Mjol Annekke sangat senang ketika klub detektif berubah pikiran dan membantunya. Dengan begini kakeknya takkan ribut minta tolong ke tetangga lagi. Sudah banyak keluhan mendatangi Mjol soal masalah loteng rumah kakeknya itu. Mereka minta ampun menanggapi omelan Windoa.
"King, sedang apa kamu?" Aiden bertanya.
"Kita pergi ke sana naik apa?" Secara, klub detektif tidak lagi tiga orang. Mereka butuh kendaraan pribadi. Ide ini sebenarnya sudah muncul jauh-jauh hari, namun terus kelupaan.
Gadis Penata Rambut itu merogoh ponselnya. "Seperti biasa. Kita pergi pakai mobilku." [Aiden Eldwers, putri bungsu dari keluarga terkenal Eldwers Group.]
"Orangtuaku lembur hari ini, jadi Ama yang akan menjemputku. Kita bisa menumpang dengannya." [Jeremy Bari, anak angkat dari keluarga diplomat.]
"Kita nebeng sama Ayahku saja. Dia free sore ini." [King Krakal, putra kepala sekolah Madoka yang merupakan mantan menteri.]
Saho dan Gari gemetaran. Perbedaan hierarki yang sangat jauh. Mereka bertiga berada di kasta tertinggi.
Dengar-dengar, Hellen Stern adalah anak dari pemilik rumah sakit terbesar di Moufrobi. Belum lagi Ibunya punya bisnis sendiri: pemilik restoran termasyhur, serta anggota LFN (lembaga forensik nasional) yang tak bisa diremehkan prestasinya.
Hiy! Sejarah keluarga macam apa ini?!
"Kak Saho, bagaimana dengan Ketua? A-apa yang kamu tahu tentang Kak Watson?"
"Kata Aiden, Tantenya seorang paramedis dan Pamannya adalah CEO hotel khusus para politikus berkumpul. Tapi itu hanya pekerjaan sementara mereka di sini."
"K-kalau Kak Saho sendiri bagaimana?"
"Aku tak sehebat mereka..."
"Hei, kalian berdua!" Saho dan Gari terkesiap mendengar seruan Jeremy. "Kenapa kalian diam saja di sana? Ayo cepat masuk."
"B-baik!" Keduanya menyahut.
Lokasi tujuan tidak jauh, hanya melewati Hutan Mausav. Aiden tersenyum saat mobil yang mereka naiki melewati hutan itu, mengintip lewat jendela. Ingatannya berputar seolah baru terjadi kemarin.
"Apa di sini terjadi sesuatu?" celetuk King menangkap mimik ekspresi Aiden.
"Kasus Tiga Siswi Berkacamata. Di sinilah TKP-nya. Yah, pada akhirnya kami berhasil menolong teman sekelas kami dan terlempar oleh ledakan bom di Stadion Terminus." Jeremy yang menjawab. Selain Aiden, dari tadi cowok itu juga kepikiran.
"Terdengar tidak menyenangkan..."
"Sama sekali tidak!" seloroh Aiden ngegas. "Jeremy terluka parah. Dia dibalut perban selama dua minggu. Cosplay jadi mumi. Badanku patah-patah. Hellen pun sama kritisnya. Apalagi Dan, betisnya terkoyak karena pecahan lampu. Membayangkan itu kembali membuatku merinding."
"Kalau begitu bisa hentikan?! Rasanya aku ingin mengompol mendengar ceritamu!"
"Apa ini?" Aiden tersenyum miring. "Kamu Trypophobia, ya? Hemophobia? Takut darah atau takut segala bentuk luka?"
Ini cewek kenapa suka sekali menggoda? King melempar wajah ke jendela. Tidak menjawab. Dia hanya merasa ngeri.
Sepuluh menit berlalu, mereka sampai di tempat tujuan. Matahari sudah tumbang di ufuk Barat. Mereka terlalu lama berdebat dibanding di perjalanan.
"Aku pulang! Tebak siapa yang datang, Kek. Klub detektif Madoka! Mereka akan mengatasi masalah loteng-loteng Kakek." Mjol berseru semangat memanggil Windoa yang mungkin masih sibuk di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Misterio / SuspensoBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...