33

642 40 6
                                    

Tidak ada komunikasi dengan mas Brava. Semua telpon dan WA nya tidak ada yang kutanggapi. Apapun kata kata di WAnya tidak pernah kubaca. Aku masih berkenan untuk membiarkan WA atau telpon masuk, biasanya aku langsung blokir nomor nomor yang mengganggu.

Aku biarkan begitu, hanya memberi tahu bahwa aku masih ada.

Disamping itu, si pemilik kost gencar gencarnya memberikan service ke aku. Bukan hanya kopi dan makanan, kost ku sudah mengkilap lantainya. Aku tidak mempertanyakan bagaimana dia masuk, karena pasti menggunakan duplikat

"Harusnya bapak bertanya dulu, ini kamar kan privacy pak" begitu aku menasehatinya.
Tapi dengan maksud berbuat baik, tanpa mengusik barang barang pribadiku dia berani melakukannya.

"Mas Hari jangan pernah merasa saya akan berbuat jahat. Saya suka sama mas Hari" katanya sambil memegang tanganku dan sedikit menempelkan tubuhnya ke samping badanku.

Aku masih menolak bila dia sudah menjurus ke hal hal membuat aku fly. Banyak alasan yang kuberikan.

Untuk menghindari tindakan yang lebih jauh, diam diam aku mencari kontrakan yang memadai agar bisa membeli less untuk muridku.

****

KONTRAKAN BARU.

Belum genap 1 bulan setelah pembayaran kostku, aku sudah menemukan kontrakan 1 rumah.

Cocok untuk less ruang tamunya. Ada 2 kamar pribadi. Dengan merogoh tabunganku aku membayarnya untuk 2 tahun tanpa pikir pikir akan apa yang akan terjadi kedepannya. Yang aku pikirkan bisa untuk less, itu saja. Demi masa depan.

"Pak Nurjaya, aku minta maaf ya saya pamit tanpa memberi tahu sebelumnya. Malam ini aku akan pindah"

"Mas Hari tega banget sih gak ngomong ngomong"

"Yahhh namanya cari kontrakan susah ausah gampang ya pas dapat langsung aku ambil"

"Mas Hari....saya gimana ini." dia memilin milin jarinya.

"Gimana maksudnya pak. Ini saya dah siap siapa ini"

"Saya mau meraskan...."

"Merasakan apa?"

"Saya mau dimainin sama mas Hari" katanya memelukku. Dia seperti tidak mau rugi atas pelayanannya selama ini. Dia berusaha mencium ku, tapi kutolak dengan mendorong tubuhnya. Tapi dia menyempatkan mencium bagian tubuhku yang bisa diciumnya.

"Mas Hari...plisss mas, saya mau mencium mas" pintanya.

"Maaf pak. Aku tidak bisa. Gila juga ya pak.  Maaf ya" kataku membawa koperku dengan nafas yang tersengal akibat berusaha melepaskanya.
Sialan itu orang, geramku

Dia hanya terpana melihatku masuk ke mobil ojolku.

Didalam mobil ojol yang kunaiki, aku merasa menjadi mangsa yang siap diterkam oleh semua yang menykaiku.

Tidak akan lagi. Itu tekadku. Tidak Rudi, tidak Valdi tidak Brava. Bowo?? kok kangen ya manjanya.

"Bowo, kamu sedang apa malam malam begini. Kamu dimana" hatiku berbicara.

"Ah tidak tidak, ngapain mikirin Bowo" kata hatiku lagi.

Baru saja tiba ditempat baruku, aku menerima WA dengan nomor yang tidak kusimpan.

"Bahagia ya tidak ada gangguan lagi dari yang mencintai Anda" bunyi WA.

Segera kutelpon memastikan siapa dia.

"Hallo Om"

"Bowo...."

"Bowo ditempat Kost Om yang lama. Tadi Bowo ke sana. Yang punya kost bilang baru saja pindah. Bowo tidak akan menanyakan alamat Om, karena Bowo tau tidak akan Om kasih."

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang