AKU BERSAMA KAWANKU
Minggu setelah sarapan pagi, aku memanggil tetanggaku untuk membuat papan plang mini iklan.
"Bikin Papan Iklan Bang Ro?. Untuk apa?" begitu Bang Enen bertanya.
"Gue, mau ngajar bang. Kali aja ada mau gue ajarin" jawabku. "Tulisannya pake Spidol aja bang"
"iya bang Ro" jawabnya. Aku pun ke dapur membuatan kopi untuk kami.
"Giman bang Ro? Bagus kagak" tanya bang Enen setelah selesai.
"Bagus. Mantap itu" kataku. Aku tersenyum melihatnya.
"ℙℝ𝕀𝕍𝔸𝕋 𝕃𝔼𝕊𝕊 : 𝕄𝔸𝕋𝔼𝕄𝔸𝕋𝕀𝕂𝔸 𝔻𝔸ℕ 𝔹𝔸ℍ𝔸𝕊𝔸 𝕀ℕ𝔾𝔾ℝ𝕀𝕊 𝕌ℕ𝕋𝕌𝕂 𝕊𝕄ℙ"
Inilah papan iklan mini yang tertempel di depan kontrakanku lengkap dengan foto dan nomor WA ku.
"Bang, bang Ro kan sudah kerja di perusahaan besar, emang masih kurang penghasilannya? Kok sampai ngajar lagi sih bang Ro?" bang Enen sitetanggaku agak heran.
"Bang, ini bukan masalah uang. Ingin menyibukkan diri aja bang. Sibuk sambil memulihkan ingatan semasa waktu sekolah dan dapat uang juga. Kan lumayan dari pada gak ada kesibukan"
"Apa gak cape?"
"Soal cape mah, makan aja bisa cape. Nikmatnya ini yang kita inginkan"
"Salut eihh sama bang Rodo. Cakep, pinter ...."
"Ah....dah biasa itu dalam hidup. Tuh ambilin kopi noh...kita ngopi, panggil teman teman. Biar di iklanin"
"ok bang...ok."
Bang Enen memanggil teman teman kami, hingga depan kontrakanku makin ramai. Siang itu aku minta tolong mpo Njum masak sayur asem plus ayam goreng buat kami santap.
Saat santap siang dengan kawan kawanku, sudah ada yang tertarik dengan papan iklan kami. Dengan sedikit bincang bincang kami pun sepakat dengan harga, hari dan jam less.
"800 ribu? Gila. Emang segitu harganya bang?" bang Miun masih mulut penuh nasi bertanya.
"eeh....buktinya mau tuh. Makanya lu..lu..lu pada baek baek ama gua" kataku bercanda.
"kita kita kebagian bang Ro" lanjut Miun.
"huuuu....duit aja ijo dah lu" mpo Njum nyela.
"Iyahhh...buat sekedar ngopi mah masa gue pelit" kataku.
"Untuk bang Ro, apapun gue lakuin dah" sahut yang lain."Udah ganteng, baek hati...wihh bang Ro bang Ro. Salut gua mah"
Makan siang kami begitu nikmat dengan segala perbincangan seru diantara teman temanku.
****
"Bang Enen mau gak antar gua ke mall sebentar. Mau beli buku buku, buat bekal ngajar ntar" kataku setelah istirahat.
"Ayo bang, dengan senang hati"
"Gua aja bang, gak ada kerjaan nih" sahut bang Enen.
"Gua. Gua yang diajak, lu nyamber aja" logat betawai mereka.
"Lu napa sih, tadi pan udehan bikin papan iklan. Gantian napa" bang Miun sedikit memaksa.
"Udah udah, bertiga" sahutku.
"Laaahhh, motornya pegimana"
"Bawa masing masing. Kita jalan jalan bertiga." kataku.
Wajah mereka sumringah betul diajak pergi.
"Kalau Miun kagak ada temannya, gua ikutan dah" bang Naan memberi usul.
Miun dan Enen saling pandang lalu melihat ke aku.
Aku tertawa.
"Bang Ro malah ketawa yak"
"Iya ialah ketawa. Tibang teman ngikut aja pada diam. Ikuuutt aja biar rame" kataku membuat mereka senang.
Aku memahami mereka yang tidak pernah bepergian kalau tidak ada pentingnya. Disamping mereka tidak ada penghasilan buat belanja belanja ke Mall.
Maka sedikit ekstra kuberikan mereka buat isi dompet masing masing. Mereka terharu ketika uang lembaran ratus ribu itu diterima mereka.
Aku hanya berfikir, bahwa aku hidup sendiri . Merekalah yang akan menjagaku disaat aku susah nantinya, merekalah keluargaku di rantau ini. Soal uang bisa dicari. Mungkin dengan penghasilan less privatku, aku bisa menolong mereka. Tentu dengan syarat. Tidak mau aku memanjakan mereka tanpa kerja.
Setelah belanja buku buku, kuajak mereka kulineran makan mie ayam dan bakso.
Seru!!!. Cerocosan cerocosan bahasa betawi mereka mengingatkanku akan sinetron terkenal Si Doel Anak Sekolahan yang pernah kutonton di tv.
Aku hanya senyum senyum melihat polah mereka bertiga. Bahagia rasanya.
Kebahagiaan ku saat itu terganggu dengan hadirnya Pak Sambas.
"Wah ketemu disini. Sama teman temannya Mas Hari" tanyanya seperti meyindir melihat satu persatu temanku.
"Iya pak. Mereka saudara saya. Bukan hanya teman, tapi saudara. Pak Sambas sendiri berada disini, mau makan bakso atau Mie Ayam? Emang sudah gak ada duit buat makan diresto?" kusindir sekalian.
"Maaf ya Mas, saya datang kesini juga karena liat sampean makan dipinggir jalan begini"
"Restoran mewah juga banyak di pinggir jalan tapi tetap namanya Resto. Sama seperti kami makan dipinggir jalan tapi tetap judulnya Makan. Masalah?"
"Gua ingatin ama lu ya, jauhi Rava" bisiknya.
"Oh, hanya bilang itu aja. Ambil sono, gua gak ada rasa sama dia selain rasa hormat bawahan ke bossnya."kataku sedikit emosi. "Sialan. Anjing" umpatku dalam hati.
Sambas menjentikkan jarinya dan telujukknya mengarah ke aku lalu pergi.
"Busyet dah itu orang sombong banget ya" kata teman temanku.
"udah gak usah dipikirin. Orang gila itu. Makan lagi ayo, nambah nambah. Bungkus dah kalau ada yang mau" kataku masih menetralkan emosiku.
Aku terdiam memikirkan tinggal dimana itu orang. Kok bisa sampai menemukan kami.
"Bang....bang Ro...abang kagak napa napa kan" Enen yang memperhatikan raut wajahku.
"enggak papa. Gua baik baik aja. Ayo dihabiskan biar kita jalan jalan lagi" kataku sambil senyum terpaksa.
Miun memandangku serasa kasihan.
"Udahan belum. Ayo kita jalan" kataku yang disambut "Ok" oleh mereka.
Naik ke fly over, kami berempat berhenti diatas untuk memandang mandang. Aku perhatikan mereka senyam senyum.
Kutawarkan lagi mereka buat ngopi tapi mereka menolak. Kami menikmati indahnya sore hingga mereka mengajak pulang.
[••••]
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )
Fantasia⚠️WARNING⚠️ Bacaan GAY dan DEWASA Haryadi seorang sarjana fresh graduated dari sebuah universitas swasta. Dengan segala liku liku hidupnya baru mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ilmunya. Pak Rava, sebagai boss jatuh cinta kepadanya, tapi ada...