"Inspektur! Bergegas ke Sungai Pryfay! Anda harus pergi sekarang juga! BE akan membunuh Sanoo dan meletakkan jasadnya di sana!"
Tanpa mendengar balasan dari Angra, detektif muram itu mematikan ponselnya. Mereka nekat berdiri di jalan untuk menghentikan taksi, bergegas masuk ke dalam mobil.
Sial! Sial! Ini keliru! Watson sudah bertindak gegabah! Seharusnya dia memikirkan lebih detail tentang keempat korban itu! Tapi dia malah sudah sibuk dengan hal lain sampai melupakan petunjuk terpenting dari kasus ini.
Jika BE membunuh ketika ada kematian alami pada salah satu anggota keluarga korban, maka tidak salah lagi! Alasan dia menargetkan Sanoo adalah karena ibu Sanoo yang hamil tua. Beliau bisa melahirkan kapan saja. Bedebah...!
BE pasti telah memperhitungkan semua ini dengan cermat. BE menyekap Notei yang asli lalu menyamar menjadinya demi menghitung mundur kapan ketuban ibu Notei pecah.
Pantas saja ada cermin baru di pondok dermaga. Dia akan menggunakan tempat itu untuk peti Sano bersama hewannya!
Harus Watson akui BE sangat pintar bisa mempersempit perkiraan waktu kelahiran beliau. Tak ada yang bisa menebak kapan seseorang akan lahiran, apalagi teruntuk ibu-ibu hamil tua. Tapi, BE menebaknya dengan akurat. Apa si BE memang sepintar dan sejeli itu? Dia sudah seperti cenayang saja.
"Jam kayak cenayang deh!"
Watson melongo. Mengerjap beberapa kali.
"Kamu sedang apa sih, Hellen?" Bisik-bisik Aiden dan Jeremy merebut atensi Watson. Selagi dia heboh berargumen di benaknya, di samping, teman-temannya juga sedang sibuk searching.
"Aku memeriksa kasus Ruatari sekali lagi. Aku merasa ada yang aneh pada catatannya."
Huh? Watson mengernyit. Mereka kan punya masalah mendesak sekarang: Sanoo akan tewas. Kenapa Hellen malah membahas itu...
"Ah! Kamu rupanya kepikiran soal inisialnya yang berbeda!" Watson keduluan oleh Aiden.
Memang benar ada yang ganjil dari kasus itu. Maksud Watson, tidak mungkin BE menyimpang dari rencana aksinya. Kenapa dia membunuh hewan yang berbeda dari petunjuk yang dia tinggalkan? BE bukan penjahat teledor.
Trenggiling. Trenggiling...Trenggiling?
Apa itu benar-benar trenggiling?
Watson mengambil berkas yang Hellen pegang, memeriksanya lebih teliti. Terutama gambar sisik yang ada di TKP. Tersentak. "Tunggu dulu, ini bukanlah trenggiling! Ini armadillo! Kedua hewan itu cenderung mirip bentukannya. Oleh karena itu, banyak yang salah mengira jika tidak memperhatikan mereka dengan baik."
"K-kalau begitu inisialnya... Huruf A?"
Taksi mendadak berhenti.
"Ada apa, Pak? Kenapa berhenti? Kita masih belum sampai ke Pryfay!" protes Jeremy.
Jangan bilang ban kempes atau semacam itu. Biasanya di film-film, saat tokoh utama di kondisi genting kayak begini, pasti ada saja rintangan yang menghadangnya. Biasalah klise.
"Ada kecelakaan truk di depan sana!"
Watson buru-buru menurunkan kaca jendela, melongok ke luar. Si sopir tidak berbohong atau salah lihat. Benar-benar ada kecelakaan di ujung jembatan. Sebuah truk yang terbalik.
Sebentar. Kecelakaan di saat-saat begini? Setengah insting Watson berkata bahwa ini telah disiapkan atau direncanakan oleh BE.
Terdengar suara sirine polisi. Apakah itu Angra dan timnya? Mereka sudah bergerak!
"Eh, Dan, mau ke mana?" seru Aiden penasaran mengapa Watson membuka pintu mobil dan melompat turun. Tujuan mereka masih jauh.
"Kita tak bisa berdiam dan tersendat di sini! BE merencanakan kecelakaan untuk jaga-jaga agar kita terlambat datang. Kita jalan kaki!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Detective Moufrobi : Animals Crisis
Mistero / ThrillerBUKU KEDUA dari 'Kisah Watson' {WARNING: It is advisable to read the first book!} Watson pulang ke kota asalnya, New York. Hal itu meninggalkan jejak kentara bahwa Klub Detektif Madoka kekurangan orang. Tapi tidak mengapa, tak ada kejadian serius ya...