Aduh, masalah ini jadi rumit. Harusnya Watson hati-hati dalam menyuruh Martin, lupa pamannya takkan masuk kerja seminggu. Yang berarti dia akan selalu berada di rumah.
"K-kenapa... KENAPA CECUNGUK INI ADA DI SINI?!" gerung Beaufort kedapatan melihat Martin dan gengnya menyelinap di halaman. Beliau pun mencengkeram lehernya. "Bedebah sialan! Apa kamu ingin menculik keponakanku lagi?! Sayang sekali, kamu tidak beruntung karena kamu akan mati hari ini olehku!"
"Tenanglah dulu, Paman! Semuanya hanya kesalahpahaman!" Watson tidak punya waktu untuk menjelaskan hal ini. Dia harus pergi ke rumah Aiden secepatnya. Tapi, dia tak bisa membiarkan Beaufort menjegal Martin.
Castolhilang? Apa yang terjadi? Bukankah Aiden sudah menempatkan banyak pengawal di vila tempat tinggalnya? Ditambah posisi Martin yang ketahuan. Belum lagi keberadaan Sanoo. Semuanya terjadi secara bersamaan.
"Salah paham, huh? Orang ini melukai sepupu dan tantemu. Aku tak percaya kamu malah membelanya." Beaufort siap-siap melapor.
"Dengarkan aku, Paman! Mereka ini dikejar oleh kelompok misterius. Nyawa mereka sedang dipertaruhkan. Aku ingin Paman bekerja sama dengan Martin. Biarkan mereka sembunyi di kamarku (maksudnya bilik rahasia), setidaknya sampai aku kembali. Aku punya urusan penting. Mendesak, tak bisa ditunda. Aku harus pergi!"
"Hei! Kamu pikir kamu mau ke mana?! Tunggu, Watson! Aku butuh penjelasanmu!"
Percuma, detektif muram itu tak menggubris seruannya. Dia buru-buru memanggil taksi dan melesat pergi menuju kediaman Eldwers.
Beaufort dan Martin saling tatap.
Bugh! Satu pukulan mendarat.
"Itu untuk istriku dan sudah membuatku pingsan," kata Beaufort mendengus masam.
"P-padahal bukan aku yang melakukannya..."
"Maafkan kami, Bos Martin!"
-
Sesampainya, Watson langsung turun dan berlari ke dalam perkarangan. Butuh sepuluh menit untuk melewati halaman yang luasnya bikin dia ingin mengabsen kebun binatang.
Aiden, Hellen, Jeremy, dan Kapela sudah ada di sana. Menunggu kedatangannya sejak tadi.
Tunggu, Kapela? Sedang apa dia di sini?
Watson pelan-pelan beringsut ke sebelah gadis itu, menyikut lengannya. "Kamu, ngapain kamu kemari? Kemarin-kemarin kamu tak masuk sekolah, sok sibuk. Kamu itu bukan member klub, jadi tak usah pencitraan deh."
"Siapa bilang bukan? Kak Aiden dan Kak Hellen menyetujui formulir pendaftaranku."
"Aku ketuanya. Aku bisa mengubah aturan."
"Jangan dingin, Kak. Kamu akan menyesal jika mengusirku sekarang. Aku punya informasi spesial lho. Karena ini super penting, aku harus mengatakannya secara binokular denganmu."
"Kalau begitu katakan sekarang. Ingatanku masih segar seolah baru terjadi kemarin, kamu mengacaukan TKP membuat Inspektur Tuttle dan Ayahku kerepotan. Membiarkanmu ada di sini hanya mengganggu investigasi kami!"
Hah? Kenapa mereka bisik-bisik begitu? Sekiranya begitulah maksud ekspresi Aiden.
"Cih! Baiklah kalau itu maumu." Kapela menyerahkan sebuah pin. "Kamu pikir aku bolos buat main-main? Aku melakukan penyelidikan tunggal tahu dan menemukan benda itu."
"Ini... Lencana ASHYA. Di mana kamu—"
"Itulah yang kucari tahu. Aku tidak sengaja menemukannya di tempat yang tidak masuk akal." Kapela melambaikan tangan, tersenyum pada Aiden dan yang lain. "Aku pamit dulu ya, Kak! Sepertinya Kak Watson tak suka aku ada di sini. Semangat pecahin kasusnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Mystère / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...