemarin ada cowok aneh lho. Aku benar-benar merinding mendengar teriakannya."
"Teriakan apa?"
"Aku tidak terlalu melihatnya, namun tangan kirinya meneteskan darah. Dia berusaha menutupi itu lalu menabrakku sambil merintih kesakitan. Dasar tidak sopan!"
King mengepalkan tangan. Dia sudah menduganya. (*)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misteri / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...