File 1.8.5 - Too Much to Do

484 153 9
                                    

Watson ingin sekali otaknya terbelah menjadi beberapa bagian. Tiap belahan membantunya mengumpulkan dan mencerna informasi.

Terlalu banyak yang harus mereka lakukan. Petunjuk tentang BE yang masih sedikit, Saho yang dicurigai komplotan BE, apa yang membuat Gona datang ke rumah Watson, kematian Gona, dan orang-orang berjas hitam misterius yang mengejar gengnya Martin.

Lalu, bagaimana cara membujuk Beaufort.

"Paman, aku sungguh baik-baik saja. Mereka tidak melakukan apa pun padaku. Sekarang aku punya kasus yang pelik. Paman tak bisa membatasi kegiatanku." Watson menyakinkan Beaufort yang mengubah jadwal hariannya.

Masa Watson hanya punya waktu 'bebas' dua jam doang? Dia sudah harus pulang ke rumah pukul empat sore. Ini pengekangan namanya.

"Kamu sudah diculik dua kali selama kita tinggal di kota sialan ini. Kamu sudah berkali-kali keluar masuk rumah sakit. Kamu sudah puluhan kali terluka semenjak bermain dengan kasus-kasus sialan itu. Dan kamu masih memperhitungkan tindakanku?"

"Paman sendiri yang mengizinkanku kembali ke dunia detektif! Kenapa paman malah marah?"

"Aku mengizinkanmu karena kamu sangat menyukai dunia kriminal! Bukan berarti aku memperbolehkanmu bermain dengan maut!"

"Apa paman lupa pekerjaan detektif? Mereka kerap dihadang kematian! Maut seperti partner bagi detektif. Pokoknya, aku tidak bisa menerima aturan baru yang paman buat. Ada seorang pembunuh kejam yang mengincar hewan di luar sana. Aku harus menangkapnya."

"WATSON DAN!" Suara Beaufort meninggi.

Pemilik nama menggigit bibir.

"Tolong, dengarkan aku sekali ini saja. Kamu... satu-satunya yang tersisa dari kakakku. Jika kamu berakhir sama sepertinya, selamanya aku takkan pernah memaafkan diriku."

Watson mengepalkan tangan, masih keberatan. Tapi lambat laun, dia pun melunak. "Baiklah, Paman. Aku akan menuruti keinginanmu."

Tak ada gunanya terus melawan. Sherlock Pemurung itu sesekali harus bersikap patuh.

-

Begitu bel pulang berdering, Watson bergegas menarik Aiden, Hellen, dan Jeremy ke klub detektif. Jika waktu bebasnya hanya dua jam, maka tak ada alasan untuk bermalas-malasan.

"E-eh, kita mau ke mana, Dan?"

"Aku kan sudah bilang, kita harus memulai penyelidikan BE. Mula-mula kita cu—minta kasus-kasus yang berhubungan dengan BE pada Angra dulu. Semoga dia mau membagi."

Hellen dan Jeremy manyun. Barusan, Watson ingin bilang 'curi', kan? Dia segera meralatnya.

Setibanya di kantor Kepolisian Moufrobi, langsung saja mereka melangkah ke Divisi Kejahatan Khusus, tempat Angra bertugas. Seperti yang diharapkan, polisi berdarah dingin itu mengusir bahkan sebelum Watson menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Kalian mungkin beruntung berhasil menangkap CL, namun kali ini, takkan kubiarkan kalian bertingkah. Ingil! Bawa pergi bocah-bocah ini!"

"Heleh, bilang saja Inspektur iri kami yang menangkap CL bukan anda!" cibir Jeremy.

Watson menepuk dahi, sebal. "Inspektur, ini bukan saatnya 'siapa yang menangkap duluan'. Apa salahnya bekerja sama dengan kami? Kalau tidak begini saja, aku akan memberitahu informasi yang batal kuceritakan—"

"Baiklah. Untuk kali ini saja. Pembunuh hewan itu memang meresahkan kota," potong Angra sebelum Watson menggenapkan kalimatnya. "Aku akan memburumu jika kamu melarikan diri atau mengingkari janjimu sekali lagi," lanjutnya menatap Watson dingin. Mendengus.

Apa-apaan? Angra menyetujui begitu saja?  Watson jadi ingin tahu mengapa Angra sangat penasaran dengan 'informasi' yang dia miliki.

Angra menurunkan beberapa dokumen ke atas meja sekaligus, melipat tangan ke dada. "Untuk saat ini, kami mengklasifikasi tiap kasus BE menjadi tiga bagian. Pertama, korban jiwa BE berjumlah delapan orang. Kedua, kematian empat dari delapan korban memiliki perbedaan. Dan ketiga, warga yang kehilangan binatang peliharaannya mungkin sudah sekitar belasan. Teman-teman kalian di Madoka banyak yang ribut karena kehilangan hewan, kan?"

Mereka berempat mengangguk. Kata King, bahkan ada yang kehilangan tikus. Ada orang yang mau memelihara tikus? Memikirkannya saja sudah membuat Watson merinding geli.

"Kalian bisa mulai dari mana saja."

Aiden, Hellen, dan Jeremy memeriksa kumpulan arsip tersebut. Kecuali Watson yang heran. Si gila BE punya dua motif pembunuhan?

"Tadi anda bilang terdapat perbedaan tiap BE melakukan pembunuhan. Tepatnya apa itu?"

"Satu, BE menyatukan kulit hewan milik korban ke kulit korban itu sendiri dengan cara dijahit. Dua, BE menggunakan cermin dengan meletakkan bangkai hewan di lantai dan tubuh korban digantung dengan posisi aneh. Lantas cermin berada di tengah-tengah keduanya. Diletakkan sekitar lima langkah kaki dari TKP."

Huh? Sangat tidak nyambung.

"Selain membunuh, BE juga melakukan taxidermize pada hewan-hewan malang itu." Angra geleng-geleng kepala. Manusia-manusia rusak seperti BE hanya mengotori bumi.

Watson mengangguk, mengeluarkan buku memo. Untuk sekarang, catat yang dirasa perlu. Sekian lama berurusan dengan kasus publik membuatnya lupa pada yang utama.

"Ng? Noki? Dia bukannya anak kecil yang kehilangan anjingnya itu? Sikas kan namanya."

"Iya..." Aiden dan Hellen menundukkan kepala. Walau mereka berhasil menebak teka-tekinya dengan King, mereka gagal menyelamatkannya.

Baiklah. Kalau begitu Noki berada di kelompok 'dijahit bersama kulit hewan peliharaan'. Watson lanjut membaca data berikutnya.

Hingga jam menunjukkan pukul 15.30 sore. Sisa setengah jam lagi sebelum Watson pulang.

"Oke, aku sudah menulis semuanya."

Di kelompok 'jahit', ada dua korban perempuan dan dua korban laki-laki. Di antaranya: Vitoria Reatha, kehilangan kucing persia. Seyra Zeline, juga kehilangan kucing anggora. Lalu Noki yang diculik saat bermain dengan anjingnya. Dan Orly Odist, yang kehilangan anjing husky.

Di kelompok 'cermin', terdapat tiga korban remaja cewek dan satu cowok. Di antaranya: Dalisay Ramelin, kehilangan seekor... kuda? Lalu kedua, Mangata Duenden yang kehilangan tupai tanah kuning. Ketiga, Agape Libradida, kehilangan angsa. Terakhir, Ruatari Kirei. Tertulis bahwa dia kehilangan trenggiling.

Betapa absurdnya. Oke, Watson bisa terima seseorang yang kecolongan tupai, anjing, atau kucing. Tapi ini? Angsa, kuda, dan trenggiling. Buat apa BE mencuri hewan seperti itu?! Gila!

Ponsel Watson menyala. Sudah pukul 15.45.

Detektif Muram itu beranjak bangkit, menyimpan kembali buku catatannya. "Hari ini kita selesai di sini. Kita bisa bahas lebih lanjut di rumah. Terima kasih, Inspektur Angra."

"Lho, Watson? Tapi kan baru jam segini. Sudah mau balik saja?" Jeremy menggaruk kepala.

"Ada sedikit masalah di rumah. Paman menyuruhku pulang kalau sudah jam empat. Kita bahas di Skype grup nanti malam."

Baru juga mau keluar dari ruangan, Ingil masuk bersama seorang gadis kuliah bermata sembap. Watson memperhatikan. Berapa lama dia tidak makan dan tidak tidur? Kurus sekali.

"Ada apa ini, Ingil? Siapa dia?"

"Katanya dia ingin mencari seseorang, Pak. Kakaknya menghilang dari seminggu lalu."

"Kalau begitu arahkan ke Unit Orang Hilang."

"Saya sudah bilang demikian, namun dia bersikeras ingin melapor pada Inspektur..."

"Kakakku diculik oleh pembunuh hewan itu! Aku sangat yakin si brengsek itu lah pelakunya! Tidak mungkin kakakku menghilang begitu saja. Dia pasti telah membunuh kakakku!"

"T-tenanglah dulu. Kamu sudah berjanji—"

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG SEMENTARA AKU TIDAK TAHU KONDISI KAKAKKU? HIKS... KAKAK!"

Watson menghela napas. Dia belum bisa pulang.



[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang