Dering ponsel menyadarkan Watson yang terbengong-bengong. Bergegas dia angkat panggilan itu. "Ya, Paman? Ada apa?"
[Di mana kamu, hah? Masih belum pulang?]
"Iya ini lagi di perjalanan. Sabar dong, Paman."
[Barusan ada polisi bernama Angra menerobos ke kamarmu. Aku sudah melarangnya, tapi karena mayat tak dikenal waktu itu ditemukan di sana, aku tak punya hak mengganggu pekerjaan polisi. Makanya kamu harus pulang.]
Sial. Ternyata Angra tidak peduli pada Sanoo dan memfokuskan pencarian BE. Apa dia sadar kalau Gona merupakan seorang saksi?
"Aku akan pulang telat. Aku harus mampir ke kantor polisi," tutup Watson mematikan ponselnya. "Teman-teman! Kita harus pergi..."
Tiga perempuan kuliahan nan tengah bersenda gurau melewati rombongan Watson. Detektif Muram itu tersentak, menoleh ke arah mereka. Perasaan risau apa ini? Seolah ada yang tertinggal. Seolah akan ada yang terjadi dari petunjuk kecil yang luput oleh otaknya.
"Dan! Ngapain melamun? Bukannya kamu bilang kita akan ke kantor polisi? Ayo kita pergi!"
Klub detektif Madoka menyewa taksi dan meluncur ke kepolisian metropolitan Moufrobi. Sesampainya, karena mereka sudah akrab dengan mobil Angra, dapat dipastikan polisi satu itu telah kembali dari rumah Watson.
Angra tidak ada di divisinya. Butuh dua menit untuk Watson menebak posisinya. Seorang detektif berlisensi pulang dari TKP biasanya menemukan atau membawa suatu benda yang dirasa mencurigakan. Kalau begitu Angra...
Pasti di gudang penyimpanan barang bukti!
"Inspektur Angra!"
Angra dan bawahannya Ingil tersentak mendengarnya, menoleh. Kedua alis Angra seketika menukik tajam melihat klub detektif Madoka masuk tanpa permisi ke ruangan.
"Apa kalian tidak melihat palang di pintu? Tempat ini hanya boleh dimasuki oleh petugas polisi. Apa kalian mau dituntut karena menyelinap, huh? Anak-anak nakal sombong."
Ara-ara, lihat dia. Tidak sadar diri.
"Inspektur habis dari rumahku, kan? Jujur saja, ketika mayat itu ada di kamar, aku tidak sempat memeriksa sekitar karena sudah disibukkan dengan hal lain. Katakan padaku, kamu menemukan sesuatu di sana, kan?"
"Kenapa aku harus mengatakannya padamu?" tukas Angra menatap Watson tak suka.
"Karena kita sudah punya perjanjian. Bukankah anda ingin tahu tentang Revive Project? Anda mati-matian mencari informasi itu, kan?"
Ingil menoleh ke Angra yang gemetar karena amarah. "Revive Project? Itu apaan, Pak?"
Tidak menjawab pertanyaan rekannya, Angra langsung menyambar 'barang bukti' yang dibungkus plastik. Watson seketika terbelalak.
"Aku menemukan benda ini di bawah kaki meja. Sepertinya menggeleser dari tangan korban. Hanya ada satu sidik jari..." Angra menghentikan kalimatnya demi melihat Watson yang membeku di tempat. "Kamu tahu apa ini?"
Watson menelan ludah. Kenapa Gona memegang benda itu? Terlebih, bagaimana bisa benda itu ada di sini? Siapa yang membawanya? Gona?
Itu... Emblem emas yang biasa dipakai oleh orang-orang Aleena Lan dan keluarganya.
*
"Dan, kamu baik-baik saja?" Setelah melihat benda yang ditunjukkan Angra, Watson jadi manusia yang punya banyak beban hidup.
Watson benar-benar kepikiran soal emblem emas tersebut. Watson tak mungkin lupa bahwa setiap pengawal Aleena memilikinya.
Dia tidak mengerti. Kenapa Gona bisa mempunyainya? Apa dia memungutnya saat dia datang ke rumah Watson (yang di New York)? Tidak, tidak! Emblem itu tak boleh dihilangkan. Lebih tepatnya dilarang menghilangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
غموض / إثارةBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...