20

869 39 14
                                    

SE MINGGU KEMUDIAN

Setelah retaknya hubunganku dengan pak Boss karena aku tidak memenuhi undangannya untuk datang, maka pak boss tidak pernah lagi datang ke ruanganku.

Aku tidak pernah berfikir bahwa pak boss berbuat begitu. Justru sebenarnya aku semakin tenang, karena tidak ada lagi yang mengganggku.

Ketika pintu rungan kantor kubuka dua orang yang aku kenal sudah ada disana duduk sambil ngopi.

"Pagi mas Hari" sapa pak Mainfred

"Ehhhh pak Main. Pagi pak. Ada angin apa ini pak kok pagi pagi sudah disini" tanyaku" Mau ketemu sama pak boss atau tadi bareng?"

"Tadi bareng"

"Loh kenapa gak  masuk aja pak"

"Saya mau ngomong sama mas Hari"

"Ngo..mong ama saya?" aku sedikit terjkejut.

"Maaf mas. Ini kantor. Kalau urusan pribadi aku gak gak bisa disini" Kulihat jam tanganku."Kalau mau, kita diluar masih ada waktu setengah jam" kataku.

"Boleh mas Hari, kita bicara di luar" sambutnya.

"Baik mas. Saya taruh tas sebentar lalu kita keluar" aku menuju ruanganku, kutaruh tasku dan aku keluar lagi.

"Ayo pak Fred, kita bicara di luar, berdua" kataku sambil melihat Sambas.

"Iya mas" katanya berdiri dari duduknya.

Di warkop aku memesan kopi untuk kami.

"Minum mas" tawarku. Setelah kuseruput kopiku, aku minta dia bicara.

Pak Mainfred bilang, aku ditunggu sampai pukul 11 malam. Pak bossku sudah bulat hati ingin menjadikan aku kekasihnya. Tapi pak bossku kecewa hingga dia mabuk dengan minumannya. Sebenarnya setelah kejadian waktu terakhir aku memutuskan tidak mau jadi kacungnya, pak bossku sudah jarang minum minum.

"Maaf pak Mainfred, saya hargai semua usaha bapak untuk mempertemukan aku kembali dengan pak bossku. Tapi aku sudah tidak bisa pak, Sambas lah yang cocok untuknya. Buktinya, kemana pak Rava pergi Sambas selalu ada. Seperti sekarang pak. Itu yang menjadi pertimbangan ku untuk bisa menerima oak Rava baik secara emosi atau sebagai teman. Sampaikan saja salamku untuk beliau. Rasa hormatku sebagai bawahannya akan tetap aku junjung tinggi"

"Baik kalau begitu mas Hari. Nanti akan saya sampaikan"

"Terima kasih pak sudah berkunjung. Oh ya pak, Saya masih menerima pak Rava diruanganku sebagai atasan dan bawahan, bahkan sebagai teman, bilang jangan sungkan sungkan"

"Baik mas. Anda begitu baik hati"

"Terima kasih pak"

****

Bang Valdi yang masih belum bisa menerima kuputuskan sepertinya jauh berbeda dengan pak bossku.

Kedatangannya berkali kali ke kontrakanku, tapi dengan halus kutolak, masih setia menungguku untuk tetap jadi pacarnya.

Bahkan tidak segan segan dia menangis dan berlutut dihadapanku. Tapi ku cegah untuk melakukannya, masih tetap ngotot.

Sudah kuberikan semua alasan untuk tidak menerimanya kembali, semua alasan ku diabaikan.

Bahkan sampai aku menginap di rumah teman aku selama seminggu untuk menghindari plus menghindari pak bossku tentunya. Bowo yang menjadi korban, karena dia tidak bisa menemukanku. Telpon dan WAnya selama seminggu tidak kubalas.

"Bang Valdi, jujur saya katakan, setelah kejadian kejadian aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, harus nya bang Valdi sudah tau alasanku tidak menerima bang Valdi kembali. Walaupun saya bilang bisa menerima abang dengan segala kebiasaan bang Valdi, harusnya mikirlah. Masa saya akan bahagia dan tertawa melihat aksinya abang. Yang paling utama sebenarnya, saya masih menghargai Keyla istri abang. Saya enggak sanggup melihat wanita bersahaja itu kuselingkuhi"

"Tapi dia bisa menerima saya Ro. Dia tau saya begini"

"Bangga banget sih bang karena di setujui. Penyakitan banget abang kalau begitu. Sekali lagi saya katakan, jauhi saya bang"

"Saya akan tetap datang" katanya dan memelukku hendak menciumku. Tapi seperti biasa tetap kuhindari.

****

Karena sudah seminggu tidak ada kabar beritaku, malam itu dengan kesetiaan nya menungguku, akhirnya bisa bertemu denganku.

Setelah masuk ke dalam rumah, tanpa basa basi dia merangkul dan menciumi aku. Aku hanya diam saja tidak merespon ulahnya yang kerasukan.

Dia menangis di dadaku. Dengan ragu ragu, tanganku kutumpangkan ke kepalanya dan mengelus rambutnya. Dia menengadah melihat ku.

"Maafin Bowo Om. Bowo tidak tau waktu itu, dia akan memaksaku menonton. Bowo tau om akan menjauhi Bowo." isaknya. Aku semakin erat merangkulnya.

"Bukan karena kamu Wo. Om sudah bilang, akan menerima kamu kapanpun kamu datang, walaupun kamu tetao bersama Kenz"

"Om ada masalah apa Om. Tidak punya uang bayar kontrakan?"

Aku tersenyum mendengar pertanyaan polosnya.

"Bukan sayang. Bukan itu" kucubit hidungnya."Soal kontrakan, Om mungkin akan pindah dari sini Wo" kuhela nafasku dan kucium keningnya."Om mandi dulu. Soal kontrakan nanti kita bicarakan"
kataku membuka baju ku.

Dia merangkulku.

"Seminggu Om sejak kejadian di bioskop, Bowo tidak merasakan ini." Dia menciumu kulit tubuhku. Segera aku berbalik dan menciumi bibirnya. Kutarik kaos oblongnya, dengan nafsu kuciumi tubuhnya.

"Mandi sama sama sayang" bisikku dan menggigit mesra telinganya.

"Aaaaoooo...geliiii Om. Iya, biar Bowo yang sabunin"

Kutarik tangannya ke kamar mandi. Langsung ku jikati semua tubuh mulusnya.

"Ooomm....uuhhhgg....aaaahhh..."
Lama aku menikmati tubuhnya sebelum kumasukkan kontolku ke lobang anusnya.

Dia meringis ketika kontolku menyeruak masuk. Kucium bibirnya.

"Om, peluk Bowo Om"
Aku tau dia meraskan sakit karena dia mengangkat kakinya sebelah bertumpu ke bak mandi.

"Kamu suka Wo"
Dia hanya mengangguk.

"Jangan kamu iya kan kalau kamu tidak nyaman"

"Enak kok Om...goyang aja Om"

Justru aku yang kurang nyaman karena aku harus membungkukkan badanku karena dia lebih pendek.

Tukar posisi dengan doggy style lebih nyaman.

Bowo membalas setiap sodokan kontolku dengan memundurkan pantatnya. Aku menikmati sensasinya.

"Booo  wooo....Om...dah gaak  taaahhhaaan...." nafasku memburu. Hingga pejuku keluar

"Zsah..hah..ahh...hah...ah..zsahh....wooo......." jeritku.

Dia memegang kepalaku dan mencium bibirku.

"puas gak Om" tanyanya" Seperti kemaren kemaren, puas banget" kataku.

"Selagi Bowo bisa, akan aku lakukan apapun permintaan Om. Asal jangan bikin Bowo sengsara ya Om. Seminggu bukan waktu yang singkat"

"Iya...maaf in Om sayang. Kita mandi ya" pintaku.

Dia mengangguk. Kemesraan yang ditunjukkannya dengan menyabuni badanku terhebti karnena aku menyinggung Kenz pacarnya.

"Kenapa diam Wo" kataku membalikkan bandanku. Bukan kah  dia  benar pacarmu?." Kepegang ke dua bahunya."Kamu harusnya bersyukur Wo. Dua pria hadir dalam hidupmu. Disaat kamu tidak butuh om, kamu bisa ke Kenz. Sebaliknya, di saat kamu ada masalah dengan pacarmu, kamu ke Om"

"Om jangan menilai Bowo seperti itu. Bowo tau, Om masih ragu sama Bowo. Om hanya kasihan sama Bowo. Bukan cinta. Bowo yang salah"

"Melankolis lagi. Udahlah, Om tidak mau bicara lagi tentang kalian. Selesaikan mandimu"

"Om....jangan marah"
Aku diam saja sambil mengeringkan badanku.

[••••]





SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang