File 1.5.5 - Future Career

552 174 21
                                    

N. B. Sori sori malah ngilang 5 hari tanpa kabar (ya kan saya ga mau bikin yg gituan di wall). Saya lagi demam, gak enak badan, atau apalah istilahnya.

Skrg udh mendingan, tpi gak bisa nahan hasrat/godaan 'tuk menulis, melanjutkan, atau apalah istilahnya (2).

Tapi, setelah kubaca ulang part sebelumnya, sepertinya ada sedikit kesalahan teknis. Biasanya aku gak bela-belain kasih info di A/N karena: yah, kan ntar direvisi pula pas tamat.

Tapi (lagi), aku baru menyadari kalau 'kesalahan teknis' ini harus segera diperbaiki apalagi udah dibaca.

Kenapa? Karena itu berpengaruh ke cerita King. Di situ latarnya musim panas, tpi di part sebelumnya aku bikin musim gugur. Aku sadar aku keliru, maka dari itu aku akan memperbaikinya.

Tidak seperti 3 series sebelumnya, cerita King-Gari-Saho tali menali ama timeline utama. Apalagi nanti ada 'sesuatu' di cerita King. Mau tak mau aku harus merubah bagian awal part kemarin. Yg bagian musim gugur doang.

Yah, itu aja. Saya sengaja bikin note di awalan daripada di bawah karena pasti banyak yg bakal ngeskip. 

***Happy?(No, i'm mad) Reading***

Serigala, huh? Watson tak dapat menyangkal kalau dirinya sangat terpicu saat ini. Hewan buas di sekolah pada siang hari, sungguh konyol dan tak masuk di akal. Pikiran Watson hanya tertuju ke kasus baru tersebut. Tidak sampai wali kelas yang tiba-tiba membagikan lembar karier masa depan.

Kini anggota klub detektif mendadak lupa masalah tadi siang dan difokuskan oleh kertas karier yang diwajibkan diisi. Sial, memangnya mereka masih anak-anak disuruh bikin begituan?

Tapi tidak untuk King. Lehernya memanjang kayak jerapah demi mengintip kertas karier punya Kapela.

"Hohoho, kamu mau jadi idol?"

Tersentak, Kapela refleks menutupi kertas miliknya. "IH! Apa sih, Kak King? Jangan ngintip dong! Isi punya kakak sendiri sana. Dasar tidak sopan."

King menyengir. "Aku sudah mengisinya~"

"Oh, ya?" Aiden tertarik. "Memangnya kamu mengisi apa?" Bagaimana kira-kira impian si Raja Abal-abal itu.

King tak keberatan memperlihatkan, cengengesan. Awas saja kalau yang berhubungan dengan anime atau kartun. Aiden akan langsung menerjangnya dengan Kapela sebagai support.

Aiden dan Kapela terbelalak. "K-kamu yakin soal ini, King? Serius?"

"Tentu saja." King menyeringai.

Ini di luar perkiraan. Tadinya Aiden mengira anak itu mengisi segala sesuatu yang bersangkutan dengan jejepangan menuruti hobinya yang aneh. Malahan impian King sangat luhur.

"Kamu mau jadi hakim?"

Hakim? Seorang King? Kepala Watson menoleh, obrolan yang menarik hmm. "Selagi membicarakan itu, kamu masih belum memberitahu alasanmu mengeluarkan Nona Gariri, Krakal."

King beringsut ke tempat Watson. Berbisik dengan wajah serius yang dibuat-buat tapi jatuhnya bodoh.

"Kamu membuat pilihan bijak. Sepertinya kamu cocok jadi hakim."

King berbinar-binar. "Pak Ketua..."

"Kamu sendiri bagaimana, Dan? Kamu masih mau jadi penulis?"

Watson menggeleng. "Sepertinya itu tidak bermutu dan sama sekali tidak ada faedahnya. Aku menyerah sebelum memulai," katanya angkat tangan.

"Kenapa Kak Watson tak jadi detektif saja? Kan itu termasuk impian."

"Lucu sekali, Pela. Kamu pikir menjadi detektif itu menyenangkan? Jika iya, takkan banyak detektif swasta menganggur karena tak ada kasus."

[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang