File 1.8.3 - People in Black Suits

512 157 38
                                    

Singkat cerita, Martin (nama bos) menjelaskan bahwa dia dan grupnya dikejar oleh kelompok pria berjas hitam yang misterius. Mereka berasal dari New York, hidup damai membuka kabaret yang legal. Meski bertampang preman, sebenarnya hati mereka hello kitty & barbie.

Lalu suatu hari, tiba-tiba satu per satu anggotanya menghilang dan tewas. Hal ini membuat Martin dkk khawatir, kemudian hendak meminta bantuan polisi. Di saat itulah, kelompok pria berjas hitam itu mengejar. Martin pun menginstruksikan bahwa mereka harus berpencar sementara waktu dan mulai menyusun rencana untuk ke depannya.

Secara dramatis, salah satu anggotanya memyetahui reputasi dan keberadaan Watson di Moufrobi. Martin terpaksa membawa rekan-rekannya berlayar secara ilegal agar selamat dari kejaran. Dalam perjalanan bertahan hidup itu, Gona yang berhasil menemukan kediaman Watson, tewas terbunuh.

Hadeuhh. Watson memijat kepala pusing. Siapa lagi kelompok orang berjas hitam itu? Memangnya Black Organization dari C0nan?

"Kalian kan bisa minta tolong ke polisi. Kenapa harus kemari, kenapa harus aku?"

"Percayalah, Watson Dan! Awalnya kami juga berniat melapor pada polisi. Tapi mereka, seakan bisa membaca pikiran kami. Mereka selalu menangkap basah anggotaku tiap mengendap ke kantor polisi yang ada di NY."

Itu aneh. Apa mereka punya orang dalam di kepolisian pusat? Seseorang yang sukarela memberitahu posisi teman-temannya Martin... Tidak, tunggu! Kenapa pula Watson kepikiran?!

"Tolong bantulah kami, Watson Dan. Bisnis kami sudah mereka hancurkan. Finansial kami anjlok. Kami harus segera mencari pekerjaan lagi. Tapi... kami merasa tidak aman. Walau kami pandai berkelahi, tingkatan mereka berada jauh di atas kami. Mereka gangster."

"Tidak mau. Kenapa aku harus menolong kalian? Aku hanya anak-anak, Tuan. Minta bantuan orang dewasa." Apalagi Watson habis menyelesaikan kasus Qenea. Astaga, betapa lelah otaknya. Detektif muram mau rehat.

Rasanya Watson ingin mengutuk isi pikirannya barusan. Dia menguap. Sial, ngantuk! Masa dia tidur di tempat seperti ini? Dikelilingi orang-orang bongsor berwajah buas? Ngaco!

"Kami akan memberikan apa pun yang kamu mau! Ah, benar juga. Bawakan itu kemari."

Aroma wangi menyelusup ke hidung Watson. Dia menoleh ke mangkok yang dibawa oleh salah satu kamerad Martin. Asap mengepul. Tampaknya baru habis diangkat dari kompor.

"Kamu pasti lapar. Maaf, hanya ini yang bisa kami suguhkan." Martin menyodorkan semangkok mapo tofu pedas berkuah kental.

"Baiklah..." Watson menyapu air liurnya. "Aku akan membantu kalian. Sepertinya menarik."

-

Esok hari, di ruang klub.

"Nama korban adalah Gonaxre Vamatar, 37 tahun. Riwayat kesehatan, bersih. Riwayat kejahatan, bersih. Gona adalah penduduk New York yang datang ke Moufrobi dengan kapal penyelundup. Kelihatannya korban kenal dengan Watson karena tahu kamar rahasianya."

Penyebab kematian adalah peluru bersarang di jantung. Dinilai dari TKP, ada kemungkinan Gona sudah ditembak sebelum dia masuk ke bilik rahasia Watson, alias dikejar pelaku.

Tapi, pertanyaannya adalah kenapa harus di rumah Watson terlebih di tempat itu? Apa benar korban mengenali Watson? Mungkin lah ya. Mengingat Gona berasal dari New York.

"Siapa pun dia, kita harus tahu latar belakang kematiannya untuk menyelamatkan Dan..."

"Itu tidak perlu. Aku tidak kenal dia."

Ng? Suara ini... terdengar tak asing. Mereka menoleh serempak ke pintu, melotot. Watson datang tanpa lecet di bagian mana pun.

"WATSON/DAN? K-KOK KAMU ADA DI SINI? KAMU BERHASIL LEPAS DARI PENCULIKNYA? SUDAH KAMI DUGA! KAMU BISA BEBAS!" seru mereka menyerbu Watson dengan pertanyaan.

Pasalnya, siapa yang tidak kaget Watson yang diculik, muncul secara sehat walafiat. Selain itu, dia terlihat habis keramas. Mandi.

Saho melirik Watson yang baik-baik saja, tersenyum. Syukurlah dia tidak kenapa-napa.

Sherlock Pemurung itu mulai menjelaskan.

Jadi begini, Watson sepakat akan membantu Martin dan mereka harus mendukung dari kejauhan. Baiknya, Martin memberikan Watson sepasang baju baru dan mengizinkannya memakai kamar mandi. Dia berpikir Watson pasti belum sempat membersihkan diri.

"Jadi penculikmu orang baik, justru mau minta tolong." Aiden manggut-manggut setelah Watson menceritakan semuanya. "Kelompok pria misterius memakai setelan jas hitam... Gangster... Apa kamu memiliki dugaan, Dan?" Ngomong-ngomong model rambutnya hari ini kuncir dua tinggi dengan pita bunny garis-garis berwarna hijau-putih.

Entahlah. Untuk saat ini kelabu. Watson tidak paham motif orang-orang berjas hitam itu menargetkan anggota Martin. Kenapa? Sampai mengejar Gona ke rumahnya. Ada yang aneh.

"Apa kata Forensik?" tanyanya.

"Kami sedang menunggunya... Oh!" Hellen tersenyum saat ponselnya berdering. "Hai, Ma. Bagaimana? Apa Mama dapat sesuatu?"

[Sebaiknya kalian datang kemari dan memeriksanya sendiri. Sulit dijelaskan.]

-

Cynthia mengerjap melihat Watson. "Loh, bukannya kata Hellen kamu diculik? Kenapa kamu ada di sini? Kamu berhasil lolos?"

"Long story, Tante. Katakan saja hasilnya."

"Baiklah. Kami telah membedel tubuh korban. Tidak ada yang ganjil sebelum kami menemukan remukan kertas tersangkut di tenggorokannya. Kami menyimpulkan, korban sudah siap mati kemudian menelan kertas tersebut untuk membantu investigasi kita. Pesan kematian."

"Apa isinya?" Watson mengepalkan tangan.

Cynthia menjawab dengan menyerahkan kertas yang dimaksud. Klub detektif Madoka merapat satu sama lain, membaca tulisan di kertas. Pesan kematiannya ternyata berupa alamat.

Prospect Park, Brooklyn.

Mereka mengangkat kepala, saling tatap tak konek. Prospect Park? Itu kan salah satu lanskap yang ada di New Yok. Ada apa di sana?

Masih dalam keheningan sama, sebelum mereka terkejut melihat Watson mendadak terkesiap. Astaga! Dia menepuk dahi. Dasar pikun, bagaimana bisa dia lupa? Bodohnya Watson!

"K-kenapa, Dan? Teringat sesuatu?"

"Taman itu... Tempat dimana aku bertemu Castol. Ada di mana dia saat ini? Aku benar-benar lupa tentangnya, saksi yang kutemukan saat masih berobat di New York."

"Castol ada di vilaku, Dan. Terjamin aman."

"Ajak dia ke klub hari ini juga," kata Watson mengeluarkan ponsel, memanggil kontak Aleena, buru-buru keluar dari sana. "Kita selesai di sini. Terima kasih, Dokter Cynthia."

Hellen melambai pada ibunya sebelum menyusul langkah Watson. "Mau ke mana?"

"Stern, tugasmu seperti biasa, periksa CCTV yang ada di Prospect Park." Watson menjawab dengan perintah. Aha, panggilannya akhirnya dijawab Aleena. "Lan, aku butuh bantuan."

[Seriously, Watson? Kenapa kamu selalu menelepon saat aku mau kencan sama Lupin?]

"Ada hal yang mendesak sekarang. Ini tentang Butterfly Effect. Aku sudah menjelaskannya padamu kan kalau penjahat satu itu gila otaknya. Dia maniak membunuh hewan. "

[Lalu, kamu mau aku melakukan apa?]

Ini cuman baru dugaan Watson. Tapi tidak ada salahnya berjaga-jaga. "Pergilah ke rumahku yang di New York. Ambil memori di CCTV yang ada di sana. Aku memerlukannya."

[Sudah? Itu saja? Tidak ada tambahan, oke? Deal! Aku otw ke sana sekarang juga.] Aleena menutup telepon dengan sepihak.

Butterfly Effect... Saatnya mencari siapa kamu sebenarnya. Watson menggenggam ponselnya.









[END] Detective Moufrobi : Animals CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang