>New York, 22.34 P.M<
Tes! Tes! Tes! Itu bukan suara tetesan hujan. Bukan juga zat cair yang jatuh. Suara tetes itu berasal dari seseorang nan tertatih berlari ke gang sempit guna menyembunyikan diri. Lengannya tertembak. Belum lagi kepalanya juga mengucurkan darah.
Adalah Watson.
Sherlock pemurung itu bersandar ke dinding tong sampah, meringis tertahan. "That's why i hate this place. Enemies everywhere."
Watson tahu betul resiko berteman dengan Aleena. Dia harus siap mempertaruhkan nyawa karena lawan takkan segan merenggut nyawa walau dia masih anak-anak. Tangan Watson menggenggam erat sebuah pistol yang berdarah-darah.
Seolah tidak memberi waktu untuk berisitirahat, antek-antek musuh berdiri di depan gang tempat persembunyian. Dia menyeringai kontras dengan Watson yang terkesiap, tak bisa menghindar.
"There you are."
Orang itu membidik dan tembakan nyaring terdengar, beriringan dengan dirinya yang terpental ke kumpulan sampah. Tembakan tersebut mengenai pipa kosong.
Lupin bergegas membantu Watson setelah menerjang sosok itu. "You okay?"
"Tidak ada yang baik-baik saja dikejar sekelompok mafia, Lupin. Tolong pertanyaannya berbobot sedikit," ketus Watson menerima jabatan Lupin. "Kita harus segera pergi dari sini. Jemputan Aleena sudah datang?"
"Ah, itu..." Lupin cengengesan mencurigakan.
"Apa?" Firasat Watson tidak enak.
"Musuh datang dan meledakkan helikopter alias jemputannya sudah tewas. Ehe!" Lupin menggaruk tengkuk, menjulurkan lidah. Ekspresi tak berdosa.
Tanda jengkel hinggap di kening. Baru saja Watson ingin marah-marah, Lupin langsung menyentuh leher cowok itu, menggeleng. "Tidak boleh, Wat, tidak boleh. Nanti suaramu parau lagi. Kamu ini bagusnya diganti julukannya jadi Sherlock Pemarah."
Watson menepis tangan Lupin. Mereka yang membuatnya terus-menerus naik darah. Dasar kumpulan teman menyebalkan.
Tap! Watson dan Lupin tersentak. Seorang pria berjas hitam menyeringai menarik pin granat dengan giginya. "DIEEE!!!" serunya melempar benda itu ke arah mereka.
Akan tetapi baru setengah jalan, peluru asing melesat ke medan pertarungan, menembak granat tersebut hingga ia meledak di udara. Watson cekatan menarik Lupin mundur dari jangkauan ledak. Tidak seperti pria itu, malah terperangah. Dia pun terbanting oleh dentuman granat.
Krak! Violet memompa pelatuk senapan hingga sarang peluru yang sudah kosong melenting ke luar. "Tetaplah bersama. Aku akan melindungi kalian dari sini."
"Tidak, Vi. Persembunyianmu terlihat."
Benar saja dugaan Watson. Tiga pria berpakaian hitam-hitam sudah mengepung Violet dari belakang. Dia berdecak, menenteng senapan besarnya ke punggung. Dan sebelum orang-orang itu mulai menembak, Violet mengeluarkan bom asap kemudian melompat dari gedung tinggi.
Lupin melongo. "Dasar gila! Dia mau mati?!"
Watson diam saja. Alasan penungguannya brilian sekali. Sherlock pemurung itu tahu Aleena akan datang. Dia menyambar tubuh Violet, lantas melompat anggun ke tempat dua teman cowoknya. Aleena segera melepaskan kabel di tangannya, mundur dari jarak pandang musuh.
"Kamu muncul dari mana?!" kaget Lupin terpana akan aksi kekasihnya.
Aleena tersenyum geli, mencubit gemas pipi pacarnya itu. "Masih banyak yang harus kamu pelajari, Lupin-ku. Selalu siapkan tali untuk kabur."
![](https://img.wattpad.com/cover/304556328-288-k908502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misterio / SuspensoBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...