34

620 37 17
                                    

Tenang sudah pikiranku menjalani hidupku. Aku merasa lebih baik. Om Rudi walaupun sudah beberapa kali pertemuan less di rumahnya, dia tidak mengganggu aku lagi.

Bila bertemu atau berpapasan di rumahnya, kami hanya melempar senyum. Karena sebelumnya sudah aku ingatkan dia, bahwa aku mengadkan less hanya mencari makan.

"Maaf Om, tolong biarkan aku hidup tenang, karena hanya ingin menyambung hidup. Sekiranya Om tidak memperbolehkan kediaman Om untuk saya gunakan less, saya bisa mengajar anak anak seperti dulu"

"Ok Hari. Tapi hanya semester ini saja. Tidak untuk selanjutnya"

"Baik Om. Untuk selanjutnya akan saya pikirkan. Terima kasih kesempatan yang diberikan"

"Asal kamu tau Hari, itu Om lakukan karena Om tidak kuasa melihat kamu"

"Apapun alasan Om, saya akan pikirkan secepatnya untuk pindah dari sini" kataku.

Itulah sekelumit perbincangan kami hingga akhirnya om Rudi tidak menggangguku. Dan juga karena aku sudah mengikhlaskan Mas Brava. Tapi aku tidak tau bagaimana hubungan mereka setelah kejadian di depan Gudeg Jogja itu.

"Wo, temani Om ke toko meuble, bisa gak?"

"Bisa Om. Kemanapun Bowo antar" katanya disuatu sore setelah selesai less. "Emang mau beli apaan Om"

"Om Rudi, tidak boleh lagi pakai ruangannya. Jadi mau beli meja sama bangkunya. Nanti mau Om bagi jadi 3 kali pertemuan, biar kalian bisa konsen. Enggak terlalu banyak dalam satu pertemuan" terangku.

"Kejam banget itu orang kaya"

"Husss...menilai orang asal aja. Itu dilakukan sudah dengan pertimbangan matang, Wo. Coba kalau sewa, berapa yang Om keluarkan uang untuk sewa?.Makanya Om kepikiran lebih baik disini saja."

"Iya udah, Bowo antar" katanya.

Kami naik motornya Bowo untuk melihat lihat toko meuble.
Diatas motornya, aku memeluk perutnya Bowo.

Sudah lama aku tidak melakukan hubungan sex. Untuk melampiaskan nafsuku, kadang aku berhayal dan ber Onani.

Seandainya aku mau, sebenarnya gampang bagiku untuk melakukannya. Bisa saja ke pak Nurjaya yang mendambakan diriku. Atau menemui, orang yang suka sama aku. Tapi kali ini, Bowo yang aku inginkan.

Dalam pelukanku, Bowo memegang tanganku. Wajahku kutempelkan ke punggungnya.
Tiba tiba dia meminggirkan motornya.

"Kok berhenti Wo. Mana ada toko meuble disini?" protesku, tanganku kulepas dari perutnya.

"Bowo mau tanya Om"

"Nanya apa Wo"

"Om masih menginginkan aku kan Om?"

"Menginginkan apa?"

"Om masih ingin main sama Bowo"

"Sok tau lu." kataku menyembunyikan malu ku..

"Bowo ingin banget Om"

"Ingin apa? ingin di tonjok? jalan lagi" kataku. Mukanya cemberut. Aku tertawa dalam hati.
Saat motornya di jalankan lagi dia meraih tanganku dan melingkarkan di perutnya.
Kugigit punggungnya. Dia mengaduh.

"Ooommm" jeritnya tapi dia tertawa membawa motornya.

Tiba di toko meuble, aku langsung melihat meja panjang yang akhirnya kupilih untuk kami beli.

Saat aku keluar, aku tidak melihat Bowo dengan motornya. Kutelpon tapi tidak aktif.

"Kupret juga itu si Bowo" gerutuku. Aku menunggunya hampir 15 menit, tapi tidak datang juga. Kuputuskan naik ojek online.

SEPOTONG CINTA DALAM PRIVAT LESS. ( GAY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang