6

1.7K 60 14
                                    

AKU DAN PAK BOSS KU

Sepeninggal Bowo muridku yang menyukai aku, kumanfaatkan waktu yang sedikit untuk istirahat.

Sambil tiduran, bayangan wajah imutnya Bowo menari nari dipelupuk mataku.

"Bowo...."sebutku.

Sifat dan sikap seperti Bowo lah Aku sewaktu kelas 2 SMP dulu.
Aku takut bilang sama guru Matematikaku bahwa aku menyukai dia. Dengan keberanian penuh kuutarakan isi hatiku bahwa 'AKU SUKA SAMA BELIAU'

Gayung bersambut, aku pun diajak ke rumahnya. Persis seperti yang aku lakukan sekarang.

"Om akan bersama kamu Wo, sepanjang Om bisa" kataku yang jelas kuucapakan dan kudengar sendiri.

Karena lamunan lamunanku ke masa lalu, waktu mau bertemu dengan pak bossku hampir lupa.

"Busyet... dah jam segini aja" kataku melihat jam tanganku.

Aku bergegas ganti pakaian dan merapihkan rambutku.
Dengan memakai sendal slop, aku keluar dari kontrkaanku.

"Bang Ro, mau kemana lagi. Kita mau ke sono eh malah pergi" bang Miun didepan rumahnya.

"Nanti ya kita ngobrolnya, gue pergi dulu bentaran"

"Sibuk terus ihh bang Ro"

"Maaf kawan. Bentaran kok. Ntar kita begadang dah ya"

"iya dah bang. Hati hati ganteng"

Kulambaikan tanganku ke kawanku dan aku menuju tempat yang kujanjikan.

Kulayangkan pandanganku ke arah yang kutuju, ternyata mobil pak bossku sudah berada disana.

"Dari jam berapa dia disana, udah nangkring aja tuh mobil" bisik hatiku sambil mendekati mobilnya.

"Ehhh Hari. Ayo naik" katanya setelah menurunkan kaca mobilnya.

Akupun masuk dan duduk disebelahnya tanpa melihat ke dia.

"Tampan" katanya. Tapi tidak ku respon.

Ku senderkan tubuhku di jok yang ku duduki melihat lurus ke depan.

"Kok gak jalan jalan mobilnya pak boss" protes ku karena dia hanya melihat ke wajahku

"Senyum dikit kenapa Har. Jutek terus"
Aku nyengir kuda menunjukkan gigi rataku ke arahnya.

"Tuh udah kan" kataku. Dia malah tertawa.

Aku tersenyum dikulum sambil melihat keluar jendela mobil.
Mobilnya pun dijalankan.

"Kalau bisa jangan lama lama pak boss, saya mau istirahat. Cape seharian" pintaku.

"Bisa enggak kalau tidak sebut 'pak boss...pak boss'. Ini kan diluar kantor" katanya.

Aku sedikit heran. Apa maksudnya.

"Terus gue harus panggil apa" kuberanikan diriku mengatakan kata 'gue'. "Saya kan menghormati bapak sebagai owner dan Direktur dimana saya bekerja"

Dia menghentikan mobilnya. Dia memandang ke aku, tanganku diraihnya.

"Aku, Brava Prakoso Mulyo bukan siapa siapa diluar perusahaan, hanya manusia biasa yang menyukai Rodotua Haryadi Arginesius, jadi panggil saja 'Mas'"

Kutarik tanganku pelan. Mataku melihat wajahnya. Tatapan matanya sayu. Teduh.

"Baik pak boss. Hari akan panggil Mas. Mas Brava...Mas Prakoso....Mas Mulyo....gitukan?"

"Hari....Hari....Aku suka caramu" katanya sambil senyum dan menjalankan lagi mobilnya.

"Kita mau kemana pak"tanyaku.
Dia melihatku seakan protes.

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang