40

659 33 16
                                    

Dalam perjalanan kehidupan sex ku, aku tidak bisa menilai siapa yang baik dan siapa yang bersifat  jelek antara Brava dan Rudi.

Aku dan Om Rudi sering melakukannya di pagi hari sebelum dia berangkat ke perusahaannya. Sementara Brava menginginkanku bermalam di apartemennya. Jarang bisa terpenuhi, keinginan Brava dengan pertimbanganku, letih dan takut akan jatuh hati.

Yang membuat aku terkejut, kehadiran Valdi. Disaat less akan berlangsung dia selalu hadir dengan alasan anaknya Fano mau diantar. Biasanya Valdi tidak pernah ada di rumah sore hari. Tapi, setelah dia mengetahui alamatku, dia sering datang dan pulang larut malam.

Aku layani dia hanya untuk mengobrol tidak untuk sex.
Boleh dikatakan hanya beberapa kali aku mengocok kontolnya hingga dia orgasme.

"Ro, kenapa kamu tidak mau melakukannya lagi, kenikmatan bersama itu lebih enak" itu kata yang kudengar.

Aku hanya tersenyum menjawabnya. "Aku bukan seperti yang pertama kita kenal bang. Sex bagiku nomor sekian" itu jawabanku.

Pusing memikirkan mereka lalu lalang ke rumahku, sengaja aku mengundang ketua RT 'gadungan' ke ruamahku di saat mereka datang.

Dengan alasan mengganggu warga, kuberitahu ke RT gadungan tersebut agar melarang mereka datang. Apapun alasan yang diajukan pak RT gadungan sudah aku setting.

Rudi yang 'diadili' pertama kali di pagi hari.

Brava yang datang malam hari, segera ku kontek Ketua RT gadungan yang kubayar tersebut.

Akhirnya mereka jarang datang ke rumahku. Bila mereka ingin, dan aku ingin menikmati sex dari mereka kami hanya kirim chat. Sering aku menolak.

Valdi, yang sore hari saat less datang tak luput dari teguran RT gadunganku.

"Bang, gue merasa berdosa nih bang ama mereka" begitu kata ketua RT yang kuangkat sendiri. Dia adalah tetanggaku.

"Malas aja bang, disaat aku sibuk mereka datang, aku terganggu. Mereka adalah mantan bossku saat kerja. Merek menginginkan aku bekerja lagi. Itu yang aku gak mau" alasanku yang sebenarnya gak masuk akal.

"Tapi bang, masa hanya minta abang mau kerja lagi harus sering sering datang" pertanyaan yang tak kuduga dari pak RT gadunganku.

"Aku diiming imingi pak. Asal aku mau jadi partner mereka ke mana saja. Ada yang meminta aku jadi menantunya"

"Ampuuun dah bang. Abang sih terlalu baek sama orang. Mukanya abang di jelekin dikit napa bang. Mungkin karena baik dan cakep tuh mereka gak mau lepasin abang" alasannya. "Saya aja suka tuh liat abang" lanjutnya

"Hah....???"

"Bukan...bukan...Maksud saya, kalau ada anak saya yang udah gede, mau jodohin abang"

"Kirain. Macam macam lu gua gibang"

Dia tertawa ngakak.

Dengan jarangnya aku main sama Mereka, aku bisa menentukan dengan siapa aku harus melampiaskan hasratku.

Bowo menjadi pilihanku. Semakin lama aku semakin sayang sama Bowo. Disaat aku ingin makan, Bowo bisa datang dengan cepat membawa makanan ditangannya.

Disaat aku sakit, Bowo yang menjagaku siang malam. Brava, Rudi dan Valdi tidak bisa seperti Bowo.

"Om, Bowo sedih kalau Om sakit. Rasanya Bowo ingin menggantikan Om memikul sakit itu. Gak rela Om ku yang sakit" begitu tangisnya suatu waktu karena aku terkena flu berat. Dia yang mengantarku ke dokter. Pokoknya Bowolah yang mengerti aku.

Rudi, tidak terima waktu aku membisikkan, Bowo sudah menjadi kekasihku. Demikian juha Brava. Apalagi Valdi, benci sekali melihat Bowo, karena sepantaran dengan anaknya.

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang