PRANK—!
Figur King jatuh dari tangan Jeremy, pecah begitu mencium permukaan. Ponsel King jatuh ke bak wastafel, berpegangan dengan dinding. Aiden terduduk lemas. Tulang lututnya meleyot. Ini peristiwa teraneh semenjak mereka naik kelas dua.
Kenapa... Tidak, lebih tepatnya bagaimana. Pasti ada yang salah. Tidak mungkin, kan? Mustahil cowok bisa secantik itu. Ada yang tidak benar.
"S-Saho, ini baru hari pertama. Lawakanmu bikin mental kami breakdown."
"A-aku buat salah, ya? Maaf! Maaf! Aku tidak bermaksud menyinggung siapa pun!" Saho merunduk-mengangkat badan berulang kali. Sarat akan penyesalan.
"Tunggu, kamu betulan cowok?"
Saho mengerjap. "Eh? Iya, aku laki-laki."
"Omong kosong!" sergah Jeremy kesal, di luar kesadaran menginjak pecahan figur King, berdiri di depan Saho. "Kamu jangan mengada-ada. Kamu mau poinmu dikurangi di hari pertamamu?"
Saho berkaca-kaca. "T-tapi aku betulan..."
"Hanya ada satu cara untuk mengakhiri keambiguan ini." Aiden turut andil, kasihan melihat Jeremy menyudutkan member baru. Dia menepuk pundak King. "Periksa dia, Raja."
"Baik, Buk Aiden!" King hormat, seperkian detik menoleh bingung. "Tunggu, apa? Apanya yang mau diperiksa?" King merasa ada sesuatu tak beres dari kalimat Aiden.
"Periksa kalau dia cowok sungguhan. Aku takkan mengintip." Aiden berbalik. Tiada lelaki menarik baginya selain Watson.
Deg! Jeremy menoleh kaget. Figur King semakin hancur karena dia bolak-balik menginjaknya. "A-apa katamu barusan?"
"Tidak ada pengulangan. Capek ngomong."
Saho menunduk murung. "A-aku benar-benar seorang cowok. Ini bukan kali pertamanya aku disangka cewek."
Aiden dan King bersitatap (sok) simpati. Keduanya menghela napas. King memasang sarung tangan karet, menatap serius. "Baiklah. Mari kita buktikan perkataanmu agar kesalahpahaman ini selesai."
Saho tersentak. "E-eh? Kamu mau melakukan apa?" gagapnya perlahan mundur dari King yang menyeringai seperti pedofil.
"Oh ayolah! Kamu berhasil membuka kata sandinya, itu berarti kamu pintar. Kamu jelas paham apa yang hendak kulakukan."
"T-tapi harus sekarang? Di sini...?"
"Tidak. Di kandang semut. Ya di sini lah!"
King tidak mendengarkan keluhan Saho. Dengan bantuan Jeremy yang menyergap Saho dari belakang, pembuktian pun dilaksanakan.
~Sedang memeriksa~
"King, tangkap aku ya. Mau pingsan."
Jeremy menjatuhkan tubuhnya begitu saja tanpa menunggu jawaban, namun King malah menghindar membuat cowok berkacamata itu membentur keras permukaan lantai.
"Kenapa tidak ditangkap?!"
"Tanganku bersih soalnya."
"Sebentar, kamu mau bilang aku ini kotor?"
"Aha! Kamu yang menyebutnya sendiri. Baguslah, aku bisa hemat air ludah."
Mereka berdua bertengkar.
Aiden mengembuskan napas panjang, lamat-lamat memperhatikan Saho yang berdiri gelagapan di depan pergelutan Jeremy dan King.
Apakah ini sudah benar? Apakah menerima Saho bisa menutupi kekurangan pada klub? Sakit kepala deh Aiden. Kenapa karakter orang-orang pintar cenderung aneh sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misteri / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...