49

1.1K 45 18
                                    

Lupa mengganti nomor sim ku, WA dari pak Brava, bang Valdi masuk, tapi tidak kubalas.
Buru buru aku ganti nomorku. Dan aplikasi WA ku hapus.

Saat menikmati segelas kopi yang kubuat, Brandon datang.

"Mas, bisa gak besok datangnya masih cape ini"

"Kan gak ganggu Har. Kamu istirahat, saya diam aja"

"Iyaaa...enggak bisalah. Besok besok ya mas" kataku berdiri dihadapannya dibatasi gerbang.

"Busyettt dah, dia becokol" kataku didengar Brandon.
Brandon menoleh ke Pak Brava.

"Siapa Har"? tanyanya.

"Yang pernah saya ceritain" jawabku.

"Heeiii....ada tamu rupanya"pak Brava

"Maaf pak. Saya mau istirahat. Oh iya kenalkan Brandon. Teman aku, Brandon pak Brava mantan saya" kataku memperkenalkan mereka. "Oh, Bran, ajak Pak Brava aja ngobrol ya, aku mau masuk" kataku.

"Hari...Hari...sekarang kamu sombong banget ya" pak Brava.
Seketika aku langsung tensi.

"Udah tau sombong, masih aja datang kemari. Sebelum berkata sombong, harusnya bapak itu ngaca. Noh spion mobil mewahmu, ngaca disana" kata ku berbalik badan.

"Hari....Hariyadi...." panggilnya.
Tidak kugubris lagi. Semoga Brandon dan Pak Brava saling dekat, harapku. Namanya Gay pastilah Pak Brava suka sama penampilan Brandon yang duplikatnya Om Rudi.

Akupun ke dapur menggoreng ikan teri untuk makan malamku.

Saat makan, pikiranku tertuju ke Bowo. Sedang apa itu anak sekarang. Entah kenapa, rasa rinduku ke Bowo seperti tidak biasa. Aku merasa ada yang kurang didiriku. Kuhentikan makanku yang memang tidak enak karena kering semua, nasi dan teri goreng.

Santai duduk di bekas bangku lessku, kupandangi board yang tertempel di dinding. Aku berjanji dalam hati. Aku akan tetap mengajar, lihat cara kerja di perusahaan baruku. Aku akan atur sedemikian rupa agar kesibukanku padat. Aku tidak mau sex sexan.

Jam tanganku menunjukkan pkl 22.40 ketika gerbang ada yang menggedor. Aku masih duduk duduk karena biasa aku tidur larut malam. Aku melangkah keluar. Aku tidak tau bahagia atau tidak, bercampur aduk karena yang kubayangkan telah ada di balik pintu gerbang.

"Om..."panggilnya. Aku berhenti. Tertegun.
"Ooomm....Bowo kangen." katanya.
Karena aku juga rindu, kubukakan pintu untuknya.

"Masuk Wo"

Didalam rumah, aku dipeluknya. Dia menangis. Aku terdiam tidak membalas pelukannya.

"Oom, Bowo tidak berharap apa apa dari Om. Tidak juga balasan maafku. Karena sudah berkali kali mengecewakan Om"

"Om hanya kecewa atas kebohonganmu yang bilang mau liburan bersama orang tuamu. 'Om, Bowo sudah di Bandara' ingat kan kata kata itu. Doa yang tulus Om panjatkan agar kalian sekeluarga selamat. Tapi Om kecewa lihat kamu bersama kekasih lamamu, Wo"

"Om, Bowo sudah berdosa. Bowo tidak akan mencari alasan lagi"

"Om sudah pernah bilang, kamu sama siapapun, Om akan terima. Artinya apa Wo? Om sayang sama kamu. Bahkan....."

"Om maafin Bowo" tangisnya. Tapi kali ini aku tidak mengusap air matanya seperti yang biasa aku lakukan kalau dia menangis.

Aku merarik tangannya untuk duduk.

"Wo, mulai lusa Om sudah kerja. Tidak ada lagi less. Sudah Om beritahu semua orang tua anak anak, termasuk orang tuamu"

"Om, Bowo gimana?"

"Kamu aku bebaskan, Wo. Silahkan less dengan orang lain, termasuk mengikuti siapapun orang yang kamu suka. Jangan mengharapkan Om lagi. Mulai saat ini, kamu bebas. Dan Om mohon dengan sangat, jangan pernah datang datang lagi ya Wo."

"Ooomm...." dia bangkit dari duduknya dan merangkulku.

"Ssssttt....sekarang kamu boleh pulang. Om mau tidur. Kepala Om serasa pusing"

"Semua ini gara gara Bowo. Bowo yang salah"

"Tidak ada yang salah Wo. Keadaan yang membuat Om harus mengambil keputusan. Sekarang, pulang ya. Doa Om, semoga kamu menemukan yang terbaik. Belajar yang rajin, pertahankan prestasimu. Terimakasih kamu sudah menjadi inspirasi Om selama kita berhubungan" kataku menuntun punggungnya untuk keluar.

Bowo memeluk pinggangku untuk keluar.

"Bye Wo" kataku. Dia masih menyeka air matanya dan menaiki motornya.

****

Mulai Bekerja.

Pagi yang penuh bahagia untuk hidupku, dimana aku mulai kerja. Penampilan terbaik biar kesan pertama melekat dihati pemirsa hahah....
Biar jangan terlambat, maka aku berangkat lebih awal.

Biar agak lebih mahal ongkos yang akan aku kelurarkan, aku hari ini naik Ojek Online. Selanjutnya tergantung keuangan.

Setelah mengucapakan doa, aku pun melangkah.

Tapi apa lacur, baru saja membungkuk hendak mengunci pagar, si Brandon sudah berada dibelakangku dalam mobilnya.

"Hari, mau kemana" tanyanya.

"Mau Gawe. Hari pertama kerja"

"Kamu sudah kerja? Dimana"tanya Bran
Aku tidak memberi tahu alamatku tapi hanya menyebut kerjanya.

"Kok gak bilang bilang"

"Gak harus pengumuman kali Bran"

"Dimana kerjanya sih. Susah amat  kasih alamatnya. Saya gak bakal gangguin kamu Har"

"Maaf Bran, saya jalan dulu."kataku hendak melangkah sambil memasukkan anak kunci gerbang ke dalam tasku. Ketika melihat ke depan, si ganteng Rudi sudah berdiri di pintu mobilnya dengan melipat tangannya melihat ke kami.

"Hari...cepetan mana sih naik mobil atau naik busway"protes Bran

"Tuh tumpangan saya" kataku menunjuk ojek pesananku. Aku menuju ke Ojek ku.

Ketika melewati Om Rudi, aku tidak menyapanya dan tidak melihat ke arahnya. Cukup sudah masa lalu, songsong masa depan.

Aku yang pernah tersakiti, kini melupkannya. Kesendirian sementara waktu, kujadikan sebagai reflexy untuk masa depanku.

TAMAT

[••••]




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang