Bandara Uranyon, Moufrobi.
Bruk! Seseorang pingsan di jejalanan bandara, menyita perhatian staff, turis yang baru sampai, para sopir taksi nan tersentak, serta-merta orang-orang yang hendak check-in tiket. Mereka menghampiri wanita malang itu menuruti insting kemanusiaan masing-masing dan membuat kerumunan.
"Bu, apa kamu bisa mendengarku? Seseorang, tolong panggil ambulans! Hubungi 112 cepat!"
"Astaga, apa yang terjadi dengannya?"
"Pak, dia tidak bernapas!"
"Minggirlah! Aku akan melakukan CPR!"
Di antara kerumunan yang panik, menyelip seorang remaja yang terbawa arus keramaian. Dia terdorong ke depan, menatap bingung apa yang sedang terjadi. Ada wanita pingsan?
"Apa yang dia lakukan? Itu bukan Heartstroke. CPR takkan membantu."
[Note. Heartstroke, kondisi yang disebabkan karena tubuh terlalu panas.]
Mendengar celetukan tersebut, Pria CPR menghentikan tangannya memompa dada si wanita, menoleh ke huru-hara. "Siapa yang barusan berbicara?"
Adalah remaja itu. Dia berdiri dengan wajah murung, menatap datar.
"Apa yang kamu katakan, Nak?"
"Menyingkirlah," katanya pendek, beralih memeriksa denyut nadi dan bagian leher wanita tersebut. "Dia tak bernapas."
"Apa kamu tahu sesuatu? Tolong selamatkan dia!"
Remaja itu menoleh ke sekeliling. Ini bandara. Tidak ada alkohol yang bisa dijadikan disinfektan darurat.
"Saya butuh gunting, selang, air minum, botol, korek api, dan benda tajam seperti bolpoin, pisau, atau jarum. Apa ada yang punya?"
"Ah, saya punya."
"Aku akan mencarikannya!"
Tiga menit kemudian, alat-alat yang dia minta terkumpul. Remaja itu memposisikan tubuh si wanita ke arahnya, yaitu samping. Dia menyingkap baju beliau lalu menekan-nekan area pinggang, bergumam, "Berapa lama lagi ambulans datang?"
"Entahlah, kami takkan yakin."
Dia mengangguk, menyiram bolpoin dengan air putih kemudian membakar ujungnya menggunakan geretan. Tanpa basa-basi dia membuat sayatan sepanjang lima senti dan menggunakan gunting sebagai penahan luka yang terbuka. Remaja itu memasukkan selang ke dalam luka. Darah mengalir lantas dia tampung menggunakan botol. Ajaib, wanita tersebut bernapas.
"Astaga! Wanita itu kembali bernapas!"
"Anak itu menyelamatkannya!"
"Siapa kamu sebenarnya, Nak? Apa kamu mahasiswa kedokteran?"
Dia diam sejenak sebelum menjawab dengan gelengan. "Saya hanya siswa yang menyukai Holmes."
Ambulans yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dua paramedis bergegas turun sambil mendorong stretcher, memindahkan tubuh wanita itu ke atas tandu dengan hati-hati.
"Ada yang tahu apa yang terjadi pada nyonya ini? Apa keluhannya?"
Si remaja mengangkat tangan. "Saya rasa dia mengalami Hemothorax, jadi saya menggunakan selang untuk mengurangi tekanan paru-paru. Arterinya kemungkinan berdarah, jangan lupa obati itu. Kalau begitu permisi."
[Note: Hemothorax, kondisi ketika ada akumulasi atau penumpukan darah di bagian lubang pleura.]
"Tunggu sebentar, Nak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Mistério / SuspenseBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...