Epilogue

928 162 62
                                    

Seperti biasa, sudah menjadi tugas harian Saho dan Liora yang menjabat seksi keamanan untuk berpatroli memeriksa gedung sekolah pada pukul 7 malam. Guna memastikan tidak ada murid nakal yang bermain-main di sekolah.

Banyak kasus remaja tentang 'penyelundupan rokok' belakangan ini. Makanya Apol memberi perintah pada anggota dewan siswa untuk memperhatikan lingkup sekolah lebih ketat. Madoka sudah harus kosong pukul 6 sore.

Dan untuk peraturan klub detektif, Apol dan kepala sekolah sementara tengah berunding. Apakah mereka juga harus mengikuti peraturan atau dibiarkan. Tapi jika diberi hak khusus, murid-murid lain akan merada tidak adil. Sebaliknya, jika dibatasi, bagaimana cara mereka menyelidiki dan menyelesaikan kasus? Akan menjadi hari yang panjang untuk Apol.

Kembali ke sudut pandang. Liora menyusuri gedung kelas satu dan Saho bagian gedung kelas dua. Lalu ketua seksi keamanan, Kaolinya, meronda di gedung anak kelas tiga.

"Yosh. Di sini juga aman," kata Saho menutup pintu kelas 2-G. Dia harus cepat-cepat menyelesaikan tugasnya supaya bisa pulang.

Gubrak!

"Hmm?" Kepalanya menoleh demi mendengar suara jatuh yang samar dari gudang penyimpanan data. Beberapa detik kemudian, suara itu lenyap. Apa Saho salah dengar?

Saho tak bisa pergi begitu saja. Tidak ada salahnya memeriksa. Saho dengan hati-hati melewati titik buta cctv, membuka pintu.

"Lho? H-Hellen? Apa yang kamu lakukan—"

"Sstt!" Pemilik nama menarik Saho ke dalam, menoleh ke lorong kanan dan kiri, mengangguk ketika tidak ada siapa-siapa. "Jangan berisik."

"Ini sudah mau setengah delapan malam, Hellen. Ngapain kamu di tempat seperti ini malam-malam? Aku bisa kena marah oleh Ketua Apol. Kamu harus pulang sekarang."

"Tidak, aku belum bisa. Aku mencari sesuatu."

"Mencari apa..." Manik mata Saho bermain ke dokumen yang berserakan di lantai, membola tak percaya. "I-itu kan rangkap biodata Watson? Mau apa kamu sama data Watson?"

"Apa menurutmu Watson tidak aneh, Sa? Dia itu... Bagaimana cara aku menjelaskannya, ya? Aku merasa aneh dengan pemulihan tubuhnya. Dia sering terluka karena berhadapan dengan penjahat dan dia juga menegaskan kalau dia punya fisik lemah. Tapi apa kamu sadar jika perkataan Watson berbanding jauh dari kenyataannya? Bagaimana bisa seseorang pulih dari demam secepat itu, bagaimana bisa seseorang bergerak leluasa setelah terkena ledakan bom, bagaimana dia bisa baik-baik saja setelah sedikit istirahat dari suntikan racun... Aku yakin ada suatu penyebab. Aku ingin tahu."

Saho diam, membiarkan Hellen lanjut dengan aktivitasnya. Cahaya dari lampu yang Hellen bawa, menyinari matanya yang bergradasi jadi biru. Rasanya percuma memakai softlens pink.

"Ini salahku, Ma. Aku sangat tidak becus."

Mengepalkan tangan, Saho pun duduk di sebelah Hellen. "Aku akan membantumu!"

Awalnya Hellen mengerjap, lalu mengangguk.

-

"London Bridge is falling down
Falling down, falling down
London Bridge is falling down
My fair lady~"

Senandungan itu membuatnya tersentak, menoleh ke depan. Terdengar suara langkah kaki dari kegelapan. Waktu habis. Dia tak sempat melepaskan ikatan pada tubuhnya. Kalau terus begini, dia takkan selamat!

Bagaimana ini. Bagaimana ini. Kenapa bisa jadi begini? Padahal dia pikir dia akan aman. Tetapi kenapa dia kembali tertangkap? Kenapa saat bangun dia sudah ada di tempat aneh itu?!

"Build it up with iron bars
Iron bars, iron bars
Build it up with iron bars
My fair lady~"

Air matanya bercucuran, terisak. Ketika dia berhasil lolos dari kejaran orang yang tengah bergamat itu, dia senang dan bahagia bisa bertahan hidup. Apakah semuanya sia-sia?

Tidak mau! Dia belum mau mati! Terlalu cetek yang dia lihat dari dunia. Dia masih mau hidup. Dia belum punya banyak kenangan.

"Kak Holmes... Tolong aku..."

"Dia tidak bisa datang, Castol manis. Ah, kamu pasti belum tahu." Sosok itu menyalakan tab-nya. "Detektif kesayanganmu sedang koma karena habis menangkap penjahat. Kasihan banget ya? Dia kehilangan banyak darah lho. Butuh dioperasi 7 jam. Entah dia akan bangun atau tidak. Malang sekali."

"Tidak mungkin.." Mata Castol kabur oleh air mata melihat layar tab yang memperlihatkan Watson terbaring di kamar rumah sakit dengan banyak alat-alat medis terpasang di tubuhnya. "Tidak! Kak Holmes itu kuat! Jangan berbicara yang aneh-aneh! Dia akan bangun! Kak Holmes akan sadar dan menyelamatkanku!"

"Hahaha." Ekspresi sosok itu berubah dingin. Dia menarik sesuatu dari jaketnya lalu menyabit wajah Castol. "Pelankan suaramu."

"Hee?" Mata kanan Castol terbelalak saat menyadari bola mata kirinya tergores dalam, jatuh, lantas menggelinding ke lantai dingin.

"ARGHHHH!!! SAKIT!!!! AHHHH!!!!"

Sosok itu berdiri. "Aku benci suara keras."

"M-maafkan aku... Jangan bunuh aku... Aku minta maaf... Kumohon biarkan aku hidup... Jangan bunuh aku... Kumohon... Kak Holmes..."

"London Bridge is falling down
Falling down, falling down
London Bridge is falling down
My fair lady~"

Sosok itu tak lain tak bukan BE, menyentuh pagar besi sebuah kandang. "Kamu tahu, sayang? Sepertinya anjingku lapar. Apa kamu mau menjadi santapannya? Dia pasti senang."

"Tidak... KUMOHON JANGAN BUNUH AKU!"

"Saatnya makan anakku!" BE menyeringai, melepaskan pagar tersebut. Hewan yang ada di dalam—harimau—langsung merangsek maju ke arah Castol yang berseru histeris meminta ampun pada BE agar menyelamatkannya.

"JANGAN! TOLONG SELAMATKAN AKU! TIDAK—"

Mulut harimau menggigit lengan Castol membuat anak itu berteriak kesakitan. Darah memercik ke lantai dan ke tubuh predator itu.

BE duduk bersilang kaki ke kursi, memutar musik 'London Bridge' sambil menyesap wine. "Ah, aku suka sekali lagu ini. Cocok untukku."

Harimau menggondol tubuh Castol, mencakar, dan mengoyaknya. Memakan satu per satu organ gadis kecil yang tak berdaya. Hingga salah satu tangan Castol terpental ke kaki seseorang yang baru datang ke sana.

Harimau mendesis. Tanpa basa-basi juga menyerbu seseorang yang kebingungan itu. Satu manusia tak cukup memuaskannya.

Dia mengeluarkan pistol dengan tenang dan DOR! Darah mencoret seragam sekolahnya.

"Hei, aduh! Itu kesukaanku tahu!"

Surai biru langit berkilap indah di lokasi yang salah. Mata hitamnya tampak memesona bahkan dilihat dari kegelapan sekali pun. Belum lagi tahi lalat mungil di sudut bibirnya.

Orang itu menghela napas. "Apa yang kamu lakukan? Sudah kubilang jangan berlebihan."

BE menggelembungkan pipi. "Aku melakukannya seperti biasa kok! Cih, kamu ini merusak suasana saja. Padahal aku sedang seru."

"Dasar. Kamu tak pintar berbohong," katanya mendesah lelah, menurunkan tas sekolah.

"Tapi, apa menurutmu ini akan berhasil? Jikapun iya, kamu yakin kamu akan baik-baik saja? Maksudku, kalian kan berteman dulunya."

"Teman, huh?" Cahaya temaram menyiram papan nama yang menempel di seragam.

BE berkeringat demi melihat ekspresinya.

"Itu hanya cerita masa lalu."

Jamos Rotloz Horori.








[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang