"K-kenapa aku ada di sini..."
"Kakak-kakak kelas kita ini ingin menerobos Dark Web, tapi hanya kamu yang dapat melakukannya. Sebagai adik kelas yang santun, kamu harus membantu mereka, Dex."
"Kamu sendiri ngapain di klub detektif?"
"Hehehe, aku anak magang."
Sepulang sekolah, Kapela yang beruntung kelasnya tetanggaan dengan kelas Dextra langsung menghambat langkah cowok itu, bahkan berseru galak pada perundungnya. Dia menyeret Dextra ke klub detektif dimana Aiden dan yang lain menunggu.
Tatapan King lurus ke pinggang Kapela, manyun. "Kamu cukup bernyali juga ya, mengikat jas almamater sekolah di tempat seperti itu."
"Habisnya kayak begini lebih keren. Kak King ayo coba."
"Tidak usah. Aku sudah keren dari sananya," kata King narsis. Kibas poni.
"Bukannya pendaftaran member baru sudah tutup, ya? Kok Kapela bisa diterima?" Dextra masih bingung.
"Itu tidak penting sekarang." Aiden akhirnya bersuara. Dia membiarkan rambut pirangnya berkibar lalu mengepang dua bagian depan dan melilitkan pita biru berbunga-bunga. "Yang mendesak sekarang kami butuh bantuanmu."
Ugh, Kak Aiden cantik sekali. Dextra menelan ludah. "A-apa yang bisa aku lakukan? A-aku payah dalam teka-teki."
"Tidak, tidak. Itu biar kami yang handle. Apa kamu bisa mengakses Dark Web? Karena itu situs internet yang tak bisa dikunjungi dengan browser reguler, informasi kami tersendat."
"Ah, DW ya? Kalian perlu menggunakan browser spesial seperti Onion Router. Kalian juga harus menyalakan VPN guna memberi perlindungan online. Dengan VPN, kita bisa lebih anonim dan aman di web. Juga, kalian perlu mengakses internet dengan alamat IP yang berbeda. Atau ada cara lain..."
Seperti yang diharapkan dari master IT, layar laptopnya menunjukkan nomor dan huruf hijau entah apa itu. Jari-jari Dextra lincah mengetik apalah segala macam kode. Mata Aiden dan yang lain pusing membacanya.
"Oke, aku sudah masuk. Kalian hendak mencari apa?"
"Ini tentang calon gubernur kandidat satu, Pak Lunduls. Kami menduga beliau melakukan perdagangan rahasia di Dark Web. Temukan sesuatu yang berhubungan dengan beliau."
Jemari Dextra berhenti, berkeringat dingin. Calon gubernur? Bukankah beliau tokoh politik? Mau apa klub detektif Madoka dengan beliau? Apakah mereka ingin mengancam?
"Tidak, bukan begitu." Hellen menyanggah cepat setelah membaca raut wajah Dextra. "Ini sulit untuk dijelaskan, entah kamu akan mengerti atau tidak. Kami melakukan ini bukan untuk menjatuhkan beliau."
"Mungkin beliau seorang penjahat, mungkin tidak. Dan tugas detektif memastikan kebenarannya!" imbuh Kapela menambahi.
"Baiklah." Toh, Dextra tidak ingin tahu juga. Dia hanya mau membantu Aiden.
Menyelami dunia Dark Web selama lima belas menit, akhirnya Dextra menemukan jejak perniagaan Lunduls. Pantas saja susah mencarinya! Dia memakai alamat IP luar negeri. Aiden, Hellen, dan King melongo tak percaya.
"A-apa semua ini?"
"Ini adalah pengelolaan prostitusi! Bahkan sudah memiliki cabang di mana-mana! Pantasan dia kaya raya," hardik King. Prospek liburan gratis tiba-tiba terasa hambar. "Betapa gelapnya dunia politikus. Aku tak yakin hanya Lunduls yang memiliki masa lalu sesuram ini."
"Selidiki lebih dalam, Dex."
Dia terlalu dekat. Aku jadi tak bisa konsen. Berbekal iman, dengan sisa-sisa tingkat fokusnya, Dextra mengscroll halaman web dagang yang dipelopori oleh Lunduls.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misteri / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...