22

810 46 12
                                    

Sore sepulang kerja, kusempatkan waktuku untuk mencari kost. Biar bagaimanapun, kalau kost pakaian ku akan ada yang mengurus. Atau paling tidak, minuman di teko sudah tersedia di pagi hari.

Aku yakin dengan menerima tawaran orang tua murid, aku akan merasakan bagaimana capeknya. Dengan kost tidak memikirkan pakaian kotor lagi.

"Selamat sore pak"

"Sore mas. Mau cari kost ya" pemilik kost kost an langsung menebak.

"Iya pak. Kalau masih ada yang tersedia"

"Ada mas tapi bukan di kost kostan. Di belakang rumah, semacam paviliun walaupun bersatu sama rumah induk. Tapi aksesnya bebas."

"Bisa saya lihat. Barangkali cocok" kataku.

"Tapi bukan untuk yang berkeluarga"

"Saya masih sendiri pak"

"Bagus kalau begitu"

"Kok bagus pak" tanyaku.

"Iya, cocok buat mas" jawabnya.

Setelah melihat lihat ruangannya, aku sangat tertarik.
Depan nya bisa buat santai karena menghadap ke taman kecil. Tapi sekelilingnya tembok tembok rumah warga semua.

Dengan kesepakatan harga, kuputuskan mengambilnya.

"Baik pak, saya ambil. Kalau bisa nanti malam saya akan tempati." kataku. "Saya bayar 6 bulan"

"Dengan senang hati mas" katanya.

Kami duduk berbincang tentang pekerjaan ku, karena pemilik tidak mau asal memasukkan orang, takut timbul masalah. Karena pernah trauma, polisi mencari penghuninya.

****

Di Kontrakanku.

"Apa bang Ro? Pindah? Tege bener sih bang ame kita kita" bang Enen kaget ketika kuutarakan bahwa malam ini akan pindah.

"Iya bang. Gue mau pindah. Abang kan tau, gak ada yang urus gue. Biar kata ada yang bersihin rumah, tapi baju baju dan lainnya gak ada yang urus."

"Jiah bang. Tibang nyuci strika doang, bini gue juga bisa"

"Kan dah pernah dicoba. Pada mundur semua. Alasannya lupa, urus keluarga, macam macam"

"Bang Ro, kita bakal kehilangan orang baek dah bang." timpal bang Naan.

"Gue minta maaf ya bang, kali aja ada berbuat salah. Nanti kalau ada waktu gue akan datang sekali sekali ke mari"

"Jadi malam ini pindah bang?"

"Udah gue beresin semua. Kan gak ada barang penting. Mau order mobil online aja." kataku.

Bang Enen membantu mengangkat koper serta kantongan berisi alat alat mandi.

"Mobilnya belom datang bang Enen" seruku.

"Biar gampang nanti. Gue taroh didepan aja" jawabnya.

Sedih juga meninggalkan orang orang yang sudah menganggap aku bagian dari keluarganya.

Mereka mengantarkanku ke mobil online yang kupesan. Tak lupa kuselipkan uang kekantong mereka walaupun tidak seberapa tanda terima kasihku.

****

Didalam mobil, aku menerima telpon dari Bowo. Ternyata dia datang ke kontrkan dan mendapat laporan dari temanku.

"Om, kok pindah gak kasih tau Bowo sih" suara bernada sedih wibowo.

"Om lupa Wo. Om hanya kepikiran pindah aja"

"Om mau menghindari Bowo ya. Tega banget sih Om"

"Kamu telpon dari mana ini Wo."

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang